Pilot Senior tak Pernah Gugur, Hanya Beringsut Mundur

1
635 views
Ilustrasi - Pesawat Airbus A-330 Garuda Indonesia by Wiki

Tribute to Captain Onky Judadibrata

Old soldiers never die; they just fade away.

Pepatah itu diucapkan di depan Konggres Amerika oleh Jenderal besar Douglas MacArthur (1880-1964), pada tanggal 19 April 1951. Konggres khusus mengadakan joint session, untuk “melepas” Sang Jenderal, setelah menuntaskan 52 tahun service years.

Dengan nada sendu, Sang Jenderal mengakhiri pidatonya dan para anggota Konggres memberikan standing ovation dengan gegap-gempita. Anggota Konggres terharu, beberapa di antaranya mbrebes mili (menitikkan air mata).

Mengakhiri masa bakti selalu membawa keharuan. Puluhan tahun mengabdi dan menggeluti hal yang sama, tak mudah mengakhirinya. Rasa sumedhot (tak ingin melepaskan) memenuhi rongga dada. Bahkan seorang Jenderal yang gagah perkasa pun merasakan hal itu.

”… but I still remember the refrain of one of the most popular barrack ballads of that day which proclaimed most proudly that ‘old soldiers never die; they just fade away’.

And like the old soldier of that ballad, I now close my military career and just fade away, an old soldier who tried to do his duty as God gave him the light to see that duty.

Good Bye”.

Perasaan serupa juga mampir ke dada saya. Sambil mengemas barang-barang yang harus dibawa pulang dari ruang kerja saya, nada sendu MacArthur memenuhi relung hati ini. 

Peran sebagai manusia aktif, meski sering terjebak kerutinan yang membosankan, tiba-tiba berhenti.  Hidup selanjutnya yang berbeda ada di depan sana. Gejala ini tak hanya milik saya.

Hal serupa dialami seorang teman. Kami bersama-sama sejak SD. Hampir 60 tahun bersahabat.

Namanya Onky Wilono Hidajat Judadibrata, captain pilot Airbus A-330, Garuda. Dua di belakang adalah nama bapaknya, juga captain pilot terkenal di zamannya.

Sebulan lalu, saya menerima pesan dari dia. “Aku ngga jadi terbang ke Osaka. Kontrakku dihentikan sebelum waktunya. Sedih.”

Seperti Jenderal MacArthur, nada sendu ada dibalik pesan itu. Menjadi pegawai Garuda selama 44 tahun, membuat Onky nggregel, saat harus meninggalkan perusahaan yang diabdinya. “Semakin dalam dan lama duduk, semakin susah untuk berdiri”.

Onky telah meraih sukses, tak sangka kalau perjalanannya penuh onak duri. Kedua orangtuanya berpisah ketika masih kecil. Bapaknya di Jakarta, ibunya di Semarang.  Onky  diperebutkan kian kemari.

Tak heran kalau Onky harus sering pindah sekolah. Jakarta empat kali, Semarang dua kali.  Puncaknya, sang ibu berhasil memeluk Onky dan membesarkannya di Semarang. Sejak itu, dia tak bertemu bapaknya.

Perjuangan belum usai.  Ibunya bekerja “hanya” sebagai petugas administrasi di sebuah kantor kecil di Semarang. Dengan susah payah membesarkan Onky dan dua adik perempuannya.  Sampai suatu ketika, sang ibu terkejut mendengar cita-cita si Onky kecil.

“Aku pingin jadi pilot. Biar ketemu bapak”.

Air mata sang ibu yang hampir menetes harus ditahannya. Langkah berikutnya, semua daya, dana dan usaha dikerahkan untuk memenuhi cita-cita sang putera. Menjadi pilot bukan karena pingin terbang tinggi, keliling dunia, tapi kangen dipeluk bapaknya.

Selama enam tahun, setiap pagi dan sore, Onky remaja harus lari ke dan dari sekolah sejauh 6 kilometer  Alasannya mengharukan. Tak ada ongkos untuk naik kendaraan umum. Itulah  perjuangan seluruh keluarga untuk sebuah harapan.

Harapan menjadi kenyataan berkat pengorbanan. Lulus SMA, Onky diterima menjadi siswa penerbang ikatan dinas Garuda, di Oxford, Inggris. Dua tahun kemudian, kepak sayap sang elang tak bisa ditahan lagi. 

Karirnya  melesat jauh. Selain pesawat yang dikemudikannya termasuk prestise, masa baktinya pun termasuk lama.

Kini, kegalauan Onky sudah mereda.  Puterinya mengunggah status yang membanggakan papanya.  “Aku mbrebes mili moco Instagram-e Adya”. Alinea penutup membuat saya ikut menahan nafas.

“Job well done, eyang Captain. Thank you for giving us the chance to see the world and created the most wonderful memories.  It was indeed a Happy Landing, Papa”.

Malam itu, untuk mengurangi kesenduan sang sahabat, saya kirim pesan untuknya. Entahlah, apakah ini dapat menghiburnya.

“Onky, semua orang mengalami hal yang sedang kamu rasakan. Setelah mencapai titik kulminasi atas, jalannya akan menukik turun. Seyogyanya kita paham di mana titik itu berada. 

Satu tanda bahwa dunia ini fana. Semuanya berputar. 

Tapi kepuasan dan kebahagian ada di dalam dada mu. Jangan mencarinya di luar. 

You deserve retirement. You’ve worked hard for your family and us. Deserve to take a break. Congrats.”

@pm susbandono

5 Juni 2020.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here