Surat Gembala Prapaskah 2018 Keuskupan Ketapang

0
805 views

Bergerak dan Berjuanglah: “Mewujudkan Sukacita Seluruh Ciptaan di Bumi Kalimantan”
(Dibacakan Hari Minggu Biasa VI/B)
Tanggal 10-11 Februari 2018

Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus,

Hari Minggu ini, bertepatan dengan Hari Orang Sakit Sedunia, saya mengajak seluruh umat beriman kristiani untuk menyiapkan hati menyambut Masa Prapaskah.

Masa Prapaskah dimulai pada Rabu Abu tanggal 14 Februari 2018. Selama masa Prapaskah kita mempunyai waktu khusus untuk memperdalam iman agar semakin militan.

Masa Prapaskah adalah kesempatan untuk mempertajam hati nurani karena tema yang ditawarkan oleh Panitia APP Regio Kalimantan sangat menantang: “Bergerak dan Berjuanglah: Mewujudkan Sukacita Seluruh Ciptaan di Bumi Kalimantan.”

Sebagai warga Kalimantan Barat, kita sedang bersiap sedia untuk mengikuti Pilkada Gubernur. Ketiga peristiwa penting itu mengajak kita untuk peduli pada orang sakit dan menderita, pada lingkungan hidup dan pada pemimpin daerah yang berkualitas. Kepedulian kita berdasarkan tiga keutamaan kristiani yakni iman, harapan dan kasih.

Dengan iman yang tulus, kita peduli terwujudnya Bumi Kalimantan yang asri. Dengan harapan yang jernih, kita peduli dipanggil menjadi pemilih cerdas dan suci. Dengan penuh kasih, kita peduli pada saudari-saudara kita yang sakit, menderita dan tersisih.

Injil hari ini mengisahkan Yesus yang menyembuhkan orang sakit kusta. Tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan lalu Ia mengulurkan tangan-Nya. Yesus menjamah orang itu dan seketika itu lenyaplah penyakitnya. Uluran tangan Yesus digerakkan oleh kasih yang menyembuhkan.

Pesan Paus Fransiskus pada hari Orang Sakit Sedunia didasarkan pada kata-kata Yesus di salib. “Ibu inilah anakmu…inilah ibumu. Dan sejak itu, murid itu menerima dia di dalam rumahnya (Yoh 19:26-27). Dalam peristiwa salib, yang tampak bukan tragedi keputus-asaan tetapi kemulian dan kasih Allah sampai akhir. Yesus mengajarkan kepada kita untuk peduli pada mereka yang sakit, menderita dan tersisih secara nyata: mengulurkan tangan, menerima dan mengasihi.

Saudari-saudaraku terkasih,

Dalam bacaan kedua, St. Paulus mengajak kita untuk melakukan semua kegiatan kita demi kemuliaan Allah. “Jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Kor 10:31). Termasuk melakukan untuk kemuliaan Allah adalah terlibat aktif dalam pemilihan Gubernur Kalbar.

Kita memuliakan Allah dengan menjadi pemilih yang cerdas dan suci dalam Pilkada yang sebentar lagi akan telaksana. Pemilih cerdas adalah orang yang memilih calon yang berkualitas, berdasarkan informasi yang luas. Pemilih yang suci adalah orang yang menggunakan hati nurani dan tidak mau dibeli. Pemilih yang suci adalah orang yang mengutamakan kepentingan bersama, tidak mau diadu domba.

Karena itu marilah menjadi pemilih yang peduli, lebih-lebih peduli pada harapan bahwa semua orang cinta damai. Yang menang maupun yang kalah adalah saudara. Temuae diberi makan, nyaga diberi beras. Teman diberi makan, orang lain diberi beras. Cinta selalu menemukan cara untuk bersaudara dengan semua. Cinta damai berarti cinta Allah sebab Allah adalah cinta.

Dalam Injil, Yesus menyembuhkan orang kusta. Saat ini yang sakit bukan hanya orang tetapi bumi sedang meratap dan merintih kesakitan. Saat orang membuang sampah sembarangan, menuangkan cairan beracun ke dalam air sungai, mengeruk tambang habis-habisan, mengotori udara dengan asap dan lain-lain, saat itulah bumi tersakiti.

Jeritan kesakitan bumi tampak dalam kekacauan cuaca, bumi makin panas dan air makin kotor. Kecenderungan menyakiti bumi dan tidak peduli harus segera dihentikan bahkan perlu dibangun sikap baru. Kita harus mengubah arah dengan mengambil keindahan dan tanggungjawab atas tugas kepedulian terhadap rumah kita bersama.

Yesus tergerak hatiNya oleh belas kasihan. Lalu mengulurkan tangan dan menyembuhkan orang kusta. Uluran tangan Yesus menyembuhkan. Ini mengingatkan kita bahwa bumi, “rumah kita bersama adalah layaknya seorang saudari yang dengan siapa kita berbagi hidup kita dan seorang ibu yang mengulurkan tangannya untuk memeluk kita” (Laudato Si’, art. 1).

Kita menyambut uluran tangan bumi pertiwi seraya memandang semua ciptaan memiliki hubungan satu sama lain: matahari dan bulan, pohon dan bunga, burung elang dan burung gereja, semuanya berbaris tak terhitung banyaknya, berbagai keunikan dan perbedaan mengatakan kepada kita bahwa tidak satu pun ciptaan hanya untuk dirinya sendiri. Keberadaan seluruh ciptaan saling bergantung satu sama lain guna saling melengkapi dan melayani.

Kebahagiaan orang kusta itu tidak dinikmati sendiri. Alih-alih mempersembahkan korban malahan mewartakan ke mana-mana. Sukacita itu meluas mencari teman. Demikian pula persaudaraan kita belumlah sempurna jika belum meluas dalam persabahatan dengan alam.

St. Fransiskus Assisi belajar bersaudara dengan alam sebab alam mengulurkan tangan untuk memenuhi hidup kita. Namun alam dan makhluk ciptaan makhluk hidup kini semakin lemah dan rapuh. Menerima alam serta ciptaan makhluk hidup sebagai saudara akan semakin membantu kita berbelarasa dengan mereka yang menderita.

Bergerak dan terus berjuanglah melahirkan tindakan-tindakan yang positif terhadap ibu bumi. Marilah kita berhenti saling menyalahkan. Kita mengembangkan sikap saling mengampuni atas kesalahan kita bersama melukai bumi.

Marilah kita memulai lagi bertindak dengan penuh sukacita melakukan pertobatan ekologis. Kita tanami tepi-tepi sungai dan sumber air dengan tanaman penahan air, kita tumbuhkan pohon-pohon di sekitar rumah kita dan menjaga kebersihan udara dengan perilaku yang sehat.

Saya mengajak seluruh umat untuk mengingat dan melaksanakan terus bahwa bulan Desember adalah bulan menanam. Marilah ‘menanam’ kita jadikan gerakan bersama sebagai buah pertobatan kita pada masa Prapaskah ini.

Semoga Tuhan memberkati segala usaha baik kita.

Amin

Ketapang, 31 Januari 2018

Salam, berkat dan doa selalu,

† Pius Riana Prapdi
Uskup Keuskupan Ketapang

———————

Peraturan Pantang dan Puasa Keuskupan Ketapang Tahun 2018

Mengacu pada Kitab Hukum Kanonik, kanon 1251 maka pantang dan puasa diatur sebagai berikut:

  1. Masa Prapaskah berlangsung mulai Hari Rabu Abu, tanggal 14 Februari 2018 sampai dengan Hari Sabtu Suci tanggal 31 Maret 2018. Masa Prapaskah kita jalani dengan:
  • TOBAT: meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk yang tidak cocok dengan kehendak Allah.
  • PUASA: mengendalikan diri dengan mengurangi makan dan minum.
  • PANTANG: menghindari/tidak makan atau minum makanan atau minuman tertentu demi pengolahan diri.
  • AMAL: melakukan kebajikan atau perbuatan baik, yang berguna bagi sesama.
  • LATIHAN ROHANI: mengadakan pendalaman iman, merenungkan sengsara Tuhan, menerima sakramen (terutama ekaristi dan tobat).
  • MENGHINDARI pesta, hura-hura, foya-foya dan sebagainya.
  1. Hari Puasa dan pantang tahun 2018 adalah hari Rabu Abu, 14 Februari dan Jumat Agung, 30 Maret 2018. Hari Pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama masa Prapaskah sampai dengan Jumat Agung.
  2. Yang wajib berpuasa ialah semua orang Katolik yang berumur 19 tahun sampai awal tahun ke-60. Yang wajib berpantang ialah semua orang Katolik yang berumur genap 14 tahun ke atas.
  3. Cara puasa adalah mengurangi porsi atau jumlah makan dan makanan. Selama satu hari atau 24 jam hanya boleh makan kenyang satu kali saja dan tidak makan makanan lain (cemilan, snack).
  4. Cara pantang adalah menghindari atau tidak makan suatu makanan atau minuman tertentu, misalnya tidak makan daging, ikan, garam, gula, snack, manisan, jajan, merokok. Pilihlah secara pribadi atau bersama-sama, misalnya satu keluarga, atau satu lingkungan, atau satu stasi, cara puasa dan pantang yang lebih sesuai dengan semangat tobat dan matiraga. Pantanglah dari makanan atau minuman yang paling disenangi.
  5. Salah satu ungkapan tobat bersama dalam masa Prapaskah ialah Aksi Puasa Pembangunan atau APP, yang diharapkan mempunyai nilai dan dampak pembaharuan pribadi, serta mempunyai nilai dan dampak peningkatan solidaritas pada tingkat paroki, keuskupan dan nasional.

Tema APP tahun 2018 adalah Bergerak dan Berjuanglah: “Mewujudkan Sukacita Seluruh Ciptaan di Bumi Kalimantan.”

Semua dana yang diperoleh dari aksi pengumpulan dana selama masa Prapaskah dari paroki, lembaga hidup bakti, lembaga-lembaga gerejawi, lembaga pendidikan dan kelompok-kelompok kategorial lainnya, termasuk kolekte Sabtu-Minggu Palma tanggal 25 Maret 2018, ditetapkan sebagai berikut: 30% dikelola oleh paroki untuk menyelenggarakan kegiatan karitatif dan 70% dikirim kepada: Panitia  APP Keuskupan Ketapang.

Selanjutnya, dana yang dikirim ke Panitia APP Keuskupan Ketapang:

  • 40% untuk dimanfaatkan oleh Panitia APP Keuskupan Ketapang untuk kegiatan pemberdayaan;
  • 30% untuk pastoral keutuhan ciptaan;
  • 30% dikirim ke Konferensi Waligereja Indonesia (KWI )di Jakarta.

Ketapang, 31 Januari 2018

Salam, berkat dan doa selalu,

† Pius Riana Prapdi
Uskup Keuskupan Ketapang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here