33 Tahun Yayasan Bhumiksara: Integritas Bukan Datang dari Langit, tapi Hasil Didikan Keluarga

0
687 views
Tiga narasumber dies natalis ke-33 Yayasan Bhumiksara.

DUNIA tengah berubah. Namun yang tidak boleh berubah adalah integritas. Inilah yang selalu harus dimiliki setiap pemimpin.

Spirit kemimpinan berintegritas itu harus dimulai sejak dini. Di keluarga masing-masing.

Yayasan Bhumiksara sebagai organisasi yang berprakarsa ingin menghasilkan kader-kader bangsa yang berintegritas lalu merasa perlu merefleksikan apa itu model kepemimpinan beritegritas. Untuk bisa songsong tatanan masyarakat baru.

Hal ini menjadi salah poin penting program seminar nasional dalam rangka perayaan Dies Natalis Yayasan Bhumiksara ke-33. Sekaligus acara mengisi program Reuni Nasional Bhumiksara yang telah diselenggarakan secara virtual, hari Sabtu tanggal 17 April 2021.

Pemimpin harus berintegritas

Seminar nasional ini menghadirkan tiga narasumber yakni Rektor Unika Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko Ph.D, peneliti dan mantan Deputi KSP Yanuar Nugroho Ph.D, dan Prof. Rhenald Kasali Ph.D.

Yanuar Nugroho sebagai pembicara pertama menyampaikan gagasan inspiratifnya sebagai berikut.

Agar terus berintegritas, seorang pemimpin harus memiliki prinsip dasar bahwa hidup ini untuk memuji, menghormati dan mengabdi kepada Tuhan. (Ref. Latihan Rohani Santo Ignatius de Loyola No 23 tentang “Azas dan Dasar”)

Di tengah konteks global yang semakin urban dan adanya revolusi 4.0, pemimpin dihadapkan pada kondisi yang tidak stabil.

Untuk itu, kata mantan Deputi Kepala Staf Presiden (KSP) dan dosen sekaligus peneliti di University of Manchester di UK ini, seorang pemimpin harus punya integritas pribadi yang kuat dan kokoh.

Tidak boleh luntur komitmennya untuk senantiasa menjunjung tinggi komitmen diri dan integritas pribadi.

“Integritas itu bukan ‘jatuh dari langit’. Tapi dibentuk dan dididik sejak dini. Mulai dari keluarga dan jenjang-jenjang formatio berikutnya,” tandasnya.

Itu berarti, setiap pemimpin yang ideal harus memiliki semangat keterlibatan. Khususnya dalam aspek kesetaraan dan keadilan di masyarakat.

“Dalam kepemimpinan berintegritas, penting memiliki pembimbing rohani dan teman yang menjadi pengontrol dan memberikan kritik,” ujar Anggota Pengurus Yayasan Bhumiksara.

Saatnya setting ulang dari awal

Senada dengan Yanuar Nugroho, Rektor Unika Atma Jaya Augustinus Prasetyantoko sebagai pemateri kedua menekankan beberapa data performa ekonomi dan analisnya.

Dunia pasca pandemi Covid-19 pasti akan berubah banyak di semua sektor kehidupan. Juga tidak akan kembali ke situasi pra-pandemi. 

Menurut alumnus Seminari Mertoyudan ini, pemimpin perlu memiliki keberanian melihat fakta bahwa dunia ini selalu berubah; seberapa pun menyakitkan.

“Dalam dunia yang berubah, aspek -aspek terkait teknologi tidak bisa dihindari, skill pemimpin harus terus di-upgrade,” ujar Sekretaris Yayasan Bhumiksara ini.

Ia menekankan bahwa yang lebih mendasar dari dunia pasca pandemi adalah berbagai problematika yang muncul yaitu dunia yang semakin brutal, sehingga seorang pemimpin perlu memiliki pegangan.

Ia lalu menyebut dua dokumen Paus Fransiskus bisa menjadi pegangan untuk menjadi pemimpin berintegritas.

Dua dokumen tersebut adalah Laudato Si’ (Puji bagi-Mu) dan Fratelli Tutti (Semua Bersaudara).

Menurut dia, berbekal dokumen tersebut, maka kita sekalian diharapkan dapat lebih hormat pada bumi dan pada sesama.

Dimulai dari rumah

Prof. Rhenald Kasali sebagai pembicara ketiga menyebut, basis integritas adalah rumah tangga dan hal itu harus diajarkan sejak usia dini.

Dunia tengah berubah dan menghadapi situasi sulit. Untuk itu, suara hati harus menjadi karakter dasar yang harus dimiliki sejak kecil dan menjadi sikap hidup sampai dewasa.

Menurut dia, integritas menjadi bekal di tengah banyaknya informasi yang muncul dan cukup menganggu.

“Kita sekarang ini sering mengalami disinformasi. Justru karena kita menerima informasi secara berlebihan. Lalu, kita tidak sanggup lagi melakukan validasi dan verifikasi informasi. Tak mampu membedakan mana yang benar dan tidak benar. Integritas yang dimiliki sejak dini diperlukan sebagai bekal di masa depan,” ucapnya.

Narasumber berkompeten

Ketua Panitia Dies Natalis ke-33 dan Reuni Nasional Bhumiksara, Dr. drg. Paulus Januar mengapresiasi ketiga narasumber yang telah menggulirkan gagasannya.

Dengan dan melalui seminar ini, kata dia, Yayasan Bhumiksara ingin memperkuat jaringan dengan seluruh kader dari berbagai lapisan generasi dan profesi di seluruh Indonesia.

“Sebagai sebuah gerakan kepemimpinan berintegritas, hasil seminar ini tentu akan berdampak besar jika dilakukan secara bersama-sama,” ujar Paulus Yanuar, mantan Ketua PMKRI tahun-tahun silam.

Saat membuka seminar ini, Ketua Pengurus Yayasan Bhumiksara Ery Seda Ph.D menyampaikan pemikirannya demikian.

Seminar ini diharapkan dapat menjadi refleksi bagi Yayasan Bhumiksara yang tahun ini  telah genap merangkai usia 33 tahun.

Ery Seda pun berharap seminar ini juga dapat memperkuat upaya Yayasan Bhumiksara dalam upaya mewujudkan pemimpin yang berintegritas, berjiwa melayani sesama (servant leadership), unggul, punya semangat kuat untuk berbelarasa dengan sesama, dan bersemangat inklusif.

Ia berharap, peserta seminar dapat memperoleh pencerahan dari ketiga narasumber dan kemudian menerapkannya dalam konteks hidupnya masing-masing.

“Keluarga besar Yayasan Bhumiksara merasa penting untuk terus-menerus mendiskusikan bagaimana kepemimpinan beritegritas itu nantinya dapat diwujudkan oleh masing-masing pribadi,” ucap Ery.

Yayasan Bhumiksara

Benih-benih rencana mendirikan Yayasan Bhumiksara pada mulanya tumbuh di kalangan para cendekiawan Katolik Indonesia. Khususnya mereka yang waktu itu tengah bergabung di forum Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK).

Mereka itu antara lain adalah:

  • Romo Prof. Dr. AM Kuylaars Kadarman SJ;
  • Drs. Frans Seda;
  • Prof. Dr. Anton N. Moeliono;
  • Drs. P. Swantoro;
  • Romo F.X. Danuwinata SJ;
  • Johanes Sadiman;
  • Sejumlah tokoh Katolik lainnya.

Pada tanggal 20 Maret 1988, secara resmi berdirilah Yayasan Bhumiksara.

Arti kata

Kata “bhumiksara” berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya garam dunia. 

Yayasan Bhumiksara selanjutnya menjalankan program pendampingan kader. Dengan fokus layanan pada kegiatan pengembangan spiritualitas dan integritas pribadi serta upaya meningkatkan kualitas kepemimpinan para cendekia. 

Visi: Menjadi organisasi yang menghasilkan kader bangsa yang berinteritas, berjiwa melayani, pribadi unggul, bersemangat belarasa, dan berjiwa inklusif.

Misi:

  1. Memupuk nilai-nilai kebangsaan Indonesia dengan menegakkan dan mempertahankan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.
  2. Menyelenggarakan kegiatan ilmiah dan sosial yang berhubungan dengan iman, ilmu, dan budaya bagi masyarakat.
  3. Menyiapkan kader-kader muda dan melakukan pendampingan agar mereka itu nantinya bisa menjadi calon-calon pemimpin masyarakat dan bangsa yang berintegritas, melayani, unggul, berbelarasa, dan inklusif.

Nilai: Integritas, Pelayananan, Keunggulan, Belarasa, dan Inklusif.

Program: Yayasan Bhumiksara mendesain berbagai program kegiatan antara lain kaderisasi orang muda melalui program Bantuan Beasiswa Pemapan (Pemimpin Masa Depan) dan Lokakarya Kepemimpinan Berintegritas.

Alamat kontak

Yayasan Bhumiksara

Gedung Justinus lt. 2

Kampus Unika Atma Jaya Semanggi

Jl. Jenderal Sudirman Kav 51

Jakarta Selatan 12930

Tel/Faks: +62-21-5475362

 info@bhumiksara.org

 www.bhumiksara.org

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here