Pengalaman KKN: Menjadi Guru di Ilaga, Papua

0
3,444 views

INI catatan refleksi selama saya menjadi peserta KKN (kuliah kerja nyata) PPM UGM 2015 pada bulan Juli-September 2015 yang lalu. Saya sengaja memilih lokasi KKN di Kabupaten Puncak, Papua, yang merupakan kabupaten tertinggi se-Indonesia. Kami tiba di Ilaga yang merupakan ibukota Kabupaten Puncak pada tanggal 2 Juli 2015.

Ilaga yang tertinggal

Pertama kali tiba di sana, saya agak terkejut dengan kondisi yang ada. Di tengah pembangunan yang gencar dilakukan pemerintah, Ilaga seolah berada di dimensi ruang dan waktu yang berbeda. Infrakstruktur jalan masih buruk jika dibandingkan dengan kota-kota lain di sekitarnya, seperti Timika.

Selain itu, harga-barang-barang kebutuhan hidup di Ilaga juga tergolong tinggi. Sebagai contoh, jika di kota-kota lain air mineral ukuran 600ml dihargai sekitar Rp 3.000,00t, maka di Ilaga harganya mencapai Rp 25.000,00.

Kondisi seperti ini diakibatkan oleh sulitnya akses menuju Ilaga yang hanya dapat dicapai dengan menggunakan pesawat perintis. Ketimpangan terlihat jelas di sini, dimana harga-harga sangat tinggi, sedangkan masih banyak masyarakat yang berada pada taraf hidup yang rendah.

jalan menuju SD ilaga
Jalan kaki 1,5 jam menuju lokasi SD tempat kami mengajar di sebuah dusun pedalaman di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua. (Dok. Rifqi Rachman)

Rifqi Rachman

Buta aksara tinggi
Di daerah ini angka buta aksara juga masih cukup tinggi. Oleh karena itu, salah satu aspek yang menjadi prioritas utama di Ilaga ialah pendidikan. Selain itu yang menjadi perhatian khusus di Ilaga ialah minimnya sarana dan prasarana kesehatan. Di Ilaga masih belum ada rumah sakit umum, yang ada hanyalah puskesmas yang dari segi fasilitas serta sumber daya manusia masih sangat terbatas untuk melayani masyarakat.

Selama pelaksanaan KKN, ada beberapa program yang kami laksanakan yang terbagi dalam beberapa klaster, yaitu pendidikan, pertanian, energi dan lingkungan, serta kesehatan. Sebagai mahasiswi jurusan Sosiologi, saya bergabung dalam klaster pendidikan.

dalam kelas2 ilaga
Menjadi guru dadakan dalam progam KKN di Ilaga, Papua. (Dok.Rifqi Rachman)

Menjadi guru
Dalam tulisan ini saya akan lebih banyak berbagi pengalaman mengajar di SD Inpres Ondogura, Ilaga, selama lebih kurang dua bulan. Sekolah ini sebenarnya telah berdiri cukup lama (saya lupa kapan tepatnya), namun baru aktif kembali pada tahun 2014 yang lalu, karena sebelumnya ada perang saudara di daerah ini, dan anak-anak usia sekolah diharuskan ikut berperang untuk membela keluarganya.

Jangan membayangkan kondisi jalan seperti di kota-kota pada umumnya, karena untuk mencapai SD Ondogura, akses jalan masih sangat terbatas. Dari pusat kota (Ilaga), kita harus berjalan kaki sekitar satu setengah jam melewati jalanan berkelok yang mendaki dan menurun dengan tanah berdebu saat panas dan licin saat hujan.

dalam kelas ilaga
Belajar menjadi guru dan pendidik saat ber-KKN di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua. (Dok.Rifqi Rachman)

Tidak ada plang yang menjadi penanda SD ini. Bangunan fisiknya terdiri dari tiga ruangan kelas tanpa aliran listrik yang terbuat dari papan dan sebuah perpustakaan yang jarang dibuka karena keterbatasan koleksi buku. Sarana prasarana di SD ini juga masih sangat terbatas, di salah satu ruang kelas masih belum terdapat kursi dan meja, sehingga kegiatan belajar mengajar harus dilaksanakan secara “lesehan.”

Satu guru
Menurut data yang kami peroleh, ada 181 orang siswa di SD ini. Mirisnya, tenaga pengajar masih sangat kurang. Hanya ada kepala sekolah yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Yogyakarta dan satu orang guru tetap. Bayangkan, satu orang guru harus mengajar 181 orang siswa.

murid SD ilaga
Mendidik anak orang di bangku sekolah itu pekerjaan mulia. (Dok. Rifqi Rachman)

Di SD ini juga ada dua orang siswa yang berkebutuhan khusus, yakni bermasalah dengan pendengaran, namun selama ini tetap mendapat metode pengajaran yang sama dengan teman-temannya, karena di Ilaga belum ada Sekolah Luar Biasa (SLB). Oleh karena itu, saat mengajar di sana ada beberapa orang teman yang secara khusus mengajari mereka huruf dan bahasa isyarat yang sederhana.

Untuk sistem pengajaran, berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya dimana para siswa diajarkan berbagai mata pelajaran, di SD Ondogura dan beberapa sekolah lain di Ilaga, yang menjadi inti dari sekolah ialah pelajaran membaca, menulis, dan berhitung. Untuk itu, kami mengelompokkan para siswa ke dalam empat grades berdasarkan kemampuan mereka masing-masing untuk mempermudah jalannya proses belajar mengajar.

outbond ilaga
Belajar dan bermain adalah dua kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak sekolah di pedalaman jauh dari keramaian di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua. (Rifqi Rachman)

Suka sekolah
Pada intinya, tinggal di Ilaga selama lebih kurang dua bulan mengajarkan saya banyak hal. Secara khusus saya banyak belajar dari para siswa SD Inpres Ondogura. Mereka tetap giat bersekolah meski tanpa seragam, alas kaki, serta alat tulis. Saya belajar untuk tetap bersyukur di tengah berbagai keterbatasan. Belajar untuk tidak mengeluh akan berbagai masalah yang ada. Sekilas, kami memang menjadi pengajar untuk para siswa, namun buat saya pribadi, merekalah yang menjadi “guru.”

murid ilaga
Gembiranya anak-anak sekolah di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak. Inilah generasi masa depan Papua. (Rifqi Rachman)

Untuk itu, saya berencana untuk kembali lagi ke Ilaga dan menjadi tenaga pengajar di SD Inpres Ondogura ketika saya lulus nanti. Saya telah berkoordinasi dengan Kepala Sekolah SD Inpres Ondogura yang sedang menempuh pendidikan di Yogyakarta, dan beliau telah membicarakan hal ini dengan Kepala Dinas Pendidikan serta Bupati Kabupaten Puncak.

Saya sangat berharap agar segalanya dilancarkan. Mungkin tidak banyak yang bisa saya berikan nantinya, akan tetapi setidaknya saya dapat berbagi pengetahuan dengan para siswa, karena menurut saya esensi hidup ialah saling berbagi dan belajar satu sama lain.

foto bersama ilaga
Para mahasiswa UGM peserta program KKN di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua . Rifqi Rachman )

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here