RUA APTIK di Makassar:  Roh Kudus Akan Ajarkan Segala Sesuatu Kepadamu

0
487 views
Rapat Umum Anggota APTIK di Makassar

RAPAT Umum Anggota Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (RUA APTIK) berlangsung dari tanggal 13-16 Maret 2017 di Makassar. Kegiatan tahunan yang dihadiri oleh para anggota utusan Yayasan dan Pimpinan Perguruan Tinggi Katolik se-Indonesia mengambil tema “Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Arah Pengembangan Perguruan Tinggi Katolik.”

RUA dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Ir. H. Agus Arifin Nu’mang, MS. dan Yang Mulia Mgr. Dr. John Liku ‘Ada, Uskup Keuskupan Agung Makassar.

Pelaksanaan RUA APTIK diawali misa pembukaan dengan selebran utama Uskup Agung KAMS bersama Mgr. Dr. Antonius Subianto Bunyamin OSC selaku Pengawas Badan Pengurus APTIK dan Sekretaris Jenderal  KWI.

Misa dengan tema“Roh Kudus akan mengajarkan segala sesuatu kepadaMu” ingin mengajak kepada peserta RUA dalam menjalankan tugas untuk selalu menyerahkan diri kepada Tuhan melalui menyertaan dan terang Roh Kudus. Secara khusus, Mgr. John tertarik melihat hadirnya Jaringan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dalam lingkungan APTIK dengan menyampaikan harapan yang berpangkal dari seruan Paus Fransiskus.

Secara berulangkali, Paus selalu mendorong agar umat Katolik berani keluar dari zona aman mereka, dan bersama saudari-saudaranya dari golongan lain melibatkan diri dalam pergulatan membangun sebuah dunia yang lebih aman, damai, rukun, bersaudara dan sejahtera.

Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) yang diselenggarakan setiap 5 tahun telah menelorkan tekat dengan semboyan “100% Katolik, 100% Indonesia.”

Dalam homilinya, Mgr. John menceritakan batu ajaib yang dimaksudkan oleh orang asing tersebut, yaitu kebersamaan yang dibutuhkan untuk menjawab tantangan kehidupan. Setiap orang mempunyai pernyataan roh bukan untuk kepentingan sendiri, melainkan untuk kepentingan bersama. Seperti pepatah yang mengatakan bersama kita bisa, dan inilah yang menjadi dasar mengapa didirikannya APTIK. Selain itu juga, kita membutuhkan kualitas profesional yang terdiri dari intelektual, yaitu pendidikan yang diperoleh dari bangku kuliah serta hal lain yang sangat dibutuhkan adalah moral yang berlandaskan iman kita untuk menjaga suasana kebersamaan tersebut.

Revolusi mental

Presiden Jokowi meluncurkan program gerakan “Revolusi Mental” yang diharapkan dapat merubah secara cepat sikap dan perilaku manusia Indonesia menjadi lebih baik, sehingga mampu mencapai peradaban setara dengan bangsa unggul yang lain.

Terdapat enam  nilai dasar strategis yang dapat menghadapi peradaban global dengan segala persaingannya saat in yaitu: kewargaan, dapat dipercaya, kemandirian, kreativitas, kerjasama, dan saling menghargai.

Selanjutnya Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang ditugaskan untuk menggerakkan “Revolusi Mental” dengan meringkas nilai menjadi integritas, etos kerja, dan gotong-royong.

Kegiatan RUA juga diisi dengan seminar yang mengangkat tema “Catholic Higher Education in a Period of Integration, Populism and Radicalization” oleh Br. Armin A. Luistro FSC.

Sementara, Dirjen Kelembagaan Kementerian Ristek Dikti Bapak Dr. Ir. Patdono Suwignjo M.Eng.Sc. memberi materi “Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN” dengan poin diskusi adalah arti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), produktivitas dan daya saing tenaga kerja Indonesia, tugas nasional Kemristekdikti, kondisi dan problem pendidikan tinggi di Indonesia, dan revitalisasi pendidikan tinggi vokasi.

Pada penghujung presentasi Dirjen, terdapat catatan akhir yang menjadi perhatian peserta RUA, yaitu:

  • MEA memberikan peluang dan ancaman bagi semua negara ASEAN.
  • Pasar Indonesia yang sangat gemuk akan menjadi incaran semua Negara.
  • Jika Indonesia tidak mampu menghadapi persaingan bebas AFTA, negara lain yang akan menikmati pasar di Indonesia.
  • Pendidikan, infrastruktur, ketersediaan energi, dan ketergantungan terhadap bahan baku dan barang setengah jadi impor menjadi kendala Indonesia menghadapi MEA.
  • Kendala tidak hanya dihadapi oleh Indonesia, tetapi juga oleh negara lain, untuk itu kita tidak boleh ketakutan menghadapi MEA.
  • Agar mampu bersaing di pasar tenaga kerja ASEAN, tenaga kerja terampil Indonesia harus kompeten.
  • Untuk itu lulusan perguruan tinggi Indonesia, pada suatu saat nanti, harus mempunyai sertifikat kompetensi internasional.

Selama empat hari kegiatan di Makassar, Badan Pengurus APTIK menyelenggarakan kegiatan rutin tahunan berupa rapat komisi yang terbagi dalam:

  • Bidang Organisasi.
  • Bidang Jaringan.
  • Bidang Program Gugus Tugas.
  • Bidang Beasiswa.
  • Bidang Keuangan.

Setelah rapat komisi dilanjutkan dengan rapat pleno untuk mengambil langkah strategis berupa keputusan untuk kemajuan dan perkembangan APTIK dalam dunia pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat (Tri Dharma Perguruan Tinggi).

Ketua Badan Pengurus (BP APTIK) Pastor Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, SJ mengatakan bahwa RUA APTIK yang dilaksanakan kali ini adalah yang tercepat di mana pengurus bersama peserta telah dapat mengambil keputusan strategis untuk mendukung arah pengembangan perguruan tinggi katolik di masa mendatang.

Empat yayasan perintis APTIK

Penyelenggaraan RUA di Makassar merupakan yang ke-34 di mana pada awal berdirinya APTIK telah dirintis oleh empat yayasan yaitu Atma Jaya Jakarta, Parahyangan Bandung, Sanata Dharma Yogyakarta, dan Widya Mandala Surabaya.

Hingga tahun 2017 telah berkembang menjadi 18 anggota dan yang terakhir menjadi anggota adalah Yayasan Ratna Miriam di Makassar. Salah satu peserta yang berstatus sebagai Peserta Peninjau berasal dari Yayasan Sentosa Ibu di kota Pare-pare yang diwakili oleh P. Ignatius Sudaryanto, S.Th, Dipt.Con., MT.

Dalam sambutan tertulis di buku panduan RUA, Mgr. Martinus Dogma Situmorang, OFMCap (Ketua Komisi Pendidikan KWI) mengatakan bahwa terdapat 5 hal yang menjadi perhatian MEA:

  • Sistem perekonomian yang terintegrasi dan terhubung erat satu sama lain.
  • Kawasan ASEAN yang kompetitif, inovatif, dan dinamis.
  • Pengembangan hubungan dan kerjasama sektoral.
  • Kawasan yang kuat, inklusif, dan berorientasi pada manusia.
  • Kawasan ASEAN yang terintegrasi dalam ekonomi global.

Meskipun demikian, masih banyak tantangan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia terkait dengan akses pendidikan, kualitas dan kesetaraan pendidikan, yaitu: tingginya partisipasi pendidikan di tingkat sekolah dasar tidak diikuti dengan tingginya pastisipasi pendidikan di tingkat lebih atas, kualitas pendidikan di Indoneisa masih rendah, ada beberapa provinsi di Indonesia yang penduduknya bahkan tidak bisa menyelesaikan pendidikan dasar (Papua, Gorontalo, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur), dan pengeluaran dana pendidikan yang tidak efisien.

Dari semua karunia yang diberikan Allah kepada manusia, tidak ada yang lebih berharga dari kehadiran Roh Kudus yang memiliki banyak fungsi, peranan dan karya. Yesus berkata bahwa Dia akan mengirimkan Roh Kudus untuk menjadi Penolong, Penghibur dan Penuntun. “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya” (Yohanes 14:16).

Kehadiran Roh Kudus memungkinkan kita untuk memahami dan menafsirkan Firman Tuhan. Yesus memberitahu murid-muridNya, “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (Yohanes 16:13). Roh Kudus juga dapat berperan sebagai penghasil buah dalam kehidupan manusia. Ketika Dia berdiam dalam hati manusia, Dia mulai berkarya menghasilkan buah dalam kehidupan manusia berupa “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Galatia 5:22-23).

Roh kudus akan memberikan banyak kesempatan kepada para pendidik dan peserta didik (civitas akademica) untuk dapat berkarya dan menciptakan buah-buah kebaikan di lingkungan kampus dan masyarakat sekitar sehingga pada akhirnya dapat berkontribusi dalam menciptakan manusia yang berguna bagi perkembangan dan kemajuan suatu bangsa.

Semoga RUA APTIK di Makassar semakin membantu Perguruan Tinggi APTIK dalam mewujudkan tugas perutusan Gereja di tengah masyarakat, dan memberi inspirasi dalam menentukan strategi pengelolaan pendidikan yang secara operasional mampu melahirkan manusia baru untuk menjadi produktif, berkarakter, sehat, terampil dan kompeten.

Baca juga:  Pertemuan Tokoh dan Lembaga Katolik, Mencari Peluang Sinergi Membangun Kapasitas Masyarakat

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here