Uskup Saku Pimpin Misa Tahun Hidup Bakti 2015

0
741 views
Uskup Domi Saku ditemani Provinsialat SVD Timor dan Romo Dekenat Belu Utara menerima Persembahan yang dibawakan Suster-Suster

MELIHAT keadaan yang semakin memburuk serta menantang, tak perlu ragu dan takut untuk turun dari singgana dan pergi menyelamatkan situasi tersebut. Adalah celaka besar jika setelah mengetahui dan melihat keadaan yang semakin memburuk itu dan hanya cuman tetap diam di tempat. Tidak usah dengan cara yang muluk-muluk. Cukup hanya dengan tindakan nyata dalam melakukan tindakan penyelamatan.

Minggu (22/2/2015) pagi, tepat pukul 08.30 wita bertepatan dengan Minggu I Pra Paskah ribuan umat Paroki Katedral Santa Maria Immaculata Atambua bersama ratusan Imam, Suster, Bruder dan Frater dari berbagai tarekat religius Se- Keuskupan Atambua memadati gedung Gereja Katedral Santa Maria Immaculata guna dimulainya misa Pembukaan Tahun Hidup Bakti 2015.

Sebanyak 38 tarekat religius yang sudah sekian lama dan yang barusan berkarya di Keuskupan Atambua yakni SVD, OFM, CMF, SDB, SJ, SCOLAPIOS, SSpS, PRR, OSF, OSU, PI, FSGM, ALMA, RVM, ADM, KYM, YMY, FADM, CANNOSIAN/ FDCC, MASF, PM, SND, BHK, CIJ, OP TMM, BM, CMM, CLARIS dan FIC. Sedangkan beberapa tarekat religius tidak sempat hadir.

Uskup Atambua Monsinyur Dominikus Saku ditemani Pastor Dekenat Belu Utara sekaligus merangkap Pastor Kepala Paroki Katedral Santa Maria Immaculata RD Stefanus Boisala dan Provinsialat SVD Timor RP Vincentius Wun SVD serta puluhan imam. Misa Pembukaan Tahun Hidup Bakti 2015 itu dengan mengangkat tema sentral yakni, “Hidup Bakti: Panggilan Pembaharuan” berjalan khusyuk dan meriah dengan menampilkan koor sponsor gabungan Aspiran SSpS, Aspiran FADM, Novis SVD dan Suster-Suster SSpS.

Dalam pengantarnya, Uskup Domi Saku mengimbau, meminta dan mengajak umat Se- Keuskupana Atambua agar terus mendoakan para imam, biarawan-biarawati, bruder, suster dan frater supaya tetap setia pada panggilannya. Sebab, panggilan untuk hidup membiara belakangan ini mengalami banyak permasalahan dan problem. Yang mana, menurut pengakuan doktor jebolan universitas Gregoriana Roma ini bahwa banyak kaum muda dan anak-anak yang tidak mau lagi bersekolah di Seminari dan tidak mau memilih hidup membiara. Hal ini sangat memberatkan gereja lokal dalam bertumbuh dan berkembang.

“Waktunya telah genap. Bertobatlah dan percayalah kepada injil kerajaan Allah untuk kehidupan kita. Kita bukan lapar akan nasi. Bukan lapar karena tidak ada sayur. Tetapi lapar karena tidak ada nutrisi rohani. Untuk itu saya mengajak kita semua yang berhimpun di dalam gedung gereja ini bahwa dalam hidup kita terdapat 3 instansi besar yakni pertama instansi alam semesta. Kita tangkap ikan jangan pakai racun. Jual ikan jangan pakai formalin. Hutan jangan ditebas atau jangan dibakar. Air jangan diracuni, supaya kita tidak mengalami berbagai hambatan. Alam semesta kalau kita sudah bikin rusak, kita mau hirup oksigen yang segar dari mana lagi. Generasi kita adalah generasi kering kerontang. Kedua instansi moral. Kenapa banyak pembunuhan dan kenapa banyak kekacauan di dunia ini? Karena orang-orang zaman ini sudah tidak pakai lagi hati nurani. Apa sedikit pakai peperangan. Apa sedikit pakai kekerasan. Urus sesuatu itu harus pakai hati nurani. Utamakan hati nurani. Dan ketiga instansi Yesus. Yesus sebelum lahir ke dunia, lewat Yohanes Pemandi berseru bahwa luruskanlah jalan bagi-Nya. Ini merupakan tahun berahmat sehingga kita Keuskupan Atambua mempunyai agenda 2015 itu adalah Tahun Hidup Bakti. Kita jadikan tahun hidup bakti ini untuk kemuliaan Tuhan. Saya sendiri melihat dan mendengar bahwa banyak terjadi kemelut di dalam keluarga. Juga kemelut itu terjadi di komunitas para suster, bruder, frater dan imam atau biarawan. Akhirnya karya pelayanan yang Tuhan titipkan tidak berjalan dengan baik. Karena apa? Karena wajah cemberut dan suka iri ini dan iri itu. Saya minta supaya kemelut-kemelut yang masih terus terjadi dalam keluarga, dalam komunitas para suster, para bruder, para frater dan para imam atau biarawan itu, harus segera diakhiri. Supaya kita dapat bekerjasama untuk menjala kaum muda dan anak-anak untuk mereka masuk kembali hidup membiara. Kalau mereka tidak mau masuk hidup membiara dan tidak mau masuk seminari lagi, siapa yang akan kasih penuh itu gereja dan biara-biara?” tanya Uskup Saku dengan nada tinggi di akhir homilinya.

Menurut Suster Yosefina FADM dan Pater Viktor SCOLAPIOS yang dimintai komentarnya terkait berkurangnya panggilan hidup membiara di kalangan kaum muda dan anak-anak disebabkan karena contoh hidup dari para pastor, suster, bruder dan frater bahkan uskup sekali pun yang tidak mencerminkan hidup religius.

“Ya, jujur saja kaum berjubah lebih mementingkan pelayanan yang bersifat materi yakni uang. Arti pelayanan sesungguhnya hilang. Wajar saja kalau ada umat yang akhirnya pindah agama karena kecewa dengan kaum berjubah. Kaum berjubah tidak menampilkan kerajaan Allah, malah menampilkan sisi materi yakni pilih kasih dalam pelayanan, menampilkan wajah cemberut, marah-marah umat, memberikan sanksi berat terhadap umat dan lain sebagainya. Apalagi keluarkan anak orang dari biara atau keluarkan anak orang dari seminari tanpa sebab yang jelas. Gereja dan biara harus diaudit. Jangan persalahkan siapa-siapa kalau ke depan nanti gereja dan biara akan kosong tanpa penghuni,” ucap berdua dengan kepolosan.

Sehabis misa, dilanjutkan dengan Seminar yang berlangsung di aula SMAK Suria Atambua. Hadir sebagai pemateri Uskup Domi serta didampingi Ketua Komisi Seminari dan Panggilan RD Leonardus Edel Asuk. Dalam seminar tersebut, Uskup Domi meminta semua tarekat religius agar dapat mengembangkan di bidang ekonomi kreatif, bidang rohani, bidang budaya dan bidang pendidikan kreatif.

Simprosius Leki Dasi salah satu pengurus DPP Paroki Katedral Santa Maria Immaculata Atambua yang hadir pada kesempatan itu mengatakan, “memang harus diakui bahwa panggilan untuk hidup membiara dan masuk seminari, dari hari ke hari terus berkurang. Kita harus segera bisa menyelamatkan situasi dan kondisi tersebut. Ini merupakan tantangan terberat bagi gereja local kita di Indonesia dan dunia. Saya berharap dan saya meminta kepada orangtua-orangtua agar boeh memberikan satu anaknya untuk bekerja sebagai orang panggilan yakni entah sebagai pastor, suster, bruder dan frater. Dan para kaum berjubah tolong jangan kecewakan umat,” pintanya berharap.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here