40 Hari Alm. Ny. Jo Seda, Perwujudan Nyata Iman

0
753 views
Ny. Jo Seda, isteri almarhum Frans Seda. (Ist)

40 hari setelah meninggalnya Johanna Maria Pattinaja Seda, istri almarhum Frans Seda, keluarga mengadakan Perayaan Ekaristi di rumah keluarga, Pondok Indah Jakarta.

Ibu Jo Seda kelahiran 12 Mei 1937 meninggal dalam usia 77 pada 23 Maret 2015. Misa yang dihadiri sekitar 300 orang tersebut dipersembahkan oleh Rm Hendrikus Meko SVD dan Rm Emmanuel Mansuetus Mali Pr.

Putri bungsu almarhumah, Nessa Seda, dalam pengantarnya menyatakan bahwa misa kali ini bernuansa syukur dan kegembiraan, bukan berkabung.

Alasannya adalah misa diadakan pada suasana Paskah dan keluarga menyakini bahwa Ibu Jo Seda sudah tenang di rumah Bapa.

“Kalau ayah dan ibu ada, pasti mereka tidak mau kami terus menerus bersedih atas kepergian mereka,” jelas Nessa yang tampak tegar.

Kematian sebagai rahmat Rm Emmanuel Masuetus Mali dalam homilinya menjabarkan tentang kematian sebagai suatu perjalanan.

“Ada tiga hal utama yang dikaitan dengan kematian,” jelas Rm Emmanuel.

  • Pertama, kematian sebagai kedukacitaan dimana keluarga meratapi kepergiaan orang yang dikasihinya.
  • Kedua, kematian dilihat sebagai sesuatu yang menakutkan dimana ada orang takut dengan roh yang telah meninggal tersebut.
  • Dan ketiga, sesuai dengan iman Katolik, kematian dipandang sebagai peristiwa rahmat yang perlu disyukuri dimana Allah sendiri berkarya baik bagi yang dipanggil maupun bagi yang ditinggalkan.

Lebih lanjut, Rm Mali mengaitkan 40 hari sebagai suatu simbol pemurnian; dalam kisah Perjanjian Lama, setelah 40 hari bencana air bah, ciptaan baru dimunculkan. Sedangkan di Perjanjian Baru, ada kisah dimana Yesus berpuasa 40 hari lamanya sebelum memulai perjalanan penyelamatan.

Terjadilah kehendak-Mu

Dalam misa, kedua putri Alm Frans Seda dan Jo Seda, Ery dan Nessa, memberikan sharing yang menyentuh tentang ibu mereka. Ery bercerita bagaimana Ibu Jo Seda memiliki kepekaan tinggi.

Kala itu Ery Seda yang sedang menyelesaikan kuliah doktoralnya di Amerika Serikat, sengaja tidak memberitahukan bahwa hari tersebut dia menghadapi ujian akhir disertasi. Ternyata begitu dia pulang ke apartemen setelah ujian, ibu Jo menelponnya dan menyatakan bahwa dia merasa Ery sedang menghadapi sesuatu hal yang penting sekali serta bahwa dia mendoakan Ery.

Nessa menceritakan bagaimana kuat dan tekunnya devosi Ibu Jo kepada Bunda Maria. “Ibu selalu berdoa rosario ketika berada dalam perjalanan dan bahkan ketika menonton TV di rumah.”

Ibu Jo Seda menyakini kekuatan doa tetapi juga mengajarkan kepada kedua putrinya untuk tidak meminta saja kepada Tuhan sewaktu berdoa.

“Akhirilah setiap doamu dengan menyatakan: Terjadilah kehendakMu karena itu yang terbaik untukku,” kenang Nessa akan pesan ibunya. Iman yang teguh dan ketegaran keluarga tampak jelas pada puisi singkat Ery Seda pada belakang buku misa tersebut.

Di dalam setiap tantangan hidup senantiasa ada hikmah. Di dalam setiap kepedihan hidup senantiasa ada kegembiraan.

Tuhan tidak pernah menjanjikan hidup penuh sukacita, Melainkan justru melalui kesedihan, kita pun merasakan kasih-Nya.

Semoga rahmatNya senantiasa menyertai.

Terima kasih untuk perhatian dan doa Yang boleh kami terima.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here