Percik Firman: Menyimpan Dendam – Selasa, 29 Agustus 2017

1
2,353 views

Peringatan Wajib Wafatnya Santo Yohanes Pembaptis

Bacaan : Markus 6:17-29

“Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat” (Mrk 6:19)

Saudari/a ku ytk.,

MENURUT kesaksian seorang umat yang sering mendampingi orang yang sedang dalam sakratul maut, orang yang masih menyimpan dendam dalam hidupnya tidak bisa meninggal dengan tenang. Ia mengalami kesulitan untuk meninggal dunia. Tetapi ketika ia mau dan bisa mengampuni, ia bisa meninggal dengan tenang. Wajahnya bercahaya dan damai.

Secara psikologis, menurut psikolog klinis dr. Seth Meyers, PsyD., banyak studi menunjukkan bahwa menyimpan dendam serta senantiasa berperasaan negatif berakibat buruk bagi kesehatan mental kita, seperti gangguan kecemasan dan frustasi. Berdasarkan penelitian dari Medical College of Georgia, orang-orang yang mengaku memiliki dendam selama bertahun-tahun mengalami peningkatan risiko beberapa masalah kesehatan termasuk penyakit jantung, hipertensi, maag, sakit punggung, dan sakit kepala.

Bacaan Injil pada Peringatan Wajib Wafatnya Santo Yohanes Pembaptis hari ini mengisahkan dendam yang dialami Herodias kepada Yohanes Pembaptis. Diungkapkan, “Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat.” Herodias adalah isteri dari Filipus, yang kemudian diambil oleh Raja Herodes menjadi isterinya. Padahal Filipus adalah saudaranya Raja Herodes sendiri.

Atas tindakan yang tidak etis itu, Yohanes mengkritik keras di hadapan umum. Akibatnya, Yohanes ditangkap dan dipenjara. Dendam Herodias pada Yohanes memuncak dengan kematian Yohanes yang dipenggal kepalanya. Dendam yang berlarut-larut ternyata bisa menimbulkan pembunuhan.

Memang tidak mudah bagi kita untuk menerima kritik. Tidak mudah mengasihi dan mengampuni orang-orang yang sudah mengkritik dan memarahi kita di depan umum. Sebab dimarah-marahi orang bukanlah pengalaman yang mengenakkan. Umumnya kita tidak berharap untuk mengalaminya. Namun adakalanya, Tuhan mengizinkan hal itu terjadi dalam kehidupan kita. Dari pengalaman inilah, kita dapat bertumbuh dalam kasih, yaitu untuk tidak membalas kemarahan dengan kemarahan, kritik dengan kritik. Ketika dikritik, kita tidak perlu menyimpan dendam. Sebagai orang beriman dan dewasa, kita seharusnya berterimakasih ada orang yang sudah mengingatkan dan menegur kita lewat kritik itu.

Terkait dengan sikap tidak menyimpan dendam, Santo Agustinus yang kita peringati kemarin memberikan pitutur, “Seorang Kristen harus menunjukkan kasih persaudaraan kepada orang yang sudah menjadi saudaranya; dan juga kepada orang yang memusuhinya, supaya orang itu dapat menjadi saudaranya.”

Kisah tentang kemartiran Yohanes Pembaptis dalam Injil hari ini terjadi di Benteng Makherontes, sebuah tempat peristirahatan milik Herodes di dekat Laut Mati. Secara liturgis, pesta hari ini disesuaikan dengan pembangunan gereja Santo Yohanes Pembaptis di Sebaste, Samaria. Yohanes menjadi martir karena memperjuangkan nilai-nilai kebenaran dan kejujuran dalam pewartaannya.

Apa saja nilai-nilai luhur Yohanes Pembaptis bagi kita? Dia adalah pribadi yang jujur dan berani menegakkan kebenaran sejati. Yohanes menjadi inspirator bagi banyak pribadi yang bekerja keras memperjuangkan kebenaran dan keadilan.

Pertanyaan Refleksinya: Maukah Anda menyuarakan kebenaran dan keadilan meskipun risikonya berat? Apakah hari-hari ini Anda masih menyimpan dendam dengan seseorang yang telah mengkritikmu? Apa niat Anda sebagai pengikut Kristus agar tidak lagi menyimpan dendam kepada orang lain? Selamat merenungkan.

Merayakan misa 17-an di aula Kodam
Gedungnya megah dan sangat kuat
Mari berusaha tidak menyimpan dendam
Damai di hati, di dunia dan akhirat.

Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Roma.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

1 COMMENT

  1. Thx Romo, pusing mempersiapkan bahan renungan bacaan hari ini. Syukurlah hasil menjelajah dunia maya ketemu artikel Romo. Gbu…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here