Ulasan Injil Minggu Biasa XXV Tahun B, Yesus Menyadari Dirinya Ditolak (1)

0
1,625 views

Injil bagi hari Minggu Biasa XXV tahun B kali ini (Mrk 9:30-37) memuat pernyataan Yesus yang kedua kalinya kepada murid-muridnya mengenai kesengsaraan, salib, serta kebangkitannya. Sesudah itu, ia juga memberi pengajaran agar dalam mengikutinya para murid tidak berpamrih bakal mendapat kedudukan. Sebelum mendalami pengajaran ini, marilah ditengok sejenak maksud serta makna pemberitahuan mengenai sengsara tadi bagi komunitas para murid waktu itu.

PERNYATAAN MENGENAI KESENGSARAAN
Walaupun diakui sebagai Mesias oleh orang-orang yang paling dekat dengannya, Yesus lebih memahami dirinya sebagai Anak Manusia. Ia bahkan menegaskan bahwa dirinya akan ditolak, disalibkan, tetapi akan dibangkitkan. (Lihat ulasan Injil Minggu lalu, Mrk 8:27-35). Pernyataan ini muncul sampai tiga kali dalam Injil Markus, Matius dan Lukas. Yang pertama, Mrk 8:31-33//Mat 16:13-23//Luk 9:22, yang kedua Mrk 9:30-32//Mat 17:22//Luk 9:43b-45 dan yang ketiga, Mrk 10:32-34//Mat 20:17-19//Luk 18:31-34. Pernyataan pertama diikuti pengajaran khusus bagi siapa saja yang mau mengikutinya, yakni agar mereka sedia “menyerahkan nyawa”, maksudnya berdedikasi penuh Mrk 8:34-39//Mat 16:24-28//Luk 9:23-27. Pernyataan yang kedua dilanjutkan dengan pengajaran untuk tidak mencari kedudukan tinggi, melainkan bersikap seperti anak kecil Mrk 9:34-37//Mat 18:1-5//Luk 9:46-48. Pernyataan ketiga ditegaskan dengan pengajaran mengenai kesediaan melayani satu sama lain Mrk 10:35-45 Mat 20:20-28 (Lukas tidak menyertakan padanannya). Dari ikhtisar ini kelihatan bahwa arah ke salib dan kebangkitan itu memang sulit dipahami, bahkan oleh murid-murid terdekat yang sudah lama mengikutinya sekalipun. Jalan untuk memahami kenyataan salib dan kebangkitan itu ialah kesediaan untuk menerima tanpa mementingkan diri ataupun mencari kedudukan yang tinggi. Inilah yang diberikan dalam pengajaran yang mengikuti setiap pernyataan tadi.

Semakin dekat ke Yerusalem, Yesus semakin berusaha agar para murid terdekatnya memahami arah ke salib dan kebangkitan tadi dengan ikhlas. Murid-murid sulit memahami mengapa ia perlu mengalami penderitaan hingga kematian di salib. Mengapa Yang Maha Kuasa tidak menyertainya dengan bala tentara surga dan dunia untuk membangun kejayaan umat di hadapan para penentang-penentangnya. Pertanyaan seperti ini ada dalam lubuk hati mereka. Juga dalam hati kecil kita. Mengapa perlu sampai sejauh itu. Mengapa dia, dan juga kita, seolah-olah dibiarkan sendirian di hadapan kekuatan-kekuatan yang kini semakin mengancam kita. bersambung

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here