“The Martian”, Hidup-Mati dalam Kesendirian di Planet Mars

0
2,687 views

DALAM dunia militer lazim dikenal jungle survival. Inilah istilah yang biasa dipakai untuk membekali para prajurit agar mampu bertahan hidup di hutan manakala tersesat, hilang dalam operasi dengan ransum makan-minum super minim. Karenanya, dengan kemampuan jungle survival tersebut, para prajurit harus mampu bertahan hidup dan makan-minum seadanya dengan memanfaatkan semua yang ada di hutan.

Kondisi Mark Watney (Matt Damon) di Planet Mars kurang lebih seperti itu. Ia dinyatakan ‘hilang’ dan tewas, setelah terpisah dari rombongan austronot Amerika pimpinan Melissa Lewis (Jessica Chastain) yang terpaksa meninggalkan Mars karena menghindari badai. Sejak itulah, Watney berusaha hidup dengan mencoba menanam kentang, menciptakan air, dan memberi pupuk tanaman dengan kotoran manusia.

Hidup-mati di Mars

Ini adalah persoalan hidup-mati. Tidak hanya bagi Watney yang hidup telantar sepanjang 1,5 tahun di Planet Mars. Melainkan juga bagi tim ‘darat’ NASA di Cape Canaveral, Florida, AS yang senantiasa kebakaran jenggot menghadapi dilema besar untuk kapan bisa melakukan ‘penjemputan’ Watney dari Mars, begitu kabar mengenai nasibnya mulai terkuak.

martian3
Austronot Mark Watney (Matt Damon) dinyatakan hilang dan tewas oleh NASA, setelah misi ilmiah ke Planet Mars terpaksa berhenti karena badai menggulung mereka di planet ini.

Keputusan membawa pulang Watney dari Mars jatuh ke tangan Komandan Lewis. Ia selalu dihanturi rasa bersalah lantaran tidak bisa berhasil  ‘menemukan’ Watney saat badai menggulung Mars dan memaksa misi ilmiah di planet yang konon paling dekat dengan Bumi ini harus berakhir.

Berbagai upaya diusahakan, hingga akhirnya berkat bantuan China, proses penjemputan yang ‘mustahil’ itu akhirnya bisa dilaksanakan.

The Martian hasil besutan sutradara Ridley Scott memang bicara tentang manusia yang mencoba bertahan hidup dalam kondisi ekstrim: tidak ada air, maka harus bisa ‘menciptakan’ air.

Namun, kalau bicara tentang reaksi penonton, maka The Martian ini terkesan kurang gegap gempita. Nafasnya sangat berbeda dibanding film-film sejenis tentang misi ruang angkasa seperti Apollo 13 yang sarat dengan emosi penonton atau Gravity dengan tingkat kecanggihan menciptakan efek,  sekalipun alur ceritanya karut marut.

martian1
Sepi dan sendiri adalah hari-harinya austronot Mark Watney saat di Planet Mars.

Dalam konteks hiburan, The Martian lebih banyak mengumbar humor terutama ketika Mark Watney harus membuat pupuk kompos dari kotorannya sendiri. Juga kekonyolan yang ‘mustahil’ terjadi di ruang angkasa yakni melobangi pakaian austronot-nya demi mendapatkan daya kejut untuk melecut tubuhnya mendekati ‘pesawat’ Komandan Lewis agar bisa menangkapnya. Juga, mana ada seorang pemuda ‘kacau balau’ namun cerdas dengan gaya kerja sangat urakan dipekerjakan di sebuah projek prestisius di bidang aerodinamika pesawat.

Namanya saja hiburan ilmiah futuristik. Jadi tak heran kalau hukum logika dan kebiasaan hidup lazimnya kebanyakan orang melakoni kesehariannya lalu diputarbalikkan hanya demi konsumsi: hiburan. The Martian pada hemat saya tidak sedahsyat Apollo 13 yang bisa membetot emosi penonton dan juga tidak secanggih Gravity dengan panorama pemandangan ruang angkasa yang menakjubkan.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here