Puncta 31.03.19 Minggu Prapaskah IV: Cinta Mati Sang Bagaspati

0
487 views
Ist


Lukas 15: 1-3.11-32

BAGASPATI adalah seorang begawan yang berwajah raksasa. Ia mempunyai seorang puteri cantik, bernama Pujawati. Putera Raja Mandaraka bernama Narasoma menjadi murid sang begawan di pertapaan Argo Belah.

Narasoma jatuh cinta pada Pujawati. Begitupun sebaliknya.

Namun Narasoma malu memiliki mertua seorang raksasa. Apa kata dunia, seorang putera raja pewaris tahta Mandaraka menjadi menantu raksasa. Maka ia mengajukan “cangkriman”, tebakan.

Kalau Pujawati bisa menebak, ia akan menjadi permaisurinya. Karena dirundung asmara, Pujawati minta kepada ayahnya untuk menebak “cangkriman” Narasoma.
Bagaspati menjelaskan isi tebakan itu.

Inilah cangkriman itu: Ada seekor kumbang ingin mengisap madu dari bunga cempaka. Tetapi bunga cempaka itu dijaga oleh seekor bajul (buaya) putih. Maka buaya putih itu harus mati agar bunga dapat disuntingnya.

Bagaspati berkata, “Kumbang pengisap madu itu adalah Narasoma. Bunga cempaka mulya itu putriku Pujawati. Buaya putih itu aku sendiri. Karena malu punya mertua raksasa, aku harus mati. Demi kebahagiaan putriku dan engkau, Narasoma, aku rela mati. Tetapi sebelum aku mati, aku berpesan kepadamu; Anakku, Pujawati jangan dimadu. Jangan pernah menyakiti perasaan istrimu dan jangan merendahkan derajat kewanitaannya. Aku berikan nyawaku padamu, demi kasihku kepada putriku, Pujawati”

Narasoma mengakhiri hidup ayah mertuanya dengan menusuk siku kirinya dengan keris dan keluarlah darah putih. Bagaspati mukswa mati demi kebahagiaan anaknya.

Injil hari ini menggambarkan bagaimana Allah sebagai Bapa sangat murah hati kepada anak-anaknya. Yesus memberi perumpamaan anak bungsu dan si sulung.

Anak bungsu itu menghabiskan seluruh harta miliknya. Warisan yang belum waktunya dibagi, telah ludes demi memenuhi hawa nafsunya. Ia jatuh miskin dan ingin kembali kepada ayahnya.

Bapa itu dengan sukacita menerimanya kembali, bahkan disambut dengan pesta pora. Si sulung iri dan marah. Ia tidak mau masuk ke rumah. Yang satu meninggalkan rumah. Yang lain tidak mau masuk ke rumah.

Namun bapa tetap menerima mereka. Bahkan menjemput, mencari, menemui mereka dengan rangkulan penuh cinta.

Itulah sifat Allah yang mengasihi tanpa pamrih dan membeda-bedakan. Semua dilakukan hanya demi kebahagiaan anak-anaknya.

Pantaslah kita bersyukur memiliki Allah yang demikian mengasihi anak-anakNya. Tidak ada alasan untuk tidak membalas kebaikan Tuhan itu dengan hidup pantas dan baik di hadapanNya.

Masa Prapaskah ini adalah waktu yang bagus kembali kepadaNya.

Bunga cempaka mekar di waktu senja
Didatangi kumbang-kumbang perkasa
Jangan diulur dan jangan ditunda
Segeralah kembali kepada Bapa.

Berkah Dalem,

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here