Home BERITA 105 Tahun Yayasan Kanisius, Membangun Ekosistem Pendidikan Digital Jawab Tantangan Zaman

105 Tahun Yayasan Kanisius, Membangun Ekosistem Pendidikan Digital Jawab Tantangan Zaman

0
Perayaan Ekaristi syukur menandai peringatan 105 tahun usia Yayasan Kanisius. (FX Juli Pramana)

YAYASAN Kanisius milik Keuskupan Agung Semarang (KAS) melakukan gerakan perubahan dalam pelayanan pendidikan. Hal ini menandai perayaan 105 tahun usia Yayasan Kanisius yang dirayakan bertepatan dengan peringatan 95 tahun Sumpah Pemuda tahun 2023.

Yayasan Kanisius berkehendak menjadi lembaga pendidikan modern yang bisa melayani peserta didik secara relevan sesuai zaman.

Sabtu 28 Oktober 2023 di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Ketua Pengurus Yayasan Kanisius Romo J. Heru Hendarto SJ beserta pengurus yayasan dan para direktur Yayasan Kanisius Cabang (Yogyakarta, Semarang, Kedu, dan Surakarta) mengadakan jumpa pers. Dilakukan sebelum Perayaan Ekaristi 105 Tahun Yayasan Kanisius.

Semangat Arts

Selain Perayaan Ekaristi ungkapan syukur, juga dilakukan  peluncuran “One Gate System” Pendidikan Terpadu. “One Gate System” diluncurkan dengan berlandaskan semangat ARTS: Accountable, Responsible, Transparent, Sustainable. Semangat ini hendaknya bergaung kencangdi lingkungan sekolah-sekolah Yayasan Kanisius. Awak media yang hadir dalam jumpa pers di antaranya dari Utusan, Katolikana, TVRI, Kedaulatan Rakyat, dan Sesawi.Net.

Berikut ini penjelasan Romo J. Heru Hendarto SJ dalam jumpa pers.

Para pengurus Yayasan Kanisius jelang konferensi pers menandai peringatan 105 tahun Yayasan Kanisius. (FX Juli Pramana)

28 Oktober 2023 peristiwa bermakna

Pertama-tama sebuah kesempatan mengucap syukur pada peringatan 105 tahun Yayasan Kanisius. Sebuah kebetulan peringatan Yayasan Kanisius  tahun 2023 dilaksanakan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda yang ke-95.

Perayaan ulang tahun Yayasan Kanisius ke-105 menjadi peristiwa bermakna. Peristiwa Sumpah Pemuda 95 tahun yang lalu dimulai dari orang-orang sederhana. Para pemuda-pemudi yang boleh dikatakan tidak memiliki modal apa-apa kecuali tekad.  Mereka tidak mempunyaifinancial capital yang cukup, kecuali tekad membaja, bulat yang sedemikian membara untuk menyiapkan kemerdekaan Indonesia.

Orang-orang sederhana yang mempunyai kebesaran tekad. Mereka berasal dari berbagai macam suku, bahasa dan datang dari berbagai macam tempat dan pasti tidak semudah transportasi di zaman sekarang ini. Mereka hanya punya keinginan yang kuat untuk membangun kesatuan Indonesia. Kesatuan tumpah darah, kesatuan bangsa dan kesatuan bahasa. Peristiwa sederhana itu merupakan hal luar biasa zaman sekarang.

Romo van Lith SJ.

Gerak bersama d ibalik kesederhanaan

Yayasan Kanisius 105 tahun lalu dimulai sebagai Perkumpulan Kanisius atau  Canisius Vereniging. Posturnya pasti juga sangat sederhana. Berdiri sejak 21 Oktober 1918 dan dibesut oleh Romo van Lith SJ.

Peristiwa yang sederhana mendirikan perkumpulan merupakan sesuatu luar biasa yang mempunyai mimpi besar. Agar nantinya anak-anak Indonesia tidak boleh menjadi anak-anak yang ketinggalan zaman. Anak-anak Indonesia harus membangun mimpi-mimpi besar dan meraihnya dengan penuh kegigihan.

Spirit menjadikan anak-anak tidak ketinggalan zaman dan membangun mimpi besar serta meraihnya dengan penuh kegigihan, hari-hari ini sedang tumbuh di Yayasan Kanisius.

Ada sebuah gerak bersama di balik kesederhanaan yang ada. Meskipun Yayasan Kanisius di dalamnya hanya ada orang-orang biasa, namun ada mimpi-mimpi besar. Tidak hanya pasrah dengan ungkapan: ”Ya, sudah jalan begini saja.”

Yayasan Kanisius berkehendak untuk maju, memberi pelayanan bermutu, semakin berkembang dan relevan sesuai dengan tuntutan zaman.

Sekarang ini, Yayasan Kanisius mendampingi lebih dari 180 sekolah yang tersebar di seluruh Keuskupan Agung Semarang. Ada berbagai macam sekolah yang tersebar di beberapa tempat. Berlokasi saling berjauhan dan jika tidak hati-hati -karena berjauhan- ada kecenderungan berjalan sendiri-sendiri.

Ekaristi syukur tandai peringatan 105 tahun Yayasan Kanisius milik Keuskupan Agung Semarang. (FX Juli Pramana)

Membaca sekian banyak keinginan

Hari-hari ini ada kehendak untuk berjalan bersama melangkah maju, sehingga tema peringatan tahun ini mengusung motto: ”Berpadu untuk Kanisius Maju”. Tema ini didasarkan dari membaca sekian banyak keinginan yang tumbuh dari berbagai macam sekolah hasil dari kunjungan yayasan ke sekolah-sekolah 10 bulan terakhir.

Yayasan Kanisius hanya bisa menjadi semakin maju dan semakin berkembang, semakin relevan dalam pelayanan, jika ada keterpaduan di tengah aneka ragam tantangan dan persaingan yang ada saat ini.

Keterpaduan menjadi mimpi besar. Yayasan Kanisius ingin berbenah. Keterpaduan hanya sarana, tujuan yang utama adalah semakin memberi pelayanan yang bermutu, berkembang dan relevan sesuai zaman. Tentu yang relevan, maju dan berkembang dalam pelayanan itu sangat biasa, bisa terjadi jika ada modal menyertai.

One gate system management

Modal Yayasan Kanisius tidak banyak. Hanya memiliki tekad-tekad yang besar. Bagaimana mewujudkan pelayanan relevan sesuai tuntutan zaman? Perwujudan dapat dilakukan, jika berpadu. Kanisius yang kecil-kecil, jika berpadu akan menjadi kokoh. Perwujudan itu hari ini akan dirilis sebagai one gate system management. Sebuah tata kelola satu pintu sebagai wujud keterpaduan Yayasan Kanisius.

Wujud keterpaduan ini Yayasan Kanisius ingin mewujudkan tata kelola yang semakin sehat dan semakin kuat. Yakni agar semakin akuntabel, makin mengundang responsibiltas guru, orangtua murid, para alumni dan para pemerhati semakin bertanggungjawab. Karena punya perasaan handarbeni.

Tata kelola yang dibangun adalah tata kelola yang semakin transparan. Hal yang paling mudah untuk melihat tranparansi  yaitu dalam hal data yang tampak dalam tata kelola keuangan. Keterpaduan tata kelola untuk membangun sustainability yakni ARTS: accountable, responsible, transparent, sustainable.

Membangun keberlangsungan sekolah-sekolah di Yayasan Kanisius menjadi perjuangan bersama supaya sungguh-sungguh dapat melayani masyarakat yang terjangkau, masyarakat pedesaan dan perkotaan, masyarakat sederhana.

Program One Gate System tandai peringatan 105 tahun Yayasan Kanisius. (FX Juli Pramana)

Digital Ecosystem

Dalam keterpaduan untuk sesuatu yang relevan dan maju maka dicari peluang yang ada. Peluang yang ada adalah ekosistem digital (digital ecosystem). Kita bersyukur semakin dimudahkan adanya sarana-prasarana yang bisa dipergunakan secara bertanggungjawab untuk lebih melayani anak-anak.

Saat launching disampaikan adanya teknologi yang terjangkau; bukan Chat GPT dan Artificial Intelligence yang tinggi-tinggi. Tetapi teknologi sederhana. Teknologi yang membantu mengelola semua kegiatan dengan baik. Komunikasi yang secara konkrit untuk tata kelola keuangan, tata kelola pembelajaran, pengembangan kurikulum di sekolah lewat sarana-sarana teknologi informatika yang semakin terjangkau oleh masyarakat.

Relevan mendidik

Di balik itu semua kalau mau dibahasakan, Yayasan Kanisius datang sebagai orang-orang kaki lima, tetapi pelayanan harus berkualitas hotel bintang lima. Pelayanan harus menyertai banyak orang sesuai kebutuhan mereka, harapan mereka dan juga tantangan yang mereka hadapi. Yakni, bagaimana menemani anak dan bagaimana menjadi relevan mendidik, berkomunikasi antara sekolah dan orangtua secara intensif dan dinamis.

Sekolah tidak hanya menjadi learning coordination. tetapi learning communication, komunikasi yang hidup di dalam berbagai macam aspek. Dengan komunikasi yang hidup, maka akan terbuka aspek masing-masing, tumbuh dan berkembang Yayasan Kanisius. Semoga momen Perayaan 105 tahun, Yayasan Kanisius sungguh dapat “Berpadu untuk Kanisius Maju”.

Solidaritas dan hidup harmoni

Menjawab pertanyaan dari media terkait sekolah Kanisius  tentang porsi kedudukan antara hard skills (akademik) dan soft skill (karakter), Romo J. Heru Hendarto SJ memberi jawaban, hard skills dan soft skills diberikan sesuai kebutuhan jenjang pendidikan dan usia anak didik.

Menemani anak-anak TK pasti lebih banyak bermain. Jenjang SD, SMP dan SMA-SMK pendampingan hard skills dan soft skills diberikan. Pendidikan karakter juga diberikan selain pendidikan akademik.  

P5 atau Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila diberikan pada anak agar memiliki solidaritas dan rasa gotong royong secara benar, menciptakan hidup yang harmoni.

Ilustrasi: Arahan dan bimbingan tetap diperlukan demi tercapainya tujuan bersama. (Dok. Sesawi.Net)

Mendampingi anak secara personal

Menjawab pertanyaan tentang pendampingan kaum muda sesuai semboyan Petrus Kanisius, tekad Sumpah Pemuda dan mendampingi kaum muda menuju masa depan yang berpengharapan seperti yang terdapat dalam Universal Apostolik Preferenses (UAP), Romo Heru  Hendarto member jawaban bahwa kaum muda yang dididik di Kanisius merupakan kaum muda anak-anak dan remaja. 

Keluarga merupakan pendidik pertama dan utama. Maka kerjasama sekolah dengan orangtua murid sungguh diperlukan dalam pendampingan anak.

Para guru harus melaksanakan pembelajaran yang relevan. Guru harus terus menerus memperbaharui metode pembelajaran jangan terbelenggu dengan metode yang diterima saat kuliah. Harus membaca lewat sumber-sumber yang tersedia untuk memperbaharui diri sesuai perkembangan zaman.

Para guru hendaknya mendampingi anak-anak agar memiliki goals yang kuat. Anak-anak mau apa ke depan? Masing-masing anak mulai didampingi, karena anak secara personal punya karakter yang beraneka ragam.

Sesuai dengan Kurikulum Merdeka Belajar anak-anak harus didampingi secara deferensiasi. Anak-anak perlu mendapat pendampingan sesuai bakat dan minatnya, dan ini tidak mudah. “Anak-anak yang tampil sesuai bakat dan minat akan memiliki kepercayaan diri,” kata Romo Heru Hendarto SJ.

Urbanisasi

Saat ini, Yayasan Kanisius juga menghadapi persoalan urbanisasi. Jumlah populasi peserta didik yang menurun dan perlunya melakukan pemetaan untuk sekolah-sekolah yang berada di kota yang perlu dibangun dan dikembangkan agar pelayanan bagi masyarakat  sesuai dengan kondisi masyarakat yang dilayani.

Baca juga: 105 Tahun Yayasan Kanisius: Pendidikan Kebangsaan untuk Kaum Muda, Sumpah Pemuda, dan Driyarkara

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version