Pergilah dan Jangan Takut

0
418 views
Bapak Uskup Keuskupan Agats Mgr. Aloysius Murwito OFM berjalan di atas papan di Wisma Keuskupan. (Mathias Hariyad)

PERGILAH dan bergegaslah tidak perluh menunggu lama. Berhentilah meratap masa lalu yang hanya menambah beban. Cukup sudah air matamu mengalir. 

Karena hidup ini bukan untuk ditangisi. Jangan menunggu orang lain untuk mengatasi masalah dalam hidupmu. Tetapi mulailah dari dirimu sendiri.

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ke negeri  yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.’’(Kej 12:1-2)

Seperti Abraham yang dipanggil Allah untuk keluar dari daerahnya, untuk meninggalkan keluarganya dan pergi ke suatu tempat yang asing baginya. 

Abraham yang tidak mempunyai keturunan, di usianya yang sudah lanju, bisa saja menolak panggilan Allah karena sudah tua, kekuatannya semakin berkurang.

Tetapi justru di usianya yang tidak dinantikan ini campur tangan Allah datang dalam hidupnya.

Abraham  taat kepada kehendak Allah, ini semua karena iman Abraham yang begitu kuat sehingga ia berani bangun dan memulai perjalanan hidup yang baru.

Walaupun Abraham tidak tahu apa yang akan terjadi dalam hidupnya setelah ia meninggalkan tanah kelahirannya, namun demi iman dan cintanya kepada Allah ia berani untuk pergi dan meninggalkan masa lalunya menuju tanah terjanji, menuju kehidupan baru, bisa saja Abraham menolak panggilan Allah.

Karena dia lelah atau tua tetapi ia lebih memilih untuk mendengar suara Allah dan menyerahkan segala keputusan hidupnya di tangan Allah.

Abraham merasakan cinta Allah yang begitu besar dalam dirinya dan karena cintanya yang  besar kepada Allah dia berani mengambil keputusan untuk pergi tanpa berpikir panjang.

Apakah kita bisa seperti Abraham?

Dalam kehidupan, kita setiap hari sering kali dihadapakn dengan berbagai kepusan di mana kita harus memilih salah satunya, berhadapan dengan situasi seperti ini.

Kadang kita bingung, takut, cemas, tidak percaya diri, kurang mampu, jangan sampai kita salah langkah.

Mengapa perassaan seperti ini sering menguasai kita dari pada berpikir ke hal yang positif?

  • Pertama karena kita kurang libatkan Tuhan , seringkali kita mengandalkan kekuatan sendiri, kita tidak mempunyai dasar iman yang kuat seperti Bapa Abraham, kita kurang percaya bahwa segala sesuatu tidak ada yang mustahil bagi siapa menyerahkan hidupnya pada kehendak Allah.
  • Kedua kurang pekah untuk mendengar suara-suara yang datang dari dalam diri kita , kita lebih cenderung untuk mendengar suara orang lain, membiarkan hidup kita dipengaruhi oleh orang lain, sehingga dalam mengambil keputusan merasa terikat dengan pikiran orang lain.
  • Ketiga karena kita takut keluar dari zona nyaman, takut menderita, merasa tidak mampu menghadapi kesulitan, selalu ingin dilindungi dan tidak mau berusaha.

Jika kita terus berlarut dengan pikiran tersebut kapan majunya, kapan suksesnya? Kapan perubahan itu datang dalam hidup kita? 

Ataukah kita memilih untuk jadi penonton terus tanpa mencoba untuk menjadi pemeran?

Marilah dan jangan takut karena Tuhan akan selalu bersama kita dalam situasi apa pun jika kita percaya pada-Nya.

Belajarlah untuk pekah dan mendengar suara Tuhan yang hadir dalam hati kita, jangan biarkan suara-suara yang datang dari luar mendiamkan  suara Allah lewat ide-ide cemerlang yang kadang kita tak menyadarinya.

Karena kalau selalu ikut pikiran orang lain dan selalu memprioritaskan pilihan orang lain, entah apa pun yang kita lakukan tidak membuat kita bahagia dan hidup pun tidak tenang.

Alasan inilah yang membuat kita dituntut untuk mengambil keputusan sendiri melalui pertimbangan-pertimbangan yang matang karena ketenangan batin tidak bisa beli atau ditawarkan dari orang lain tetapi sesuatu hal yang lahir dari dalam diri seseorang.

Kita harus memiliki keberanian untuk mengatakan “cukup” ’sekali kita berani mengambil keputusan untuk keluar dari zona nyaman dan bebas dari orang-orang mengatur hidup kita pada saat itu pula kita menjadi pribadi bertanggung jawab dan matang.

Jangan takut dan cepat putus asa jika melihat satu jalan tertutup karena itu adalah peluang untuk mebuka jalan-jalan lain yang menanti untuk kita telusuri.

Tuhan  yang maha pengasih dan penyanyang tidak pernah melepaskan anaknya sendirian .  

Seperti kutipan Kitab Wahyu 3:18: “Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutp oleh seorangpun.  Aku tahu bahwa kekutanmu tidak seberapa namun engkau menuruti firmanKu dan engkau tidak menyangkal namaKu.’’

Ketika kita sudah berusaha namun tidak berhasil tentu saja ada perasaan kecewa, yah kekecewaan itu hal yang wajar. 

Namun kita tetap percaya pada rencana Tuhan yang indah, tak ada seorangpun yang bisa menghalangi kesuksesan kita apalagi Tuhan sudah membukakan pintu tak seorang pun yang bisa menutupnya. 

Seperti ketika Tuhan menyuruh Nabi Nuh membuat bahtera di atas gunung, banyak sekali yang mencemooh Nuh dan menganggap dia tidak waras. 

Tetapi Nuh tetap menjalankan perintah Tuhan. Dan berkat ketaatannya itu, ia dan kelurga serta hewan peliharaanya selamat dari mala petaka.

Begitu pun dalam kehidupan kita, ketika begitu banyak yang menvonis kita jahat atau hal-hal yang tidak baik, tidak berhasil, merendahkan kita, menjatuhkan iman kita dan lain sebagainya.

Namun kita tetap memberkati mereka dan tidak membenci mereka. Akan ada selalu pribadi yang setia di samping kita, yang memberi kekuatan, dan membukakan pintu bagi kita bahkan membawa kita ke air yang tenang.

Tantangan hidup selalu selagi kita masih ada di bumi ini  dan bahkan berpengaruh pada setiap keputusan hidup yang kita pilih.

Tetapi jika kita tetap berpegang teguh dan selalu mengandalkan Tuhan niscaya sebesar apa pun tantangan itu selalu mendapat solusi yang terbaik, asalkan kita selalu percaya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here