Retret Para Imam di Lotta – Pineleng, Sulut

1
462 views
Pusat Pastoral Lotta di Pineleng, sedikit di luar kota Manado. (Mathias Hariyadi)

PEKAN ini  ada retret gelombang kedua untuk para imam yang berkarya di Keuskupan Manado. Retret gelombang kedua ini dipimpin oleh Romo Mardikartono SJ dari Pusat Pastoral Yogyakarta dan dibuka dengan  perayaan ekaristi oleh Uskup Manado Mgr. Rolly Untu MSC.

Dengan antusias para pastor yang berjumlah sekitar 60 orang dan berkarya di Kevikepan Tonsea, Manado, Tombulu, Tomohon dan di lembaga itu  hadir bersama untuk mengawali retret.

Bacaan diambil dari misa harian dengan tema yang sangat cocok. “Roh Tuhan ada pada-Ku. Sebab Aku diurapi-Nya untuk menyampaikan kabar baik kepada orang – orang miskin. Dan Aku diutus-Nya untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan kepada orang-orang buta, serta pembebasan orang – orang tertindas; Aku diutus-Nya memberitakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk. 4: 18 – 19).

Homili Bapak Uskup Rolly sangat inspiratif. Memang cukup panjang,  tetapi tidak terasa karena berisi pokok–pokok refleksi yang bisa dipakai untuk mengawali hari–hari retret dengan baik. Kutipan dari Nabi Yesaya di atas digenapi di dalam diri Yesus, tetapi juga cocok untuk para imam sesuai dengan tugasnya.  Bahkan cocok untuk setiap umat kristiani yang sudah dibaptis dan diurapi oleh Roh Kudus.

Berjalan berbuat kebaikan

Tema retret adalah “berjalan sambil berbuat baik”. Tema itu lebih bercorak pastoral dan sangat pas kalau diberikan oleh Romo Mardikartono. Pastor Jesuit ini punya pengalaman sangat lengkap; pernah menjadi  pastor paroki di Gereja St. Antonius – Paroki Purbayan Solo,  pemimpin rumah retret Klaten,  rektor Kolese St. Ignatius (Kolsani) Yogyakarta dan pengalaman pastoral lain. Dan pesertanya juga adalah para imam yang sudah lama maupun masih baru dalam perjalanan tugas pastoral untuk memberitakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang.

Warna sukacita

Renungan retret akan dibimbing melalui kutipan Injil Lukas yang mempunyai corak kebembiraan. Saya baru sadar setelah mendengarkan penjelasan singkat di awal retret bahwa Injil Lukas mempunyai ciri kegembiraan.

Injil itu diawali dengan kabar sukacita yang diterima oleh Maria dan Elisabet. Kutipan yang dibaca oleh Yesus di Bait Allah di atas juga diambil dari Injil Lukas. Injil Lukas juga cocok dengan tema retret berjalan sambil berbuat baik; karena Injil Lukas menceritakan perjalanan Yesus dari Galilea menuju Yerusalem. Dan Injil Lukas ditutup dengan sukacita para murid menuju Yerusalem setelah bertemu dengan Yesus yang bangkit.

Yesus yang berjalan adalah tema homili Uskup Rolly. Yesus berjalan terus untuk membawa manusia kepada Allah yang benar dan melawan segala rintangan dan hambatan. Dalam bacaan Injil Lukas itu, pewartaan Yesus semula sangat menarik dan mata semua orang tertuju kepada-Nya. Namun lama kelamaan mereka menjadi tidak senang karena Yesus mulai mengatakan hal–hal yang tidak sesuai dengan pandangan dan keinginan mereka.

Yesus mulai mengoreksi pandangan mereka dan membuat mereka tidak nyaman sehingga mereka ingin membawa Yesus ke tebing gunung untuk melemparkan Dia. Namun Yesus berjalan lewat tengah–tengah mereka. Yesus menerobos segala rintangan. Di sini tema Yesus yang berjalan muncul kembali.

Pertanyaan reflektif

Uskup Rolly menghubungkan lagi dengan bacaan hari Minggu di mana Yesus harus pergi ke Yerusalem untuk ‘dibunuh’, namun Petrus menegur Yesus bahwa hal itu tidak boleh terjadi. Yesus mengusir Petrus dengan berkata, “Enyahlah engkau iblis, karna engkau tidak memikirkan apa yang dipikirkan Allah.”

Banyak rintangan harus diterobos oleh Yesus untuk berjalan membawa manusia menuju pada pengenalan akan Allah yang benar. Dan Uskup Rolly memancing dengan sebuah pertanyaan yang sungguh menukik: “Cobalah kita bertanya: kamu kira, siapakah kamu itu? Saya kira, siapakah saya ini?”

Pertanyaan ini bisa melebar ke mana–mana dan jawabannya akan menyadarkan saya di hadapan Tuhan dengan hati yang jujur dan rendah hati: “Saya ini bukan siapa–siapa; saya ini bukan apa–apa; dst…”

Tetapi bisa pula ada rasa syukur: saya ini telah diurapi Tuhan untuk mewartakan kabar baik… Saya ini telah dipilih Tuhan untuk bekerja di kebun anggur-Nya dst…

Yesus sendiri bertanya kepada para murid: “Menurut kata orang, siapakah Aku ini? Dan menurut kamu, siapakah Aku ini?” Itu juga pertanyaan yang harus kita jawab dengan jujur dan rendah hati: “Siapakah Yesus itu bagi saya?”

Untuk menggarisbawahi kegembiraan pastoral yang perlu dihidupkan di antara para pastor, Romo Mardi SJ mengusulkan untuk membaca Evangelii Gaudium yang bukunya sudah dibagikan kepada para peserta retret, serta sebuah metode pastoral bukan problem solving, melainkan apresiatif.

Sebagai ganti SWOT, Romo Mardi mengusulkan SOAR: Strength – Opportunity – Apreciation – Result, melalui metode Apresiative Inqiury. Pendekatan untuk mencari yang positif dan memberikan apresiasi akan membangkitkan semangat dan kegembiraan daripadi mencari dan menyelesaikan masalah–masalah.

Baru pembukaan sudah terasa seru…. apalagi kalau sudah mulai “berjalan bersama Yesus dan bersama sama teman pastor dalam hari–hari retret ini.

Selamat retret.

 

Sujoko msc

(so lama nda muncul…. sibuk)

 

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here