Tak Sigap Tangani Skandal, 34 Uskup Chile Siap Mundur bila Paus Mengizinkan

0
995 views
Audiensi 34 Uskup dari Chile dalam kunjungan ad limina bertemu Paus di Vatikan, 15 Mei 2018. (Vatican Media/CNA)

HARI-hari kemarin, sebanyak 34 Uskup yang tergabung dalam Konferensi  Para Uskup Chile di Amerika Latin telah datang ke Vatikan dalam rangka kunjungan ad limina (dinas). Pertemuan ad limina dengan Paus Fransiskus itu telah berlangsung tiga hari sejak tanggal 14 Mei 2018 di mana Paus berkenan mendengarkan aneka ‘keluhan’ dan pandangan para Uskup Chile mengenai kondisi umat Katolik dan Hirarki Gereja Lokal di Chile.

Kepada para Uskup Chile tersebut, Paus juga melontarkan kritik kerasnya atas model tata kelola pastoral yang diampu para Uskup. Salah satu sasaran kritikan Paus terhadap para Uskup Chile adalah isu kurang gesitnya para pejabat Gereja Katolik Lokal di Chile itu dalam merespon maraknya kasus pelecehan seksual yang telah melanda Hirarki Gereja Katolik Chile dan khususnya kasus-kasus asusila yang dilakukan oleh kaum berjubah.

Para uskup Gereja Katolik Chile itu sudah berada di Vatikan sejak awal bulan Mei 2018 ini. Namun, bersamaan dengan acara audiensi resmi ad limina tersebut,mereka juga dikumpulkan untuk secara bersama-saa menjalani retret bareng dan terbimbing dengan tuntunan tema sangat khusus yang bahannya tidak pernah dipublikasikan untuk umum.

Yang pasti, kata para Uskup Chile itu sebelum akhirnya menghadap Paus, kunjungan ad limina ke Vatikan mereka kali ini disertai dengan perasaan malu.

Siap mundur

Atas diskusi dan correctio fraterna (kritik membangun penuh persaudaraan) bersama Paus Fransiskus dalam pertemuan selama tiga hari itu, para Uskup Chile kemudian  ‘menyerahkan nasibnya’ kepada Paus.

Selain mohon ampun kepada umat Katolik di Chile, dalam surat tertulisnya kepada Vatikan ke-34 Uskup Chile itu juga menyatakan siap dilengserkan dari tugas, tanggungjawab sebagai Uskup di sejumlah Keuskupan di Chile, apabila “Paus nanti akhirnya mengizinkan permohonan tersebut.”

“Sekarang semuanya tergantung pada Paus dan kami menyerahkan sepenuhnya kepada beliau (untuk memutuskan, apakah mau menerima atau tidak atas gagasan mundur tersebut—red.),” demikian bunyi pernyataan pers para Uskup Chile usai melakukan pertemuan tertutup dalam rangka correctio fraterna.

Konferensi pers tentang hasil audiensi dengan Paus bersama para Uskup Chile. (Courtesy of Daniel Ibanez/CNA)

Kepada Paus, para Uskup yang tergabung dalam Konferensi Para Uskup Chile itu menyerahkan dokumen berisi laporan sejumlah kasus tercela yang terjadi di Gereja Katolik Chile berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan Hirarki atas umatnya, skandal seks dan penyelewengan nurani. Semua itu, tulis dokumen tersebut, telah ‘melukai’ dan mencoreng citra profetik Gereja yang selama ini selalu diagungkan.

Dalam dokumen itu, para Uskup Chile juga mohon ampun atas ‘ketidakberdayaan’ mereka merespon kasus-kasus pelanggaran Kaul Kemurnian –skandal seks—yang telah melibatkan banyak kaum berjubah.

‘Detektif khusus’ Vatikan

Dokumen itu menyebutkan, Konferensi Para Uskup Chile mengungkapkan terima kasih atas respon cepat Tahta Suci yang telah mengutus Uskup Agung Mgr. Charles Scicluna (dari Keuskupan Malta) dan Mgr. Jordi Bertomeu (dari salah satu keuskupan di  Spanyol) ke Chile untuk melakukan investigasi masalah dan solusinya.

Kepada kedua monsinyur ini telah diberi mandat oleh Vatikan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan atas berbagai kasus imoral yang telah memalukan Gereja Katolik Chile.

Vatikan telah mengutus dua ‘detektif khusus’ ini guna menelisik dugaan bahwa:

  • Hirarki Gereja Katolik Chile telah sengaja ‘mengubur’ kasus-kasus pelanggaran seksual itu.
  • Tidak bersedia melangkah serius mau  ‘mengurusnya’ alias menghentikan kasus penyelidikan internal itu secara struktural.
  • Antara lain dengan, misalnya, dengan sengaja tidak mau menginvestigasi kasus yang melibatkan para imamnya untuk kemudian langsung memberhentikan para pelakunya: kaum berjubah.

Penyelidikan dan penyidikan itu telah berlangsung sejak awal tahun 2018. Laporan hasil investigasi oleh kedua ‘mandataris’ Vatikan tersebut memuat 2.300 halaman.

Courtesy of AFP.

Dalam pertemuan dengan Paus itu, para Uskup Chile menyatakan terima kasih kepada kedua dua utusan khusus Vatikan itu atas dedikasinya dan reksa pastoral yang telah mereka lakukan di Chile. Termasuk, kata Konferensi Para Uskup Chile, atas upayanya selama beberapa pekan terakhir ini untuk merawat dan menyembuhkan luka-luka yang telah menimpa masyarakat dan umat Katolik di Chile.

“Kami menyatakan ungkapan terima kasih kepada para korban atas kegigihan dan keberanian mereka menghadapi semua hal itu dan mengalami kesulitan dalam rumah tangga yang harus mereka hadapi,” demikian salah satu butir pernyataan para Uskup Chile usai melakukan audiensi tertutup dengan Paus Fransiskus.

Membangun kembali tata laksana

Usai melakukan diskusi dalam audiensi tersebut, para Uskup Chile mengaku bersemangat ingin membangun kembali tata kelola pastoral  yang lebih baik lagi di masa mendatang. Para Uskup Chile itu juga berjanji mau merestorasi apa yang kemarin telah ‘rusak’ dan selanjutnya meretas dorongan bersama untuk menjalankan misi profetisnya untuk Gereja Katolik Chile di mana –kata mereka—“Yesus Kristus harus selalu menjadi pusatnya.”

Dokumen berupa pernyataan tertulis ‘rencana mau mundur’ itu telah diserahkan kepada Vatikan pada tanggal 18 Mei 2018.

Keseluruhan pernyataan pers itu dibacakan dalam bahasa Spanyol oleh Mgr. Juan Ignacio González dari Keuskupan San Bernardo (anggota Komisi Nasional Perlindungan Anak-anak Chile). Teks sama dalam bahasa Itali dibawakan oleh Mgr. Fernando Ramos, Uskup Auxilier Keuskupan Santiago sekaligus merangkap Sekretaris Jenderal Konferensi Para Uskup Chile.

Mgr. González mengatakan, usai kunjungan ad limina itu, para uskup akan kembali pulang ke Chile memimpin keuskupannya masing-masing sembari menunggu keputusan Paus Fransiskus apakah nantinya permohonan mereka untuk siap mundur itu jadi diterima atau ditolak.

Siapakah tertuduhnya?

Investigasi kedua utusan khusus Vatikan itu mengarah pertama-tama pada Mgr. Juan Barros dari Keuskupan Osorno. Ia adalah uskup baru, karena baru diangkat tahun 2015. Ia disebut telah sengaja menutupi kasus skandal seksual yang dilakukan oleh Pastor Fernando Karadima.

Pastor Karadima sendiri telah menerima hukuman resmi gerejani dan sudah menjalani sanksi suspensi (hak dan fungsi imamatnya ditangguhkan, digantung, dan dicabut) sejak tahun 2011 oleh Kongregasi (semacam Kementerian) Ajaran Iman Tahta Suci.

Tertuduh berikutnya menimpa tiga uskup lainnya yakni Mgr. Andrés Arteaga, Mgr. Tomislav Koljatic, dan Mgr. Horacio Valenzuela yang ditengarai juga ikut  tahu-menahu soal kasus skandal Pastor Karadima dan  mengenal para korbannya, namun kemudian memilih ‘berdiam diri’.

Paus berubah pandangan

Media lokal di Chile menulis bahwa pada awalnya Paus Fransiskus sedikit ‘membela’ Mgr. Barros,  karena tidak ada indikasi kesalahan yang telah dia lakukan. Bahkan saat melakukan perjalanan pastoral ke Chile bulan Januari 2018 lalu, Paus menyebutkan tudingan ‘menyalahkan’ Mgr. Barros itu sebagai ‘fitnah mendeskreditkan’ yang bersangkutan.

Namun, pandangan Paus terhadap Mgr. Barros lalu berubah, usai menerima laporan investigatif dari dua utusan khusus Vatikan. Paus lalu menindaklanjutinya dengan permohonan maaf kepada Umat Katolik Chile dan mengundang para korban untuk ‘bersaksi’.

Paus Fransiskus dalam kunjungan pastoral di Chile, Januari 2018. (Courtesy of South China Morning Post)

Selama ini, para korban skandal seks oleh kaum berjubah di Chile itu selalu dianggap ‘sepi’ dan bahkan mereka sering dituduh telah dengan sengaja ingin ‘menyerang’ Gereja. Namun sejak menerima dokumen hasil investigasi tersebut, kini ‘suara’ mereka lebih diperhatikan oleh Vatikan.

Bahkan, teks-teks pengantar retret khusus untuk para Uskup Chile selama tiga hari itu juga ditengarai berisi naskah yang sedikit banyak ‘membela’ para korban skandal seks kaum berjubah. Laporan media katolik internasional menyebutkan,  naskah teks pengantar retret itu dibuat berdasarkan laporan investigatif tersebut.

Hirarki ‘tutup mata’

Paus merujuk pada ‘praktik’ bagaimana kasus-kasus itu –sengaja atau tidak—telah ‘dipetieskan’ oleh Hirarki Gereja Katolik Chile.

Caranya antara lain seperti ini:

  • Mengeluarkan oknum kaum berjubah itu dari tarekat religius atau keuskupan darimana ia bergabung sebagai anggotanya.
  • Mereka dipaksa keluar dari tarekat religiusnya atau keuskupan dan kemudian harus segera ‘copot jubah’,  karena dianggap tidak memiliki lagi konduite moral yang memadai sebagai imam atau religius.
  • Mengecam perilaku yang sifatnya kriminal, karena telah menyalahgunakan otoritas dan wewenangnya sebagai pemimpin umat.
  • Memindahkan tugas ke paroki lain atau malah ‘dibuang sementara’ untuk berkarya di luar keuskupan atau diberikan pekerjaan lain yang tidak ‘bersentuhan langsung’ dengan anak-anak.

Catatan Paus ini tidak semata-mata ‘menembak’ kasus skandal seks Pastor Karadima, melainkan juga kasus-kasus lain yang  juga telah melibatkan imam-imam religius dari Ordo Fransiskan, Kongregasi Salesian, dan Kongegasi Bruder Maria.

Teks Paus itu juga menyebut adanya kelalaian Hirarki Gereja Katolik Chile yang –sengaja atau tidak—telah melupakan penanganan serius atas kasus-kasus berat (delicta graviora) terkait dengan informasi awal sebelumnya yang sebenarnya juga sudah dipantau oleh Curia Vaticana.

Paus menyatakan bahwa tidak sepantasnya Hirarki Gereja Katolik ‘bersembunyi’ atau cuek terhadap kasus-kasus tersebut. Ia juga menyayangkan bahwa utusan Vatikan yang menyelidiki kasus-kasus skandal di Chile itu telah menerima perlakukan tidak menyenangkan. Apalagi, ‘detektif Vatikan’ itu juga menemukan bahwa di beberapa tempat dokumen arsip itu sengaja telah dimusnahkan.

Semua tindakan ceroboh oleh Hirarki itu disebut Paus sebagai sikap tidak sepantasnya (boleh dilakukan oleh imam sesuai Hukum Kanonik) dan “hal-hal semacam itu tidak boleh lagi terjadi di masa depan.”

Kasus-kasus skandal itu sebenarnya sudah bisa ‘dideteksi’ simptomnya, ketika para pelaku itu masih dalam proses pembinaan (formatio) di seminari menengah dan seminari tinggi, serta di novisiat.

Mengutip laporan investigatif utusan Vatikan tersebut, Paus mengritik otoritas Hirarki Gereja Katolik Chile yang sengaja atau tidak malah menugaskan para pastor dengan tendensi orientasi seksual pada sesama jenis itu berkarya di bidang formatio – hal yang semestinya tidak boleh terjadi.

Ref: Diolah dari CNA, Vatican Radio.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here