Romo Jan van Paasen MSC: 5 Talenta Penuh Alm. Romo Widyo-Soewondo MSC

1
2,339 views

INILAH isi renungan yang dibawakan oleh P. Jan van Paassen memperkenalkan kembali sosok  alm. P. Widyo-Soewondo MSC kepada para mahasiswa yang tidak sempat mengalami beliau dan kepada para pastor konselebrans yang pernah menjadi murid-muridnya. Sayang sekali jaringan internet di kamar YvP selalu ada gangguan. Kalau tidak, pasti beliau akan bisa memposting sendiri teks renungan yang dibawakan dalam misa tadi.

Saya berusaha untuk mengkalimatkan kembali di sini apa yang saya dengar tadi dari renungan YvP. Dengan tambahan-tambahan sedikit. Dan juga mungkin tidak lengkap.

Bacaan Injil diambil dari perumpamaan tentang Kerajaan Allah dimana setiap hamba diberikan masing-masing 5, 2 dan 1 talenta. Namun YvP minta supaya berhenti pada bagian 5 talenta saja, karena P. Widyo diberikan bakat oleh Tuhan 5 talenta. Dan sekarang Widyo sebagai hamba yang baik dan setia menyerahkan 5 talenta itu beserta dengan 5 talenta tambahannya dengan bahasa Manado: napa… Tuhan, laba 5 talenta!

Dan Tuhan menjawab: marilah masuk ke dalam kebahagiaan Tuhanmu!

Widyo memiliki kecerdasan yang sangat baik dan mempunyai banyak bakat. Hal itu sudah nampak sejak di Seminari Mertoyudan dan kemudian sebagai frater di Seminari Pineleng. (Menurut cerita  Opa van Baars yang pernah bertemu dengan Romo Antonius  Soenarjo SJ (Provinsial Jesuit waktu itu) yang juga kakak kandung Mgr. Leo Soekoto SJ: sebenarnya dulu  Jesuit mengharapkan lulus dari Mertoyudan Widyo masuk Jesuit. Tapi dia pilih MSC).

Sebagai frater ia menjadi organis selama 6 tahun, karena dialah yang bisa main organ dan piano dengan baik. Kalau ada acara-acara, maka Fr. Widyo-lah yang menjadi penggerak utama karena bakatnya yang banyak itu.

Dia bersama John Lengkong membuat Mars STF SP. Teks lagu mars itu dalam bahasa Latin dan Indonesia digubah oleh Widyo dan John Lengkong. Logo Seminari Pileneng itu juga dibuat oleh Widyo. Widyo pandai menggambar juga dan tulisannya sangat baik. Ia juga menggambar Lambang Uskup Manado, mungkin juga Amboina dan uskup-uskup lain tamatan Pineleng?

Luar biasa!

Dia termasuk kelompok frater Jawa pertama yang datang ke Seminari Pineleng, setelah Permesta. Dialah frater pertama yang lengkap selama 6 tahun menempuh kuliah di Pineleng. Teman frater Jawa lainnya: Sukmana; Soesilo, Hendrowirjana, sudah mendapat kuliah filsafat di Jogya, jadi mereka hanya 4 tahun di Pineleng. Fr. Suwatan juga bergabung setelah dari Filipina.

Pada waktu kelompok frater-frater  Jawa itu datang, keadaan Seminari Pineleng kotor dan kacau balau akibat dipakai tentara waktu perang permesta. Kalau siang dipakai tentara pusat, kalau malam dipakai tentara Permesta. Siang hari tentara Permesta mengungsi ke Warembungan. Sedangkan malam hari, tentara pusat turun ke desa Pineleng. Waktu itu buku-buku perpustakaan dipakai untuk tapeng dari peluru, karena kertas bisa menahan peluru dengan baik, kecuali mortir. Dan banyak parit-parit kotor di sekeliling Seminari sebagai benteng pertahanan. Para frater itu bertugas untuk membersihkan kompleks Seminari itu.

Ia adalah frater pertama yang mencapai puncak Gunung Klabat. Karena pada waktu  Perang Permesta tentu tidak ada orang yang naik ke Klabat. Kami naik dari belakang lewat Paniki dan ke Klabat, bukan lewat Airmadidi. Dari rombongan frater dan YvP itu, Widyolah yang paling cepat dan pertama sampai di puncak.

Dia adalah pastur pertama lulusan Pineleng yang dicoba untuk studi di luar negeri (bersama Pastur Suwatan waktu itu). Tetapi YvP yang mengantarnya ke Leuven merasa ragu apakah ia dapat mengikuti pelajaran di Leuven yang sulit; karena maklumlah dosen-dosen di Pineleng hanyalah diambil dari pastor-pastor paroki yang sudah tua-tua; dan YvP yang masih muda tetapi bahasa Indonesia saja belum betul. Namun Widyo membuktikan dirinya mampu studi dalam bahasa Belanda di Leuven.

Widyo juga sebagai Dekan (Ketua STF) pertama hampir selama 16 tahun, dari tahun 1978 – 1994. Dan berkat kepiawaiannya meladeni Kopertis, maka STF SP berubah dari sekolah untuk calon Imam saja, menjadi Sekolah Tinggi Swasta yang terbaik di wilayah kopertis wilayah IX.

Waktu kopertis bertanya: mana laboratorium; Widyo menjawab: kapel ini adalah laboratorium kami, tempat belajar untuk berkotbah, membuat doa umat dll. Waktu YvP pulang cuti dari Belanda dan melihat kalculator di Singapura dan membelinya, Widyo mencantumkan dalam laporan ke Kopertis, bahwa STF SP sudah punya kalculator, sehingga peringkatnya lebih naik lagi.

Maklumlah, waktu itu kalculator adalah alat canggih.

Bakat elektroniknya luar biasa. Ia sangat kreatif dan inovatif untuk membuat pintu kamarnya dihiasi dengan lampu-lampu warna-warni yang menyala sesuai dengan status P. Widyo sedang ada di mana. Di bawah lampu itu ada bel yang bisa ditekan, kalau ada orang yang perlu.

Waktu komputer mulai masuk, maka Widyo adalah orang pertama yang menguasainya bahkan belajar sendiri untuk membuat program-program. Program laporan nilai mahasiswa yang dipakai di kantor STF SP sekarang ini adalah hasil karya dan warisan dari P. Widyo.

P. Widyo langsung tahu bahwa komputer itu sistem kerjanya hanya 0 dan 1 atau on dan off; jadi kalau dibuat jika… begini, maka…begitu. Contoh: Jika nilai frater A dan kredit 3 maka angka kwalitas langsung muncul 12. Karena A berbobot 4.

Karena saking pinternya, maka Fr. Widyo sering hanya suka bermain-main. Hanya Widyo yang mengajari anjingnya untuk membuat tanda salib!

Kalau sementara ujian semester dan teman-teman di kamar belajar setengah mati, Widyo hanya bermain dengan capung dan kupu-kupu di pohon-pohon bunga yang dia tembak dengan karet. Tetapi nilainya selalu bagus. Mungkin cara belajarnya memang begitu?

Karena suka bermain-main, maka Uskup Purwokerto Mgr. Soemacher MSC menunda tahun pastoralnya dan Ia diminta mengajar bahasa Latin dan menggambar di Seminari Kakaskasen.

Pastor Widyo juga adalah pastor Paroki Warembungan–Sea selama hampir 25 tahun. Mungkin ia juga pastor paroki pertama dan terakhir yang selama itu.

Pokoknya, Widyo adalah pioneer, atau orang pertama dalam banyak hal di Seminari Pineleng.

Selamat jalan Romo Wid, sampai jumpa di surga; seperti diungkapkan dalam doa syukur Agung ke-5:

“… dan berkumpul kembali dengan semua saudara yang sudah mendahului kami

Pada saat yang membahagiakan itu, sebagai manusia baru yang Engkau bebaskan dari dosa, dengan penuh sukacita kami akan melambungkan pujian syukur Kristus yang hidup selama-lamanya.”

Photo credit:  Alm. Romo Gerardus Widodo Widyo-Soewondo MSC (Provinsialat MSC Provinsi Indonesia)

 

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here