25 Tahun Membiara Sr. Rosalia Igau MASF: Dayak Kayan Pertama dan Satu-satunya Suster MASF

0
540 views
25 tahun hidup membiara Sr. Rosalia Igau MASF, yang pertama dan satu-satunya Suster MASF dari Suku Dayan Kayan dari Stasi Antutan, Kabupaten Bulungan, Kaltara. (Romo Joseph Mudaj MSF)

SUSTER Rosalia Igau MASF hari Minggu tanggal 3 Juli 2022 ini sungguh hepi. Karena ia merayakan pesta perak hidup membiaranya yang sudah dia jalani selama 25 tahun.

Dan hari ini, pesta sederhana itu diselenggarakan di Keuskupan Tanjung Selor. Bersama dengan kerabat dekat keluarga dan umat Paroki Katedral Santa Maria Assumpta Tanjung Selor, Kalimantan Utara (Kaltara).

Puncak perayaan pesta hidup membiara selama 25 tahun Sr. Rosalia Igau MSF berlangsung dalam Perayaan Ekaristi.

Dipimpin langsung secara luring oleh Bapak Uskup Keuskupan Tanjung Selor Mgr. Dr. Paulinus Yan Olla MSF. Bersama sejumlah imam yang ikut di altar sebagai konselebran.

Sr. Rosalia Igau MASF menjadi yang pertama dan satu-satunya Suster MASF dari Suku Dayak Kayan dari Antutan, Kabupaten Bulungan. (Romo Joseph Mudaj MSF)

Dayak Kayan pertama dan satu-satunya di MASF

Sr. Rosalia Igau MSF adalah puteri pasangan Bapak Marselinus Igau (alm) dan Ibu Clara Uyung. Keluarga ini berasal dari Stasi Antutan, Paroki Katedral Tanjung Selor.

Ia menjadi orang Dayak Kayan pertama dari Stasi Antutan -wilayah Kabupaten Bulungan- yang menjadi suster. Bahkan merupakan satu-satunya suster Dayak Kayan di Kongregasi Suster MASF.

Oleh karena itu, perayaan pesta perak ini menjadi peristiwa syukur dan harapan bagi Sr. Rosa. Juga bagi segenap umat yang hadir; khususnya keluarga dan kerabat dekat dari suku Dayak Kayan di wilayah aliran Sungai Kayan.

Demi bersekolah SMP dan SMA di kota

Ketika baru berumur 14 tahun, Rosalia Igau  remaja telah meninggalkan kampung halamannya di Antutan, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan. Ia pergi menuju Kota Tanjung Selor, Kalimantan Utara. Rosalia memilih melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Tanjung Selor.

Waktu itu, Antutan adalah masih merupakan sebuah desa kecil. Belum ada SMP dan SMA di desa tersebut. Maka demi masa depan, ia harus rela meninggalkan kampung halamannya. Mulai bergabung dengan teman-teman sebayanya di sebuah asrama puteri yang dikelola oleh para pastor di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung Selor.

“Waktu itu, kondisi asrama masih sangat sederhana. Karena itu, kami biasa pergi ke hutan. Mencari kayu bakar atau sayur-sayuran untuk keperluan masak-memasak di asrama,” kenang perempuan kelahiran November 1973 ini.

Sama sekali tidak ada di dalam benaknya sebuah cita-cita atau keinginan menjadi seorang suster biarawati. Ia menjalani kehidupan di asrama selayaknya seorang anak dari desa. Sekalipun sudah di asrama, Rosa -begitu ia sering disapa- belum juga mengerti arti hidup membiara.

Sebagai penghuni asrama, mereka wajib untuk mengikuti semua aturan di asrama. Termasuk mengikuti misa harian. Dalam berbagai kesempatan, mereka mendapat bimbingan dan arahan. Lebih-lebih ketika ada yang melanggar aturan.

Perlahan demi perlahan, para pastor dan suster pendamping mulai mengajarkan tata tertib dan kebiasaan hidup sebagai anak asrama puteri. Tidak segan-segan, para pastor mengajari tata krama dan nilai-nilai kekatolikan bagi para penghuni asrama.

Bermula dari kesalahan

Suatu ketika, Rosa dan dua teman asramanya tidak mengikuti misa harian pada sore hari. Mereka memilih kabur dari misa dan berjalan-jalan santai di luar asrama. Pada saat itu, Rosa sudah kelas dua di SMEAN 1 Tanjung Selor.

Romo pendamping lalu memanggil mereka. Panjang kali lebar Romo memberi nasihat. Pada akhir nasihat, Romo itu bertanya kepada mereka.

“Apakah di antara kalian tidak ada yang berpikir untuk menjadi seorang suster? Kenapa kalian hanya berpikir soal menikah dan menikah?

Kata-kata Romo tersebut menyentuh hati Rosa. Ia bergumul dengan dirinya atas kesalahan dan juga kata-kata Romo tersebut.

Pada akhir pergulatannya, ia berkata pada dirinya, “Mengapa saya tidak menjadi suster saja?”

Sr. Rosalia Igau MASF bersama Uskup Keuskupan Tanjung Selor Mgr. Paulinus Yan Olla MSF.

Bergabung masuk Kongregasi MASF

Pada suatu ketika, seorang katekis datang mengunjungi asrama. Katekis tersebut bercerita tentang kehidupannya di asrama yang dikelola oleh para suster Kongregasi MASF.

Ia juga berkisah secara sekilas tentang suster-suster yang berkarya di Kalimantan Timur.

Rasa penasaran semakin bergelora di dalam diri Rosa. Ia lalu membulatkan tekadnya untuk menjadi suster biarawati.

Setamat lulus SMA, Rosa memberanikan diri untuk memasuki Kongregasi Misi Adorasi Santa Familia (MASF) sebagai Aspiran. Ia kemudian melanjutkan ke Postulan.

Selama setahun Postulat, Rosa semakin akrab dengan panggilannya. Ia semakin mengenal Kongregasinya, ketika memasuki dua tahun Novisiat. Ia mulai terbiasa dipanggil Suster Rosa.

“Rasanya, pada masa Novisiat itu, relasi dengan Tuhan begitu intim, karena tidak ada tempat mengadu selain kepada Dia,” kisahnya mengenang masa silam.

Sekarang ini, Sr. Rosalia Igau MASF berkarya di Solo, Jateng.

Kaul perdana dan kekal

Hari-hari itu dilalui dengan doa dan kerja serta latihan rohani. Komunikasi dengan dunia luar -termasuk keluarga- sangat dibatasi.

Sr. Rosa menikmati situasi ini dan merasakan bimbingan dari Tuhan. Ia memasrahkan perjalanan hidupnya pada penyelenggaraan ilahi.

Pada tahun 1997, Suster Rosa mengingkrarkan Kaul Perdananya pada Konggreasi MASF. Dan pada tahun 2004, ia mengikrarkan Kaul kekal.

Dengan memilih motto, “Hari ini kami punya dalam bejana tanah liat supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah bukan diri kami.” (2 Kor 4:7).

Pesta 25 tahun hidup membiara Sr. Rosalia Igau MASF berlangsung sederhana dan usai Perayaan Ekaristi diadakan resepsi. Dengan suguhan tari-tarian khas Suku Dayak Kayan. (Romo Joseph Mudaj MSF)

25 tahun hidup membiara

Tahun 2022 menjadi tahun penuh syukur bagi Sr. Rosalia Igau MASF. Ia boleh melangkah di usia perak hidup membiara sebagai suster biarawati MASF.

Pada tahun ini pula, Kongregasi MASF merayakan hari ulang tahun berdirinya yang ke-85.

Peristiwa ini dijadikan sebagai kesempatan oleh Sr. Rosa dan rekan-rekan susternya untuk merayakan pesta perak di Keuskupan Tanjung Selor, keuskupan asalnya.

Baksos di Antutan, Kabupaten Bulungan

Serangkaian acara diadakan dalam rangka menyambut perayaan 25 tahun hidup membiara ini. Di antaranya adalah pengobatan gratis kepada warga Desa Antutan.

Kegiatan ini dilaksanakan berkat kerjasama antara Kongregasi MASF dengan tim Perdakhi Keuskupan Tanjung Selor.

Para Suster MASF juga mengadakan pertemuan dengan OMK Paroki Katedral Tanjung Selor. Untuk menganimasi kaum muda. Delapan orang suster MASF terlibat dalam kegiatan aksi panggilan ini.

Sang yubilaris Sr. Rosalia Igau MASF bersama para kolega suster Kongregasi MASF. (Romo Joseph Mudaj MSF)

Rangkaian Acara ditutup dengan perayaan ekaristi di Gereja Katedral St. Maria Assumpta Tanjung Selor bersama Mgr. Dr. Paulinus Yan Olla MSF bersama sejumlah imam.

Puncak perayaan ditutup dengan acara resepsi bersama di halaman gereja katedral. Diiringi dengan tarian khas Dayak Kayan.

Perjalanan masih jauh. Tetapi Sr. Rosalia Igau MASF meyakini bahwa Allah tetap setia mendampingnya.

“Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.“ (2 Tim 2:13).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here