Pijar Vatikan II di Tahun Iman: Tangis Pilu di Paroki Santa Rosa de Lima (13A)

0
1,380 views

A flag is seen at half mast as a school bus passes along Main Street in Newtown, ConnecticutMONSIGNOR Robert Weiss, Pastor Kepala Paroki Santa Rosa de Lima, mendadak ngetop. Pastor Paroki Newton, di Negara bagian Connecticut Amerika ini, sama sekali tidak mengira kalau parokinya tiba-tiba menjadi sangat terkenal. Tragedi “pembantaian” di SD Sandy Hook, mau tak mau mencuatkan parokinya ke seluruh dunia.

Peristiwa tragis itu terjadi di wilayah Paroki Santa Rosa de Lima. SD Sandy Hook hanya berjarak 1.5 km dari gereja Paroki. Dari 26 korban pembantaian itu, 10 orang korbannya adalah umat Katolik warga paroki Santa Rosa de Lima.

Tragedi penembakan di Connecticut

Hari Jum’at “berdarah”, 14 Desember 2012, salah seorang umat Paroki, bernama Adam Lanza, bertindak di luar batas kemanusiaan. Pagi itu, entah karena apa, Adam menjadi setan. Ia menembak Nancy, ibunya sendiri. Lebih 4 peluru menembus kepala ibu malang ini. Di rumah mewah keluarga Lanza yang harganya sekitar 1.5 juta US dollar, polisi menemukan jasad Nancy dalam keadaan sangat mengenaskan.

Polisi menemukan ibu malang ini bersimbah darah, masih memakai piyama tidur. Bangunan asri yang ditempati keluarga Lanza, di atas tanah seluas lebih dari 1000 m2, menjadi saksi bisu tragedi keluarga ini.

Setelah menghabisi ibunya, Adam Lanza naik mobil Honda Civic menuju SD Sandy Hook, yang letaknya sekitar 8 km dari rumahnya. Pemuda kelahiran 22 April 1922 di Kingston, New Hampshire ini, alumnus SD Sandy Hook.

Ryan, kakaknya juga lulus dari SD “elite” yang banyak mendapat pengakuan dan predikat terbaik ini. Di mobil sedan berwarna hitam milik ibunya itu, Adam mengangkut 3 pucuk senjata:  senapan semi otomatis Bushmaster AR-15 kaliber 223, pistol Glock kaliber 10mm dan pistol SIG Sauer kaliber 9mm. Sekitar 20 magazen penuh peluru juga dia bawa. Semua itu, ia ambil dari koleksi senjata ibunya.

Semenjak ibunya bercerai dari Peter Lanza ayahnya pada tahun 2009, Adam tinggal bersama ibunya. Dari ibunya pula, Adam mengenal senjata dan menembak.

Selanjutnya yang terjadi sungguh mengerikan. Dengan memakai baju komando serba hitam, Adam merangsek masuk ruangan-ruangan sekolah. Dengan ketepatan tembak seorang profesional, Adam menembaki guru dan murid-murid yang ada di situ. 12 anak perempuan dan 8 anak laki-laki langsung tewas di tempat. Mereka semua berusia antara 6-7 tahun.

Tanpa ampun, Adam juga menghabisi 6 orang guru kelas dan seorang guru BP. Ibu Dawn Hocksprung, Kepala Sekolah yang sangat dicintai para murid, termasuk yang pertama tewas diberondong. Guru kelas 1, Victoria Soto yang berusia 27 tahun, disebut Polisi Connecticut sebagai seorang pahlawan.

Ia ditemukan tewas tertelungkup melindungi anak-anak yang ia sembunyikan di almari dan toilet sekolah. Adam Lanza sendiri akhirnya bunuh diri setelah tahu ia terkepung oleh polisi dan pasukan SWAT yang cukup cepat datang ke tempat kejadian.

Tak tahan menyaksikan kejadian yang memilukan, Connecticut Chief Medical Examiner Dokter H. Wayne Carver, berlinang air mata saat mengumumkan nama-nama korban tragedi ini.

This is a very devastating set of injuries. I believe everyone was hit more than once. The worst I’ve ever seen!”, papar Dokter Wayne.

Melalui Dokter Wayne, Negara Bagian Connecticut mengumumkan nama-nama korban yaitu : Charlotte Bacon (6),  Daniel Barden (7), Rachel Davino (29), Olivia Engel (6), Josephine Gay (7),  Ana M. Marquez-Greene (6), Dylan Hockley (6), Dawn Hocksprung (47), Madeline F. Hsu (6),  Catherine V Hubbard (6), Chase Kowalski (7),  Jesse Lewis (6),  James Mattioli (6), Grace McDonnell (7), Anne Marie Murphy (52), Emile Parker (6),  Jack Pinto (6), Noah Pozner (6), Caroline Previdi (6), Jessica Rekos (6), Avielle Richman (6), Lauren Russeau (30), Mary Sherlach (56), Victoria Soto (27), Benjamin Wheeler (6), Allison N. Wyatt (6).

Monsignor Bob, demikian Pastor Kepala Paroki Santa de Lima itu dipanggil, datang ke tempat kejadian beberapa saat setelah penembakan itu berakir. Menyaksikan korban yang tergeletak bersimbah darah, sebagian besar adalah anak-anak kecil yang tak berdosa, Mgr.Bob sungguh galau. Beliau juga menyaksikan para orang tua yang bingung, berlarian, ketakutan, mencari tahu nasib anak-anaknya. Ada luapan kelegaan dan kegembiraan yang tak terkira ketika tahu anaknya selamat.

Sebaliknya, Mgr.Bob tidak tahu harus berbuat apa, menyaksikan orang-tua yang tahu ternyata anaknya tak selamat. Dia hanya bisa memeluk umatnya yang hancur mengalami kejadian mengerikan ini. “Oh Lord, have mercy on us !”.

Hanya itu, kata-kata yang berulang-ulang terucap dari mulut Pastor Paroki ini. (Bersambung)

Photo credit: Ist

Artikel terkait:

 

  • Pijar Vatikan II di Tahun Iman: Tangis Pilu di Paroki Santa Rosa de Lima (13C)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here