Ulasan Injil Minggu Biasa XXIV B, Yesus Sang Mesias (1)

0
1,898 views

Jawaban Petrus “Engkau itulah Mesias!” bagi pertanyaan Yesus kepada para murid mengenai siapa dirinya menurut mereka sendiri kedengaran sederhana, apa adanya, muncul dari kesadaran mereka sendiri. Akan tetapi belum jelas apa sesungguhnya yang hendak disampaikan Mrk 8:27-35 (Injil Minggu Biasa XXIV tahun B) dengan peristiwa tanya jawab seperti ini.

SOSOK YESUS DI MATA ORANG BANYAK
GUS: Kejadian ini bertempat di Kaisarea Filipi – apa ada penjelasannya? Kota itu kan letaknya amat di utara, di kaki gunung Hermon, di Libanon, sekitar 45 km sebelah timur kota Tirus.

MARK: Ada teologinya. Sampai sekarang Injil Markus mengisahkan macam-macam kegiatan dan pengajaran Yesus. Ia makin dikenal orang banyak. Juga makin diawasi oleh orang Farisi dan ahli Taurat yang mengira ia mengajarkan yang bukan-bukan. Pada titik ini perlu ditunjukkan bagaimana lingkungan terdekat Yesus memahaminya. Dipilih sebuah tempat yang bukan di Galilea, tempat asal Yesus sendiri, bukan di Yudea yaitu wilayah keyahudian yang resmi, tidak pula di Samaria yang tidak menerima keyahudian resmi, melainkan di luar semua itu, di daerah yang netral. Di situ akan lebih jelas siapa sosok dia itu sesungguhnya.

GUS: Baru dengar kali ini ilmu bumi Injil ada maknanya juga!

MARK: Asal jangan dimengerti sebagai ilmu bumi sekolah, sehingga teologinya tak muncul.

GUS: Kalau benar tangkapanku, di Kaisarea Filipi yang netral itu kelompok Yesus dan murid-muridnya memperbincangkan tiga macam pandangan mengenai Yesus, yaitu: (1) anggapan orang banyak, dan (2) anggapan dari lingkup lebih khusus, orang Farisi dan ahli Taurat di satu pihak dan (3) para murid terdekat di pihak lain.

MARK: Benar, kalau kauikuti kisah-kisah Injil, akan jelas makin besarnya pelbagai harapan, keinginan, dan cara membayangkan sosok Yesus di pelbagai kalangan. Ada yang mengira Yesus kayak Yohanes Pembaptis karena seruan gerakan rohaninya mengajak orang mengarahkan diri kembali ke hidup lurus, eh kalian sebut bertobat. Atau seperti Nabi Elia yang kembali ke dunia menyampaikan sabda dari atas sana guna mengatasi kekersangan batin. Atau seperti seorang nabi lain, yakni orang yang berani menyuarakan kehadiran Tuhan yang kerap terbungkam oleh ketamakan manusia. Itulah macam-macam pendapat orang tentang Yesus.

GUS: Dalam pembicaraan di Kaisarea Filipi itu kok tak jelas-jelas ditampilkan pendapat orang Farisi dan ahli Taurat?

MARK: Injil diharap bicara tentang apa-apa saja? Huh, maunya kayak database siap pakai tapi bikin pandir, tanpa mikir?

GUS: Mari kita berandai-andai. Kaum Farisi dan ahli Taurat agaknya beranggapan bahwa Yesus itu, seperti mereka sendiri, ialah seorang guru agama yang mestinya mengajarkan hal-hal yang sudah digariskan, seperti yang mereka jalankan?

MARK: Memang mereka sebetulnya menganggap Yesus rekan seprofesi dan sering mengajaknya diskusi. Hanya mereka merasa dirugikan karena orang banyak lebih tertarik olehnya. Tapi mereka tidak memfitnah-fitnah Yesus. Nanti kaum imam di Yerusalemlah yang frontal memusuhinya serta mendakwanya di mahkamah mereka dan memintakan hukuman mati baginya dari Pilatus.

GUS: Kembali ke kaum Farisi dan ahli Taurat. Jadi mereka itu menganggap Yesus guru agama, teolog, pembimbing rohani seperti mereka. Apa ini
tidak penting?

MARK: Para murid Yesus dari generasi awal sampai kini memang menghadapi masalah itu. Mengikuti Yesus atau mengikuti pendapat-pendapat mengenai dia. Batas-batasnya sering tampak kabur. Tapi ingat, sosok Yesus yang ditampilkan Injil terutama bukanlah guru atau pembimbing rohani, atau pengajar kebijaksanaan. Bukan seperti anggapan kaum saleh Farisi dan ahli kitab Taurat. Yesus lebih dari itu.

GUS: Kalau begitu sekarang pun masih relevan soal ini. Banyak orang melihatnya sebagai tokoh kebijaksanaan dan guru rohani. Kurang cocok?

MARK: Itulah pemikiran orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Pindahkan saja ke budaya lain, dan kalian akan melihat soal yang dialami murid-muridnya.

GUS: Mulai menuduh kami ya?

MARK: Gini lho, bila kamu orang melihat sosok Yesus terutama sebagai guru kebijaksanaan, nanti akan cepat kalian merasa tak perlu digurui lagi, malah akan mempersoalkan kelakuan Yesus. Atau bisa jadi kalian akan ngotot mempertahankan pendapat sendiri mengenai dia dan menolak sisi-sisi lain. Ini soal orang Farisi dan ahli hukum agama dulu. Dan sekarang juga!

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here