1.000 Hari Linus Putut Pudyantoro: Kemampuan Linuwih Bedhul dari Langenastran Lor (1)

0
729 views
Almarhum Linus Putut Pudyantoro --alumnus Seminari Mertoyudan tahun masuk 1980. (ist)

SEDIKIT yang tahu bahwa Linus Putut Pudyantoro –saya biasa memanggilnya “Bedul”– memiliki karunia istimewa. Yaitu mengobati orang sakit atau umumnya orang menyebutnya sebagai paranormal.

Sebagai salah satu sahabat dekatnya di masa perkuliahan di PBI Sanata Dharma, saya sebenarnya tidak terlalu terkejut. Ketika awal 1989, kediaman Bedul di Langenastran Lor sering didatangi orang untuk minta pengobatan.

Sebelum ini terjadi, Bedul memang suka bermeditasi dan membaca buku-buku Kejawen seperti primbon. Kalau kami belajar bersama di rumahnya dan berkesempatan menginap, dia selalu tidur paling akhir. Selesai belajar atau mengerjakan tugas kuliah, dia akan menyempatkan diri untuk meditasi.

Cium cicin Paus Johannes Paulus II

Bedul mendapat karunia ini, setelah dia ikut tur PS Vocalista Sonora ke Eropa di 1988 dan bersalaman dengan mending Paus Johanes Paulus II. sewaktu mereka tampil di Vatikan. Dia sempatkan mencium cincin kepausan yang dikenakan JP II.

Sepulang tur, Bedul makin getol bermeditasi dan melahap buku-buku Kejawen koleksinya. Hingga pada suatu hari di awal tahun 1989, seorang lelaki tua misterius mendatangi kediamannya.

Lelaki tua yang tak diketahui dari mana asalnya ini menyampaikan bahwa dia mendapat “bisikan” yang sangat kuat yang menuntunnya untuk mendatangi kediaman Bedul.

Ketika ditanya keperluannya, lelaki tua itu hanya mengatakan bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama, akan ada orang yang meminta pertolongan kepada Bedul. Saat hal itu terjadi, lelaki tua itu berpesan supaya permintaan tersebut jangan ditolak.

Setelah itu, lelaki tua yang bahkan tak menyebut namanya itu pamit.

Daya linuwih

Benarlah apa yang dikatakan lelaki tua itu. Tak sampai sepekan berselang, ada keributan di lingkungan kediamannya. Seorang pemuda dengan sebilah pedang di tangan, sepertinya kerasukan setan, mengamuk dan hendak mencelakai keluarganya dan masyarakat sekitar. Keadaan menjadi tak terkendali dan mencekam.

Entah bagaimana, seseorang tergopoh-gopoh ke rumah Bedul dan memintanya untuk mengatasi keributan ini. Melihat Bedul datang, pemuda yang dipercaya kerasukan itu memeluknya dan menangis. Setan yang dipercaya merasukinya pun pergi.

Sejak itu, orang kemudian menyaksikan bahwa Bedul memiliki kemampuan “linuwih”.

Mulailah satu-dua orang datang untuk pengobatan. Karena terbukti manjur, lama-kelamaan “pasien” makin banyak. Kadang dia bisa melayani hingga belasan orang dalam semalam.

Mereka datang dari berbagai daerah. Suatu hari, sebuah keluarga dari Kalimantan datang dan meminta pengobatan untuk salah satu anggota keluarga mereka yang lumpuh. Karena tidak mungkin membawa pasien lumpuh ini ke Langenastran Lor, mereka memperlihatkan foto saudaranya yang terbaring di ranjang.

Beberapa pekan kemudian, keluarga ini datang lagi dan mengabarkan bahwa anggota keluarganya itu sudah bisa berjalan dan, saking gembiranya, berlarian mengelilingi rumahnya.

Bedul sendiri tidak pernah menyangka, dirinya memiliki karunia ini. Namun dia percaya bahwa tindakannya mencium cincin Paus JP II telah membuka jalan baginya untuk berbuat bagi banyak orang.

Almarhum Linus Putut Pudyantoro (baris depan, kedua dari kanan) bersama teman-teman seangkatan alumni Seminari Mertoyudan, termasuk juga Mgr. Robertus Rubiyatmoko. (Ist)

Pengobatan sederhana

Karena itu, cara pengobatan Bedul sangat sederhana.

Dalam setiap pengobatan, dia memberikan air mineral dalam botol satu  literan yang sudah dia buka tutupnya dan doakan. Yang sakit diminta meminum air mineral tersebut dan makan pepaya serta berdoa sesuai keyakinan mereka. Kalau sakitnya cukup parah, dia akan memberikan cukup banyak botol air mineral yang sudah dia buka tutupnya dan doakan.

Kalau tidak parah, cukup 3-5 botol dan pasien pulang dengan harapan akan segera sembuh.

Bedul sempat kewalahan melayani cukup banyak orang yang meminta bantuannya di sela-sela menyelesaikan skripsi. Memang tidak setiap malam orang datang meminta bantuannya.

Namun, setiap kali ada yang datang, Bedul selalu melayani mereka dengan cuma-cuma, sepenuh hati dan sepenuh kemampuannya.

RIP Linus Putut Pudyantoro. (Ist)

Aktif melatih koor

Setelah lulus pada 1990, Bedul memutuskan untuk mengadu nasib di Ibukota. Karena kesibukan kerja dan peran aktifnya melatih koor di Paroki Cijantung, karunia menyembuhkan ini kurang terasah.

Sesekali dia memberikan pengobatan di kalangan yang sangat terbatas hingga akhirnya memutuskan untuk mengabdikan diri sepenuhnya demi kebesaran Tuhan dengan karunia musiknya.

Bagi saya, Bedul Putut adalah pribadi yang multikarunia. Bukan hanya lagunya, tetapi kesungguhannya membantu mereka yang sakit juga akan selalu dikenang dan tinggal di hati para sahabatnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here