Taman Doa di Biara Seminari Montfort Malang

0
5,343 views
Taman Doa Gua Maria di kompeks Seminari Monfortan Malang. (Larentius Suryono)

“DENGAN berakhirnya bulan Oktober Bulan Rosarioo bukan berarti berdoa Rosarioo sudah selesai dan baru akan mulai lagi nanti bulan Mei Bulan Maria tahun depan. Tidak”.

Berdoa Rosarioo dapat terus dilaksanakan baik oleh pribadi-pribadi atau pun dalam keluarga-keluarga bahkan dalam kelompok atau lingkungan.

Demikian kata Romo Lukas SMM menjawab salah seorang penanya di halaman Gua Bunda Maria Pelindung Perjalanan..

“Orang berdoa Rosarioo itu menandakan kerinduannya kepada Tuhan.  Ia ingin terus berrelasi-berkomunikasi dengan Tuhan. Mungkin pula ingin menyampaikan syukurnya atas terkabulnya permohonan-permohonannya selama ini untuk kemudian diwujudkan dalam berdoa Rosarioo. Atau pada diri seorang itu selama ini ada suatu harapan yang ingin terwujud, dan ia meyakini Allah yang Maha Baik dan Maha Kasih kepada umatNya akan menjawab harapan umatnya yang terus-menerus berseru kepadaNya dengan berdoa Rosario”.

“Lihat saja sekarang ini di taman ini masih banyak orang yang datang ke sini untuk berdoa Rosario. Yang perorangan itu warga lingkungan di sekitar Biara Monfort, sedang mereka yang berkelompok ada yang datang dari sekitar Malang Raya ada pula dari Surabaya, Jakarta bahkan Manado, Samarinda, dan Entikong di Kalimantan Barat, terlepas ke taman ini menjadi tujuan utama, atau sekedar mampir karena foto-foto Gua Maria dan Taman Rosarioo Montfort sudah viral di media sosial.”

Ada di Seminari Monfortan

Taman Doa Seminari Montfort ada dalam komplek Seminari Montfort Pondok Kebijaksanaan. Ada Gua Maria dengan patung Maria menggendong Kanak-kanak Yesus, guanya cukup luas dengan relief pada umumnya berupa stalagtit namun berwarna kecoklatan bukan putih kalsit.

Teras depan gua terbuat dari anyaman besi yang ditumbuhi tanaman menjalar (merambat) sehingga harapannya pada beberapa bulan ke depan batang dan daunnya dapat melindungi para devosan dari terik panas matahari di kala siang hari. 

Pada malam hari pemandangan di sekitar gua sungguh indah diterangi dengan beberapa lampu-lampu kecil.

Taman doa.

Pelataran di depan gua tertata rapi sebagian diplester semen sebagian lagi ditanami rumput hijau tebal di antara pohon-pohon pelindung yang semakin menambah kesejukannya. Apalagi ditambah dengan suara gemericik air yang turun keluar dari dinding gua buatan para frater SMM.

Ketika pagi hari di mana matahari baru saja terbit akan terdengar kicauan burung berbagai jenis, seolah burung-burung pun bergembira karena hari ini masih akan mendapatkan makanan walaupun tanpa menanam atau burung-burung itu hendak mengajak kita untuk bersyukur kepada Tuhan dengan kidung nyanyian.

Dari halaman depan Biara Montfort untuk menuju ke Gua Maria akan menaiki banyak tang,  karena tempatnya ada beberapa meter di atas.  Tapi tidak usah khawatir karena jarak tiap anak tangga dan ketebalannya sudah diatur sedemikian rupa sehingga nyaman bagi siapa pun yang melangkahkan kakinya.

Bagi kaum difabel  juga tersedia jalan yang layak untuk dilewati sampai tempat di depan patung Bunda Maria, sehingga boleh dikata taman ini juga layak untuk para difabel.

Taman Rosario Montfort

Manik-manik dalam untaian Rosarioo digambarkan dalam kuntum bunga mawar berwarna merah dan putih.

Merah mewakili doa Salam Maria sebanyak 10 x 5 ditambah 3, sedang kuntum mawar putih untuk doa Bapa Kami sejumlah 5 ditambah satu.

Semuanya dirangkai menjadi gambar hati dengan salib besar ada di tengah-tengahnya.

Jalan Salib.

Pada keempat sudut taman masing-masing berdiri lima pilar setinggi satu meter yang di atas pilar ada patung-patung kecil yang menggambarkan peristiwa yang ada.

Setiap sudut taman memuat satu peristiwa dalam berdoa Rosario yakni: Peristiwa Gembira atau Peristiwa Terang, Peristiwa Sedih dan Peristiwa Mulia. Sungguh indah dan kreatif serta memudahkan para devosan yang hendak berelasi dengan Bunda Maria.

Masih di dalam taman ada tulisan berbunyi Totus Tuus.

Menurut  Romo Wim MSF, teks pendek itu berarti “seluruhnya milik-MU” dan ini adalah semboyan Paus Johanes Paulus II. Maka di samping tulisan itu juga ditampilkan gambar foto Paus Johanes Paulus II. Semboyan ini mengutip dari buku Bhakti Sejati tulisan Santo Montfort.

Romo Wim MSF yang datang ke Indonesia pada tahun 1975 menambahkan bahwa di sebelah barat taman juga akan dibangun Taman Patung Pieta, tinggal menunggu waktu yang tepat, semoga saja dapat cepat terwujud.

Kredit foto: Laurensius Suryono

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here