Selamat Datang di Shantou, Tiongkok: Kota Industri yang Rapi dan Bersih (1)

0
1,125 views
Shantou, Provinsi Guangdong, Tiongkok (Courtesy of Chinese News Portal)

PENAT, letih, dan ngantuk berat yang menggantung di tubuh sejak lepas landas di Bandara KLIA – Malaysia hari Jumat menjelang siang dalam sekejap seperti lenyap ditelan angin, begitu kaki ini menjejak diri di Bandara International Shantou, sebuah kota industri di kawasan tenggara Tiongkok. Hari ini Jumat waktu petang hari yang sangat terik di bulan Agustus, ketika Tiongkok masuk musim panas dengan kisaran suhu sekitar 32-35 Celcius.

Panas terik matahari di Shantou seperti tak terasa menerpa tubuh, begitu kami dibuat bahagia bisa bertemu sanak-saudara di Jieyang –sebuah kota industri–, tetap usai menempuh perjalanan panjang dari KLIA-Shantou selama 4,5 jam terbang. Urusan keimigrasian dan bea cukai berjalan lancar dan tidak ada kendala, meski kami melihat ada beberapa orang warga lokal Tiongkok dan Malaysia sedikit mengalami kendala proses indentifikasi paspor mereka, entah karena apa. Namun, akhirnya semua penumpang berhasil lolos dan boleh masuk menginjakkan kaki mereka di kota industri yang langsung berhadapan dengan Laut China Selatan ini.

Sepi, rapi, bersih
Shantou, tepatnya di Jieyang, adalah kota industri, namun kondisinya sangat rapi, bersih, dan juga sepi. Tak seperti di Beijing atau Shanghai yang ramai oleh wisatawan lokal dan asing dengan kondisi jalan yang selalu padat oleh kendaraan, Jieyang di Shantou justru menawarkan ‘kedamaian’: lalu lintas boleh dibilang sangat sepi. Ruas-ruas jalan begitu besar dengan tiga sampai empat jalur dan kendaraan melaju dengan sangat tenang.

Nyaris tidak ada semangat ngegas pol, karena terpicu oleh lawan kendaraan yang menantang untuk ‘nge-trek’. Semua berjalan sesuai aturan: stir kanan, lajur kanan sebagai arus utama, berhenti di belakang garis lalin ketika harus stop karena lampu merah-hijau-kuning.

Itu suasana jalanan dari Bandara Internasional Chaosan Jieyang Shantou menuju pusat kota. Memasuki ruas-ruas jalan di kota industri ini, kondisinya ya sami mawon alias sama persis: sepi, rapi, bersih, dan tertib. Inilah kesan apik pertama yang kami rasakan, ketika untuk pertama kalinya datang ke kota Jieyang di luar pusat kota Shantou.

Jieyang di Shantou ini sungguh tidak seramai dua kota wisata berikut ini: Guilin dan Hangzhou dekat Shanghai, dan tentu saja Beijing. Tapi justru ‘kesepian’ inilah yang menarik, karena aneh juga kota industri dengan aneka produk logam dan alat-alat mekanik, tapi kok sepertinya kotanya ‘adem ayem’ saja. Mungkin saja, karena kami tinggal di pusat kota dan barangkali pabrik-pabrik itu berada di kawasan pinggiran dan aneka produk logam itu tinggal dipajang saja di showroom di hampir semua pojok kota ini.

Kami tinggal di sebuah rumah keluarga lokal di tepian jalan besar di Jieyang. Sepi dan hanya sesekali terlihat truk atau kendaraan melintas di jalur ini. Di sepanjang jalan besar ini, semua rumah menyisakan bagian depannya untuk toko. Yang mereka ‘pamerkan’ untuk dijual ya semua barang aneka produk logam: tabung gas, mesin giling, mesin potong, troli, mesin kupas gabah padi, dan lain sebagainya.

Semua peralatan rumahtangga berbahan dasar stainless ada di sini.

Saya belum melihat dimana ada toko menyediakan untuk dijual, misalnya, alat-alat kebutuhan rumah tangga: jarum, tang, catut, sekop, pacul dan lainnya.

Seorang penduduk lokal yang saya tanya melalui penerjemah mengatakan, hampir sebagian besar aneka produk logam ini diekspor ke manca negara. Rasanya klaim ini benar, karena saya lihat toko-toko ini tampak sepi juga; seperti tidak ada transaksi dagang yang kasat mata bisa disimak oleh indera mata. Ya, transaksi dagang sudah barang tentu dilakukan melalui media elektronik.

Pantesan saja, karena di beberapa jalan besar di Shantou ini lebih banyak terlihat kendaraan-kendaraan besar seperti truk-truk kontainer, long vehicle dan lainnya. Barang-barang yang sudah dipak dalam kemasan juga nongkrong di depan toko dan masuk di bak terbuka kendaraan-kendaraan besar ini.

Shantou memang sepi dari ‘kerumunan’ manusia di jalanan. Namun, rupanya tidak sepi dari arus dagang yang memang tidak kasat mata. Ini berarti ekonomi sangat tumbuh berkembang pesat di kota ini.

Saya tentu tidak sekedar ingin memuji keadaan. Namun, yang saya lihat begitu keluar dari terminal kedatangan di Bandara Chaosan Jieyang di Shantou memang menunjukkan kesan positif seperi itu. Bandara itu boleh dibilang sepi, nyaris sama dengan Guilin tapi tak sama dengan Pudong di Shanghai atau Beijing.

Tapi begitu keluar dari pintu kedatangan bandara, segala kesan mewah sudah tersaji di depan mata. Mobil-mobil sedan terbaru berjejeran di areal parkir: ada Peugeot seri terbaru parkir di ujung jalan, lalu beberapa mobil berkelas pabrikan Eropa juga nongkrong di situ. Mobil yang kami tumpangi pun boleh dibilang oke punya: minivan Hyundai terbaru, Toyota terbaru sejenis Camry, dan lainnya.

Jalanan yang lapang juga tidak menyuguhkan lobang jebakan, tapi mulus dan bersih dari sampah. Di atas jalan utama, berdiri megah jalan layang (elevated road) dengan ketinggian sekitar 6-7 meter di atas badan jalan utama. Sepertinya, jalan layang itu juga masih sepi dari arus kendaraan karena hampir tak terdengar suara arus lalin di situ; atau jangan-jangan mobil bagus yang saya tumpangi sangat kedap suara sehingga rembesan suara dari luar tidak terdengar di dalam kabin mobil yang sejuk dan nyaman.

Baru pertama kali ini, saya mengunjungi kota Jieyang di luaran Shantou yang berlokasi di Provinsi Guandong, Tiongkok. Kota ini berlokasi sekitar 400 km dari Guangzhou dan juga boleh dibilang tidak jauh juga dari Hong Kong, Shenzhen karena bisa ditempuh baik dengan mobil maupun dengan kereta api super cepat dengan waktu tempuh sekitar beberapa jam.

Shantou yang sepi dari arus lalu lintas dan wisatawan, namun sejatinya tidak sepi dari perdagangan internasional.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here