Memaknai Kisah Zakeus yang Ingin Bertemu Yesus (1)

1
4,693 views

Bacaan Injil beberapa hari lalu tentang Zakeus sangat menarik untuk dicermati bersama. Perjalanan Yesus sampai di kota Yerikho, sebuah kota kecil sebelum Yerusalem.

Biasanyanya orang-orang singgah dan bermalam di kota ini sebelum memasuki kota Yerusalem karena perjalanan sore atau malam hari sangatlah berbahaya. Ingat tentang kisah orang Samaria yang baik hati. Dituliskan dalam Kitab Suci bahwa perjalanan dari Yerikho ke Yerusalem berkelok-kelok, sepi dan berbahaya sehingga orang takut melintas apalagi di malam hari.

Zakeus nampaknya sangat penasaran terhadap Yesus yang tengah ramai dibicarakan kehebatannya (bisa menyembuhkan berbagai macam sakit penyakit bahkan membangkitkan orang mati) bahkan lebih dari itu keberanian Yesus berhadapan dengan para imam, ahli kitab dan orang-orang yang punya kedudukan keagamaan dalam hal ajaran iman yang diinterpretasikan secara keliru oleh mereka.

Penasaran Zakeus membuat dia berusaha untuk melihat wajah Yesus. Sayang sekali, badannya pendek, dan tidak berhasil menembus orang-orang yang berkerumun di sekitar jalanan dimana Yesus akan lewat. Tanpa rasa malu lagi dia memanjat pohon ara untuk melihat Yesus
yang akan melewati jalannan itu.

Begitu Yesus melewati pohon Ara dimana Zakeus ada, Yesus menyapa Zakeus dan mengatakan akan tinggal di rumahnya. Reaksi dari orang-orang yang ada bersungut-sungut, karena tahu siapa Zakeus, dia si pemungut cukai, pendosa, anteknya penjajah Roma.

Secara spontan Zakeus pun menyampaikan pernyataan konkretnya “setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin, dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat”

Kata Yesus, “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini karena orang inipun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamat yang hilang”.

Penghalang
Secara tidak sadar, kita sebagai pengikut Yesus yang jauh sudah lebih lama dibaptis sering menjadi penghalang bagi saudara-saudara kita yang ingin berjumpa denganNya. Mungkin kita merasa lebih mengenalNya, lebih pandai, lebih aktif di Gereja, rajin ke Gereja dll.

Sayang, kita lupa kepada orang-orang “kecil” (bukan karena tubuhnya semata) melainkan memang secara multidimesional orang tersebut “kecil”, terpinggirkan karena telah mendapatkan cap atau stempel negatif di masyarakat.

Mereka sebenarnya rindu bertemu dengan WajahNya dan kita menjadi penghalangnya karena berbagai macam sebab tadi (lebih lama jadi katolik, sering ke Gereja untuk misa, aktif di kegiatan paroki, duduk sebagai dewan paroki, dll).

Contoh konkret misalnya, penyelenggaraan Komuni Pertama atau Sakramen Krisma. Setiap peserta harus bayar sekian ribu rupiah untuk biaya penyelenggaraan dan acara syukuran sehingga bagi keluarga tidak mampu bingung, pengeluaran tambahan dari mana?

Walaupun panitia mengatakan bagi keluarga yang tidak mampu harap menghubungi panitia. Wah malu kalau saya tidak mampu memberikan sumbangan nanti anakku tidak difoto ketika menyambut komuni pertama.

Berjumpa dengan Yesus sebenarnya mudah, perlu kerendahan hati, niat, waktu dan pertobatan serta merasakan betul bahwa Dia mengampuni kita. Sehingga kita menjadi sembuh dan mampu mengampuni/menyembuhkan “luka-luka” saudara kita. Amin

Budijuwono Onggobawono, Pendidik dan guru di St. John’s Catholic School

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here