Reuni Komunitas ME Palembang: Hayati Tri Dharma dalam Keluarga

0
752 views
Reuni ME. (Ignas Waning)

“SAYA kira ME tidak ada lagi di kota Palembang,” kata Tc Soedadi kepada para peserta Reuni ME di Rumah Retret Giri Nugraha Palembang. Sabtu (28/7-2018).

Pasutri Tien-Soedadi merupakan satu-satunya pasutri angkatan 1 ME di Palembang yang sempat hadir dalam reuni ini.

Sejak Juli 1990,  WeekEnd Marriage Encounter (WE ME) sudah ada di Palembang.

Angkatan 1 (pertama) WE ME diikuti oleh 23 pasutri dan 2 biarawati. Saat itu, tim pendampingnya Romo  Jhon Tinggogoy,MSC dan pasangan suami istri (pasutri) Trees-Eddy Lirungan dan pasutri Susi-Wardi.  Semuanya dari Jakarta.

Setelah 13 tahun baru diadakan lagi WE ME di Palembang. Tepatnya 15-17 November 2013, WE ME angkatan 2 diikuti oleh 24 pasutri dan 2 orang imam. Tim pendamping angkatan ke 2 ini Romo Saverius Vastival SVD, pasutri Endang-Agung, Elly-Rusli, Bernadeth-Christian.

Reuni pertama kali

Tidak diketahui dengan jelas WE ME masa kekosongan yang agak panjang, selama 13 tahun yakni antara tahun 1990-2013. Namun, sejak tahun 2013 hingga sekarang pelaksanaan WE ME terus berjalan dengan baik. Tercatat hingga Juni 2017 sudah mencapai angkatan ke 9.

Setelah 28 tahun, Sabtu (28 Juli 2018) diselenggarakan di Rumah Retret Giri Nugraha, reuni akbar anggota komunitas ME Keuskupan Agung Palembang dari angkatan 1-9,  khususnya yang berdomisili di kota Palembang.

Di awal misa pembukaan reuni ME moderator (tim ME) Romo  Paulus Guntoro SCJ mengatakan,  reuni ini lebih sebagai mengenang masa-masa indah.

Reuni anggota ME yang diikuti 51 pasutri, 3 suster dan 2 imam berlangsung akrab dan penuh suasana kekeluargaan sebagai anggota ME.

ME sebagai salah satu kelompok kategorial dalam Gereja Katolik. ME adalah suatu kegiatan positif dan pengalaman pribadi pasangan suami-istri (pasutri) yang mempelajari teknik berkomunikasi atas dasar cinta kasih, jelas ketua ME Palembang, Frans Harlim.

Harlim melanjutkan dalam ME sesungguhnya masing-masing pasutri diberi kesempatan untuk melihat lebih dalam: pribadi diri sendiri, pribadi pasangan, hubungan anda dengan pasangan dan hubungan anda dengan Tuhan.

Arti sebuah kebahagiaan

Selain memberi motivasi untuk memperbaiki hubungan dan kehidupan sebagai pasutri, WE ME dirancang untuk memperluas dan mendalami arti sebuah kebahagiaan sebagai pasangan suami istri dan sebagai anggota keluarga, tambah Harlim yang berdiri disamping Fifi, isterinya.

Dalam misa reuni anggota ME yang dipimpin oleh Romo Paulus Guntoro SCJ dan didampingi Romo  Yohanes Sarjono MSC, Romo Guntoro mengatakan “Reunian ME ini dimaksud untuk lebih mempererat tali persaudaraan di antara anggota ME.”

“Kita semua dipanggil Tuhan untuk menggerakan atau menghidupkan pasutri yang belum mengalami WE ME. Dalam Tuhan kita berproses. Tuhan berkenan memanggil kita untuk bersaksi dalam nama-Nya,” terang Romo Guntoro, Moderator ME Keuskupan Agung Palembang.

 Pemimpin yang ulet

Kepada para pasutri ME yang hadir, Direktur Rumah Retret Giri Nugraha Palembang sekaligus moderator ME ini berpesan hendaknya menghayati Tri Dharma (tiga persembahan atau pengabdian) anggota ME dalam keluarga.

Tri Dharma anggota ME dalam keluarga:

  • Menjadi pengajar atau guru dalam keluarga atau rumah.
  • Menjadi imam atau pengudus dalam keluarga.
  • Menjadi nabi atau pemimpin dalam keluarga, masyarakat atau kelomok kategorial.

Jadilah pemimpin yang rendah hati, sabar, ulet, suka cita, dan pemimpin yang tidak takut terhadap tantangan dan rintangan.

Pada kesempatan yang khusus ini, juga dibacakan Kepengurusan ME Palembang:

  • Pelindung: Bapak Uskup Keuskupan Agung Palembang, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ.
  • Penasihat: Yustinawati-Supardi, Tien-Soedadi, Sandra-Supriyo.
  • Moderator/Tim ME: Romo Paulus Guntoro SCJ.
  • Ketua: Fifi-Harlim.
  • Wakil Ketua: Flora-Bambang.
  • Sekretaris: Rigeria-Ignas, Viero-Andi.
  • Bendahara: Susi-Victor, Christin-Johny, Siu Ing-Akuang, Elen-Jimmy.
  • Liturgi: Wijiastuti-Suwardiono, Siu Ing-Akuang, Sr. Margaretha FCh
  • Humas: Christin-Johny, Christine-Arifin, Endang-Hendro, Nunuk-Nandes, Ning-Andreas, Siu Ing-Akuang, Listina-Djoe.
  • Konsumsi: Kartini-Martinus, Susan-Aswan.

Pengin kaus ME

Dalam kesaksian pasutri Tien-Soedadi, Ibu Tien mengatakan melalui ME beliau dapat mengenal arti dan hakikat serta tujuan perkawinan dan menerapkannya dalam hidup berkeluarga.

“Sesungguhnya,  kami pingin memakai kaus seragam berlogo ME seperti yang kalian pakai sekarang. Saya sudah berusaha mencarinya di rumah namun tidak ketemu. Maklum sudah kelamaan, 28 tahun yang lalu,”kata ibu Tien, yang kini telah berusia 76 tahun dan suaminya Pak Soedadi yang berusia 80 tahun. “Aku kira ME tidak ada lagi”, timbal pak Soedadi

Rindu untuk terus bertemu

“Cintu itu apa?,” tanya bu Tien kepada peserta.

Ia  sendiri menjawab, cinta itu adalah kerinduan untuk terus bertemu dan berdialog. Cinta itu kehendak untuk membuka diri satu sama lain. Cinta itu dasar keterbukaan. Cinta merupakan landasan untuk saling memberi, jelas ibu Tien yang tahun lalu merayakan pesta emas 50 tahun perkawinannya.

Sejak frater, Romo Yohanes Sujono MSC sudah aktif di kelompok kategorial Choice. Setelah jadi imam,  Romo Sujono aktif sebagai pastor ME.

“Induknya Choice adalah ME,” kata imam MSC ini. Maka tidak heran logo ME dan Choice hampir mirip.

Choice fokus kepada kaum muda, sedangkan ME lebih kepada orangtua atau pasutri, kenang imam yang berkarya di Paroki Kristus Raja Ogan Komering Ilir, Tugumulyo, dengan jarak 134 Km dan ditempuh sekitar 4 jam dari kota Palembang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here