Sukacita Dan Kegembiraan

0
1,627 views

“Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.” (Yoh 16, 22)

SEORANG organis gereja merasa muak dengan tema-tema sedih yang dibawakan pengkotbah selama beberapa Minggu terakhir. Pengkotbah dengan panjang lebar bicara tentang sakit, penderitaan, sengsara jaman ini, kegagalan, konflik dan perceraian. Suatu saat, setelah pengkotbah selesai berbicara, organis tersebut menyingkirkan lagu yang telah disiapkan dan mengajak umat beriman menyanyikan lagu, “Semua bunga ikut bernyanyi.” Umat beriman bernyanyi dengan semangat dan gembira.

Salah satu gejala hidup umat beriman jaman ini adalah kehilangan suka cita. Kegembiraan telah dirampas dari kehidupan mereka. Para siswa mengeluh tentang banyaknya tugas; para mahasiswa mengeluh tentang sulitnya menyelesaikan tugas akhir; suami isteri mengeluh tentang sikap dan perilaku pasangan hidupnya yang tidak setia; pengkotbah bicara tanpa henti tentang tema-tema sedih; para buruh dan karyawan tidak berhenti mengeluh tentang kesejahteraan hidup yang diterima; para pengusaha mengeluh tentang kewajiban yang harus mereka penuhi; para pegawai mengeluh tentang tuntutan pelayanan harus semakin baik. Ada sekian banyak keluhan yang disertai dengan raut muka muram dan kata-kata kasar.

Suka cita dan kegembiraan semakin pudar dan hilang dari kehidupan banyak orang. Mengapa ini terjadi? Karena fokus dan perhatian utama banyak orang tertuju pada masalah dan bukan pada kabar suka citanya; yang dibahas dan dibicarakan adalah kelemahan pengkotbahnya, bleronya suara koor, tidak jelasnya suara lektor, semrawutnya misdinar, tata upacaranya yang panjang, pengurus DPP yang melempem dan masalah lainnya.

Banyak orang lupa akan kabar suka cita dan pulang ke rumah tanpa rasa gembira. Bagaimana caranya agar sukacita dan rasa gembira tetap tinggal dan tidak mudah terampas dari hidup kita? Teman-teman selamat pagi dan selamat berlibur. Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here