Tegas, godaan langsung wuzzzzz……

0
1,909 views

ORANG mudah membelanjakan uang. Begitu keluar rumah, tawaran sudah banyak menanti. Asal cukup uang di kantong, tawaran dapat disambar. Apalagi waktu tanggal muda, baru gajian. Apa-apa bisa langsung dibeli kalau tidak dikontrol. Begitulah godaan datang, menyerang pada sisi lemah manusia.

Benar juga yang dikatakan Ignatius tentang godaan. Godaan diumpamakan panglima perang. Dia menyerang ke bagian lemah terlebih dahulu (Latihan Rohani 327). Jika yang lemah sudah kalah, yang lebih kuat mulai dihancurkan. Sama seperti godaan hidup konsumtif.

Belanja tanpa perhitungan menjadi salah satu ciri kelemahan banyak orang. Tanggal muda, langsung borong. Pertengahan bulan, uang menipis. Anak minta bayaran sekolah, uang tidak cukup. Lalu suami menyalahkan isteri, isteri menyalahkan suami. Anak-anak tetap merengek. Cekcok mulai terjadi. Demikian seterusnya bagaimana godaan bertindak.

Lemah bila dilawan

Godaan akan semakin kuat dibiarkan. Tapi lemah bila dilawan. Hal ini juga pernah ditulis Ignatius 400 tahun lalu (Latihan Rohani 325). Maka, sikap paling baik menghadapi godaan adalah sikap tegas dan tidak tawar menawar. Jika tegas, godaan akan melemah. Sebaliknya, jika tawar menawar, atau bahkan melembek, godaan akan semakin kuat.

Nah, dalam konteks mengelola keuangan keluarga, sikap tegas apa yang perlu dipupuk? Langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan.

Setiap orang mungkin punya cara sendiri. Namun demikian, Kerangka pikir yang diajukan oleh Hendri Hartopo dalam Save or Sorry berikut menarik untuk dicermati. Hendri menawarkan empat prinsip dalam menyusun anggaran. Menurutnya, membuat anggaran sangat penting untuk mengelola pengeluaran. Jangan sampai terjadi “besar pasak daripada tiang.”

1. Tentukan prioritas.

Tentukan prioritas keuangan keluarga anda: untuk membeli rumahkah? menyekolahkan anakkah? mengumpulkan modalkah? Setelah prioritas ditentukan, baru kita mengendalikan uang dengan melakukan pembayaran dan menabung sesuai kemampuan dan penghasilan kita. Untuk mendukung hal itu, kita perlu membedakan antara rekening transaksi (transaction account), yang bersifat fluktuatif, untuk operasional sehari-hari dan rekening tabungan (saving account), yang bersifat akumulatif dan berjangka panjang.

2. Tentukan kelompok pengeluaran berdasarkan waktu.

Tidak semua pengeluaran dibelanjakan setiap hari. Ada yang tahunan, bulanan,  enam bulanan, mingguan, dsb.

3. Alokasikan pengeluaran secara jelas.

Secara garis besar kebutuhan keluarga terdiri dari pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, transportasi, komunikasi, sosial, dan lain-lain. Daftar kelompok yang lebih lengkap dan terperinci dapat dibuat sendiri-sendiri seturut prioritas, jenis pengeluaran, dan gaya hidup seseorang.

4. Laksanakan rencana di atas secara konsisten.

Setelah hal-hal tersebut di atas dibuat, hal yang paling sulit yang harus dilakukan adalah melaksanakannya dengan sungguh, ulet, dan keteguhan hati.

Sikap tegas

Selain empat hal itu, satu unsur lagi perlu ditambahkan, yakni evaluasi. Suatu saat prioritas, periode pengeluaran uang, dan alokasi mungkin sedikit berubah. Revisi diperlukan agar pelaksanaan tetap efektif dan efisien.

Prinsip dan langkah di atas kiranya merupakan “sikap tegas” untuk melawan godaan berbelanja yang tidak terkontrol. Semoga hal ini dapat memupuk sikap manusia sebagai pengendali uang, dan bukan sebaliknya.

Mispan Indarjo, bekerja di badan internasional di Jakarta.

Photo credit: Mathias Hariyadi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here