Perayaan Rabu Abu Umat Katolik Gunungkidul

0
395 views

MISA perayaan Rabu Abu umat katolik berlangsung khidmad di Gereja Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari, Selasa (25/2) pukul 18.00 wib.

Misa menandai awal memasuki pra-paskah 2020 sempat diwarnai rintik hujan dihadiri ribuan umat yang datang dari berbagai wilayah dipimpin Romo JB Clay Pariera SJ.

Prosesi misa rabu abu diwarnai dengan memberian abu suci kepada setiap umat yang hadir dalam bentuk tanda salib di dahi.

Memberkati anak-anak.

Romo Clay mengatakan, masa pra-paskah tahun ini mengusung tema “Bertobat, Terlibat dan Berbuah Berkat”. Umat katolik harus berani rendah hati mengakui sebagai manusia dengan segala dosa dan kesalahan diri.

Menurutnya, tidak cukup hanya bertobat saja, tetapi hendaklah umat juga bergegas diri melakukan perbuatan yang baik mewujudkan karya-karya kasih yang nyata bagi sesama dan dunia.

“Segala tindakan perbuatanya harus membuahkan berkah kebahagiaan dan keselamatan,” ujar Romo Clay.

Romo Yesuit selama ini berkiprah di pendidikan ATMI di Solo juga mengingatkan masa pantang dan puasa perlu dimaknai sebagai laku spiritualitas iman secara total kepada Tuhan, seperti bacaan kitab suci yang menegaskan tentang perihal berpantang dan puasa wajib dijalani tanpa mengurangi kadar beraktivitas dan berkarya.

Puasa ala katolik jangan sampai malah membuat muka murung, terbeban, apalagi menjadi alasan menurunkan kualitas bekerja. Sebaliknya, romo menyatakan, puasa sebagimana diajarkan dalam kitab suci tidak perlu dipamerkan kepada orang lain.

Suasana misa peneriman abu.

Bidang Pelayanan Kemasyarakatan, FX Endro Tri Guntoro, mengatakan, perayaan rabu abu diselenggarakan serentak seluruh paroki di Rayon Gunungkidul. Paroki Santo Yusuf Bandung, Playen, Paroki Petrus Paulus Kelor Karangmojo dan Paroki Petrus Kanisius Wonosari menjangkau wilayah stasi untuk melayani umat katolik berjumlah hampir 12.000 jiwa di Kabupaten Gunungkidul.

Bahkan, Paroki Wonosari sebagai paroki tertua di Gunungkidul yang memiliki teritori 57 lingkungan harus menggelar delapan kali misa di wilayah seperti Kapel Singkil Paliyan, Kapel Semanu, Baran dan Girisubo. Adapun Rabu (26/2) masih dilaksanakan di Kapel Jati, Kapel Ngeposari, Kapel Pulutan dan Wonosari.

Perihal masa pantang dan puasa umat Katolik ini, Endro menyatakan seluruh pengusaha kuliner dan warung di Gunungkidul tidak tidak perlu tutup atau berhenti beroperasi.

“Pemkab dan aparat pun tidak perlu menggelar razia. Pedagang makanan tetap harus bersemangat untuk buka karena sama sekali tidak mengganggu aktvitas pantang dan puasa,” kata Endro.

Penerimaan abu di dahi menandai dimulainya Masa Pra Paskah.

Ada yang menarik dari gerakan masa pra-paskah atau dikenal Aksi Puasa Pembangunan (APP) setiap tahun ini. Setiap keluarga katolik menggalang gerakan menyisihkan uang jajan, atau uang belanja, atau sebagian dari pendapatan yang dikumpulkan untuk mendukung karya amal kasih peduli bagi sesama yang masih membutuhkan.

Bantuan amal kasih tidak memandang perbedaan suku, agama, ras dan antargolongan. Wujud amal kasih diwujudkam dalam bentuk pemberiam bantuan sembako, beasiswa pendidikan, biaya perawatan orang sakit, santunan, bedah rumah, modal kewirausahaan dan karya amal lainnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here