Percik Firman – Selasa, 1 Agustus 2017 : Menjadi Pribadi yang Bercahaya

0
1,552 views

PW St. Alfonsus Maria de Liguori (Uskup dan Pujangga Gereja)

Bacaan: Mat 13: 36-43

“Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Mat 13:43)

Saudari/a ku ytk.,

TERSUNGKUR aku di bawah salib-Mu, tanpa suara, tanpa kata, tak kumengerti jalan hidup ini, kemanakah ku Kaubawa pergi…janganlah bimbang hatimu,, Ku di sini di sisimu, memanggul salib kecilmu…”. 

Itulah salah satu lagu Salib Kecil yang diciptakan almarhumah Suster Sisilia Rizky Indriani, MC, yang meninggal dunia Jumat 28 Juli 2017 di Rumah Sakit Gemili, Roma.

Lagu itu menyentuh hati saya. Lagu itu diciptakan dan dinyanyikannya dengan kesungguhan hati. Ia menjadi contoh pribadi yang menyerahkan salib hidupnya kepada Yesus. Tiada pernah mengeluh dan protes akan sakit yang dideritanya.

Justru sakitnya itu telah menjadi kesempatan dia mengikuti kemana Tuhan membawanya dengan salib itu.

Injil hari ini berkisah tentang penjelasan Yesus mengenai makna ilalang dan gandum.

Ada waktu memanen dimana Tuhan akan melakukan penghakiman terakhir, yaitu kedatangan Kristus kembali sebagai hakim. Inilah proses menuai yang akan dikerjakan oleh malaikat-malaikat Tuhan. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya karena hidupnya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa.

Hari ini, awal Agustus, kita merayakan seorang kudus yang menjadi salah satu favorit saya, yakni Santo Alfonsus Maria de Liguori (1696-1787). Ia lahir dan tumbuh besar dalam keluarga bangsawan Katolik yang saleh di Napoli, Italia. Sebelum masuk seminari, ia sudah bekerja sebagai seorang pengacara (advokat). Banyak orang yang telah dibantunya dalam mencari keadilan.

Ia mengambil keputusan untuk menjadi seorang imam yang mengabdikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Keputusan itu disampaikan kepada orangtuanya. Ayahnya sangat kecewa dan tidak mau lagi bertemu dengan dia. Biara pun berkeberatan menerimanya karena alasan kesehatan.

Syukurlah Bapa Uskup setempat meluluskan niat bekas advokat itu. Semenjak itu ia dengan tekun mempelajari teologi dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar bisa menjadi seorang imam praja/diosesan yang baik.

Alfonsus kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1726. Imam muda ini begitu cepat terkenal dan dicintai banyak umat karena kotbahnya yang menarik dan mendalam. Selain menjadi seorang pengkhotbah ulung, ia pun menjadi bapa pengakuan yang disenangi umatnya.

Pada tahun 1729, ia menjadi imam yang bertugas di sebuah kolese yang khusus mendidik para calon imam misionaris. Terdorong oleh inspirasi dan semangat yang diberikan Pater Thomas Falciola, ia kemudian mendirikan Kongregasi Penebus Dosa Paling Suci (Congregatio Sanctissimi Redemptoris, CSSR) pada tanggal 9 November 1732.

Tarekat ini mengabdikan diri di bidang pewartaan Injil kepada orang-orang desa di pedusunan. Tanpa kenal lelah anggota-anggota tarekat ini berkhotbah di alun-alun, mendengarkan pengakuan dosa, dan memberikan bimbingan khusus kepada muda-mudi, pasangan suami-istri, dan anak-anak.

Tiga jalan

Santo Alfonsus merefleksikan ada tiga jalan untuk menghadapi kematian (masa akhir hidup) yang indah, yaitu:

  1. Jangan menunggu sampai saat terakhir. Kita semua akan mati dan mati hanya satu kali. Untuk itu selalu bersiap sedia menyambutnya kapan dan di mana saja. Harus diingat bahwa belumlah cukup menerima sakramen-sakramen pada saat ajal. Hal terpenting bagi kita adalah membenci dosa-dosa kita dan mencintai Allah dengan segenap hati.
  2. Periksalah batinmu dan bereskanlah hidupmu. Setiap hari selalu ada kesempatan untuk memeriksa batin kita di hadirat Tuhan. Kita juga memiliki kesempatan untuk mengikuti perayaan Ekaristi dan mengakui dosa-dosa kita. Di samping itu rajin membaca Kitab Suci dan berdevosi kepada Bunda Maria dan para kudus.
  3. Menghindarkan diri dari cinta duniawi. Mengutip St. Ambrosius, siapa yang mematikan cinta duniawi selama hidupnya akan mati dalam keadaan baik. Prinsip yang baik adalah menganggap bahwa setiap hari adalah hari yang terakhir di dalam hidup. Oleh karena itu, kita harus melakukan kegiatan pelayanan dengan baik, berdoa tanpa henti dan bertobat.

Pertanyaan refleksinya: Maukah Anda membenci dosa-dosa Anda? Bersediakah Anda membaca Kitab Suci dan membangun hidup berdevosi pada Bunda Maria dan orang kudus? Selamat merenungkan.

Siang hari makan buah markisa
Ditemani seiris buah pepaya
Cintailah Allah dan bencilah dosa
Agar menjadi pribadi yang bercahaya.

Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Roma.

Selamat berpesta bagi para imam CSSR, serta Anda yang bernaung di bawah perlindungan Santo Alfonsus.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here