Ziarah ke Tanah Suci lewat Doha, Pintu Gerbang menuju Kwalitas Hidup dan Pribadi Menjadi Lebih Baik (3)

0
544 views
Bandara International Hamad di Doha, Qatar. (Royani Lim)

SUDAH sekian lamanya, maskapai penerbangan dari Kawasan Timur Tengah mendapat nilai bagus untuk kualitas pelayanannya. Taruhlah itu Emirates, Etihad, dan Qatar Airways. Setelah beberapa kali menikmati nikmatnya pelayanan di udara dengan Emirates, kali ini untuk pertama kalinya saya bersama rombongan ziarah rohani ke Timur Tengah menggunakan Qatar Airways.

Pilihan ini diatur oleh Stella Kwarta dengan Asmi Arijanto sebagai tour leader rombongan ziarah kali ini. Seperti lazimnya grup peziarah ke Tanah Suci, rombongan ini duduk manis di barisan kursi ekonomi, selain beberapa orang atas prakarsa pribadi memilih kelas bisnis dengan kewajiban menambah tambahan biaya.

Sekali naik Qatar Airways, rasanya kepuasan itu menemukan dasarnya. Penerbangan tepat waktu dengan kelengkapan inflight entertaining program selama delapan jam penerbangan langsung nonstop dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Hamad International Airport di Doha. Pesawat berbadan lebar jenis Boeing membawa rombongan kami terbang meninggalkan Cengkareng selepas pergantian hari dan akhirnya tiba mendarat dengan selamat di Doha pada pukul 04.00 kurang sedikit waktu setempat.

Rasa capai karena seharian tidak bisa tidur terbayar dengan lengkapnya jenis hiburan berupa tayangan film dan musik selama penerbangan berlangsung. Makanan dan minuman yang disediakan pun beragam dan enak;  tinggal pilih beef atau chicken dengan menu ramuan bumbu khusus.

Layanan prima

Bandara Internasional Hamad di Doha menyambut hangat kedatangan rombongan para peziarah menuju Cairo di Mesir, destinasi rohani pertama kali yang harus kami kunjungi sebelum nantinya menyeberang ke Israel dan Jordania. Namun, karena menggunakan Qatar Airways dari Jakarta, maka kami pun harus mendarat terlebih dahulu di Doha untuk kemudian transit  selama kurang lebih empat jam di Doha sebelum akhirnya pesawat berbadan lebar jenis Airbus mengudara pukul 09.00 pagi waktu lokal membawa rombongan para wisatawan dan peziarah menuju Ibukota Mesir.

Hari masih pagi buta ketika rombongan kami mendarat di Doha. Kegiatan keseharian di bandara yang super luas ini juga masih tidak sesibuk ketika matahari sudah mulai condong ke barat. Meski demikian, layanan prima Doha ketika menerima para pelancong tetap saja terjadi.

Kami harus melewati pintu transit dengan menyerahkan semua barang bawaan kami untuk dipindai melalui akses X-Ray. Berikutnya mencari akses menuju pintu pemberangkatan menuju Cairo.

Hari masih begitu pagi, ketika rombongan tidak berhasil menemukan akses gate di papan pengumuman elektronik. Jangan takut. Petugas ramah menyarankan kami menuju konter informasi dan jawabannya segera kami peroleh.

Untuk menuju Gate E-3 dimana para penumpang  jurusan Cairo harus melakukan boarding, kami harus pindah terminal. Untunglah di situ ada semacam monorail tanpa awak yang datang pergi tepat waktu guna menjemput dan mengantar penumpang ke tujuan mereka masing-masing sesuai petunjuk gate dimana mereka harus melakukan boarding. Bersama Pak Johanes dari Banjarmasin, kami bertiga naik monorail cepat ini menuju Gate E-3, akses utama boading menuju Cairo. Lainnya masih ‘tertahan’ di bawah atau tempat lain; mungkin minum-minum kopi atau keperluan lainnya.

Ngantuk karena efek perjalanan malam hari hingga dini hari segera menyergap kami. Namun, kami tak mau terlena untuk bobok sebentar di bangku-bangku penumpang yang saat itu hanya ‘berisi’ empat orang saja. Selebihnya  kosong , belum atau tidak ada calon penumpang lainnya yang harus melakukan boarding di Gate E-3.

Untunglah di situ ada fasilitas wifi gratis. Cukup melakukan sign in dengan menyertakan nomor eticket dan nama diri, maka password untuk mengakses jaringan internet gratis bisa terjadi. Waktu tunggu selama empat jam rasanya menjadi cepat, lantaran kami bisa memanfaatkan waktu luang ini secara produktif dengan merekam refleksi pribadi atas perjalanan ziarah rohani ini.

Pintu masuk dari dan menuju Timur

Sama seperti Dubai yang menjadi titik hub penting untuk jalur penerbangan dari  Timur menuju Barat melalui Uni Emirat Arab (UEA), maka Doha pun punya fungsi sama: pintu gerbang utama melakukan penerbangan ke Barat dari arah Timur dan sebaliknya.  Sejenak mata memandang di papan pengumuman elektronik di terminal kedatangan internasional, maka rute penerbangan dari Doha terjadi ke segala penjuru dunia: Moskwa  di Rusia, Manchester di Inggris, Frankfurt di Jerman, Milan dan Roma di Italia, Capetown di Afsel, dan tentu saja Cairo di Mesir.

Dari Doha inilah, para peziarah rohani dari Jakarta, Banjarmasin, Malang, Tangerang, Bandung, dan Surabaya merajut perjalanan panjang menuju Cairo di Mesir untuk kemudian menyeberang ke Israel melalui Taba dan akhirnya ke Gunung Tabor dan Petra di Yordania. Tujuannya bukan wisata rekreasi, melainkan ziarah.

Tour leader rombongan kami Asmi Arijanto dari Stella Kwarta dengan ciamik memberi warna makna spiritual atas pengertian ‘ziarah’ ini. Melalui kerata basa –ragam olah sastra dalam khasanah bahasa Jawa—demikian kata Arijanto—maka ‘ziarah’ berarti ‘siji sing diarah’  alias satu hal yang menjadi tujuan penting dari program perjalanan panjang ini. Dan itu tiada lain adalah mendekatkan diri kepada Tuhan darimana kehidupan kita ini berasal dan pada akhirnya akan kembali lagi ke sana.

Perjalanan batin mengolah diri

Ziarah ke Tanah Terjanji di Timur Tengah (Mesir, Israel, dan Jordania) dengan demikian perjalanan hati dan upaya mengolah diri agar hidup kita sebagai orang dan warga masyarakat semakin bermutu dan makin baik. Sejarah keselamatan yang terjadi di tiga negara bertetangga ini sejak zaman Perjanjian Lama dan akhirnya digenapi dengan sempurna di zaman Perjanjian Baru pada akhirnya juga harus terjadi di setiap lubuk hati para peziarah.

Baca juga:  Ziarah ke Tanah Suci Diawali dengan Doa (2)

Berubah untuk pribadi menjadi lebih baik, lebih beriman kepada Tuhan sekaligus lebih bermartabat sebagai mahkluk sosial adalah misi peziarahan batin ke Timur Tengah ini. Doha menjadi pintu gerbang tidak hanya untuk urusan penerbangan, tapi juga jalan masuk menuju Mesir-Israel-Jordania darimana sejarah keselamatan itu akan menyapa setiap hati manusia peziarah.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here