Yesus Kristus Menjadikan Segalanya Baik (Mari Kita Pun Berkata-kata Baik)

0
1,809 views

Minggu, 6 September 2015
Minggu Biasa XXIII
Minggu Kitab Suci Nasional
Yes 35:4-7a; Mzm 146:7,8-9a,9bc-10; Yak 2:1-5: Mrk 7:31-37

… Yesus memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu meludah dan meraba lidah orang itu… Maka terbukalah telinga orang itu, dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik…

INJIL hari ini mewartakan bahwa Yesus Kristus menjadikan segalanya baik. Orang tuli dan bisu dibuat-Nya mendengar dan berkata-kata dengan baik. Yesus menyembuhkan orang tuli dan bisu dengan memasukkan jemari-Nya pada telinga orang itu dan meraba lidahnya. Semua yang dilakukan-Nya baik adanya.

Apa maknanya bagi kita sekarang? Pertama, menurut St. Gregorius Agung, jari-Nya melambangkan Roh Kudus. Roh Kudus disebut jari Allah. Maka saat Yesus Kristus menaruh jari-Nya di telinga orang tuli itu, Ia membuka jiwanya dengan rahmat Roh Kudus.

Kedua, Yesus Kristus membuat segala baik. Orang itu tak hanya bisa (asal) berbicara tetapi berkata-kata dengan baik (bene-dicere). Maka, seperti orang tuli dan bisu itu, kita pun dipanggil untuk melakukan hal yang sama pula. Kita harus mendengarkan yang baik dengan telinga kita, dan berbicara yang baik dengan lidah kita. Yesus memanggil kita untuk mampu mendengarkan suara Allah, suara kasih yang disampaikan-Nya, dan belajar berbicara dengan bahasa kasih, untuk berkomunikasi yang baik dengan Allah dan sesama.

Yesus menjadikan segalanya baik. Ia memperlakukan kita dengan baik dan penuh kasih dan memanggil kita untuk memperlakukan sesama dengan cara yang sama. Kita dapat bersikap baik dan penuh kasih kepada sesama melalui tutur kata kita, dengan lidah kita.

Menjelang Injil dibacakan, kita menjawab, “Dimuliakanlah Tuhan!” sambil membuat tanda salib di dahi, bibir dan dada. Diharapkan kita berpikir baik, bicara baik dari hati yang baik. Yesus juga bersabda, “Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaan (hati)nya yang baik, dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaan (hati)nya yang jahat” (bdk. Mat 12:34b-35).

St. Yakobus menasihati kita agar kita tidak terjerat dosa karena lidah kita. Lidah kita bisa buas, tak terkuasai dan penuh racun mematikan. Dengan lidah kita memuji Allah, tapi juga bisa mengutuk manusia. Dengan lidah kita bisa menjadi berkat tetapi juga bisa menjadi kutuk. Dan itu tidak boleh terjadi pada kita (bdk. Yak 3:1-10).

Sayangnya, kita sering menggunakan lidak kita tidak untuk berbicara baik, melainkan berbicara jelek, bahkan jahat. Paus Fransiskus menyebutnya sebagai teror gosip. Bapa Suci menulis, “Orang yang suka nggosip adalah seorang teroris yang melempar bom dan menghancurkan.”

Dalam Adorasi Ekaristi Abadi, kita menyembah Yesus Kristus dan mohon kepada-Nya agar Ia menaruh jari-Nya di telinga kita dan meraba lidah kita hingga kita dapat mendengarkan sabda-Nya dan kita mampu pula memperlakukan sesama dengan kebaikan dan belas kasih melalui lidah kita.

Tuhan Yesus Kristus, penuhilah kami dengan Roh Kudus-Mu dan kobarkan hati kami kami dengan belas kasih-Mu. Semoga kami mampu mendengarkan sabda-Mu dan dapat saling menaruh kebaikan dan berbelas kasih satu terhadap yang lain kini dan selamanya. Amin.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here