Puncta 25.02.19 Markus 9:14-29: Do Ut Des

0
302 views

DUA orang kakak beradik sedang berdoa kepada Tuhan.

Sang Kakak berdoa: “Tuhan, tolonglah aku supaya hanya dengan duduk “ongkang-ongkang” sambil mengoyangkan kaki, aku bisa hidup nyaman”.

Adiknya tidak mau kalah, dia berdoa: “Tuhan berilah aku pekerjaan yang enak. Hanya dengan mengibaskan tanganku ini, aku bisa mendapatkan uang yang banyak”. Lima tahun kemudian, doa mereka terkabul. Sang kakak menjadi tukang jahit. Adiknya menjadi tukang sate.

Sering terjadi dalam doa-doa, kita mengharap Allah memenuhi keinginan kita. Kita meminta sesuatu. Bahkan kadang kita menuntut dan mengancam Tuhan. “Tunjukkan kepada kami bahwa Engkau mahakuasa. Buatlah mukjizat, sembuhkan kami dari sakit ini”.

Belum lama ini ada doa yang viral di medsos. Ia berdoa seperti ini kalau Tuhan tidak memenangkannya, maka jangan-jangan tidak ada lagi orang yang mau menyembahNya.

Di hadapan Tuhan, kita ini tidak bisa memaksa atau mengancam. Apa jasa kita di hadapanNya sehingga kita berhak memaksakan kehendak kita? Kita hanya bisa percaya. Yesus hanya menuntut iman atau percaya kepadaNya.

Seperti kataNya kepada orang yang anaknya kena sakit ayan sehingga bisu dan tuli: “Katamu jika Engkau dapat?’ Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!”.

Doa itu yang pertama adalah memuji dan memuliakanNya. Kemudian bersyukur karena belas kasihNya yang besar kepada kita. Barulah kita mengungkapkan doa permohonan. Tidak salah kita memohon kepada Tuhan.

Yang namanya orang meminta itu sangat tergantung dari yang memberi. Maka dibutuhkan kerendahan hati. Masih ingat Yesus memberi ilustrasi tentang dua orang yang berdoa di bait suci?

Orang Farisi dan pemungut cukai. Orang Farisi menyombongkan diri. Doanya terfokus pada diri sendiri. Aku tidak seperti pemungut cukai. Aku memberi persepuluhan dan persembahan. Aku berpuasa dua kali seminggu. Sedang pemungut cukai itu berdiri jauh sambil memukul diri dan berkata: “Ya Allah ampunilah aku orang berdosa ini”.

Si pemungut cukai itu pulang sebagai orang yang dibenarkan di hadapan Allah, sedang yang lain tidak.

Kita sering menyalahgunakan doa. Doa seolah seperti kartu ATM. Kita masukkan langsung keluar uang. Allah kita anggap seperti mesin ATM. Kita pencet langsung mengeluarkan seberapa pun yang kita inginkan.

Itu namanya do ut des. Saya berbuat sesuatu supaya saya mendapatkan keuntungan. Doa yang disertai syarat atau pamrih.

Marilah mengubah mindset kita tentang doa. Pertama-tama doa adalah pujian kepada Allah. Kita bersyukur karena Allah sungguh baik. Ia tetap setia pada janjiNya. Iman bahwa Allah setia pada belaskasihNya itulah yang menguatkan doa-doa kita.

Lari pagi mengelilingi Monas
Berkumpul lagi di Hotel Indonesia
Akhir-akhir ini doa kita makin panas
Karena Tuhan hanya tersenyum dan diam saja.

Berkah Dalem,

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here