40 Th Imamat Mgr. Agustinus Agus: Sepekan Sebelum Tahbisan Imamat, Baru Putus Hubungan

0
1,112 views
Ilustrasi: Sang Jubilaris Mgr. Agustinus Agus yang merayakan HUT tahbisan imamatnya 40 tahun bersama Mgr. Hieronimus Bumbun OFMCap dan para imam di Seminari Antonio Ventimiglia di Siantan. (Ist)

SENIN siang kemarin (19/6) matahari bersinar dengan terik, begitu berbeda dengan hari sebelumnya dimana langit mendung dan hujan beberapa kali menimpa Bumi Khatulistiwa: Pontianak, Ibukota Provinsi Kalimantan Barat.

Cerahnya mentari seakan mewakili kegembiraan dan rasa syukur Uskup Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Dr. Agustinus Agus yang Senin tanggal 19 Juni 2017 kemarin memperingati 40 tahun tahbisan imamatnya. Hujan dan muramnya langit juga seakan kiasan untuk menggambarkan jalan hidup seorang gembala dari kampung ini.

Mgr. Agustinus Agus, kelahiran Lintang, 22 November 1949, ditahbiskan menjadi imam tanggal 6 Juni 1977 oleh Mgr. Hieronimus Bumbum OFMCap yang waktu itu menjabat sebagai Uskup Agung Pontianak. Dua hari menjelang tahbisan imamatnya, Mgr. Bumbun berangkat dari Pontianak dengan disopiri seorang pastor.

Para jubilaris teman pastor seangkatan Mgr. Agustinus Agus saat di Seminari. Mereka semua merayakan pesta HUT 40 tahun tahbisan imamatnya di tahun 2017 ini. (Royani Lim)

Saat melewati jalanan di kawasan Sei Pinyuh –sedikit di luar kota Pontianak arah Singkawang– mobil tersebut mengalami kecelakaan sampai terbalik. Mgr. Bumbun hanya mengalami cidera ringan berupa kepala yang benjol, sedangkan seorang imam lain mengalami gegar otak ringan. “Untunglah Mgr. Bumbun berangkat lebih awal dua hari, sehingga tahbisan tetap sesuai rencana, “demikian Mgr. Agus mengisahkan berliku-liku perjalanan hidupnya.

Hampir dikeluarkan dari seminari

Mgr. Agus merefleksikan bagaimana Tuhan sangat mencintainya. Walaupun banyak kendala dalam simpul kehidupannya tetapi semua teratasi dan sekarang dia bisa merayakan 40 tahun imamatnya.

“Waktu di seminari, saya hampir dikeluarkan karena menulis surat kritik keras terhadap seorang suster yang kaku memegang aturan,” cerita Mgr. Agus disambut tawa umat yang memenuhi pelataran Seminari Antonino Ventimiglia tersebut.

Si mbeling, urakan, nakal, dan keras kepala akhirnya ditahbiskan menjadi pastor dan bahkan dipercaya Vatikan menjadi Uskup: Mgr. Agustinus Agus, sebelumnya Uskup Keuskupan Sintang dan kini Uskup Agung Pontianak. (Royani Lim)

Kisahnya terjadi ketika  Mgr. Agus sebagai frater  ditugasi mengurus suatu acara dengan menyambangi sekolah katolik khusus perempuan dan menghubungi seorang gurunya. Tetapi suster kepala sekolah waktu itu tidak mengizinkan mereka bertemu.

Frater Agus lalu mengirim surat singkat yang keras isinya. “Memang cukup kurang ajar dan kurang sopan,” aku Mgr. Agus.

Surat kritikan tersebut dibawa suster kepada Rektor Seminari Tinggi. Untunglah ada pamong yang membelanya sehingga Frater Agus tidak dikeluarkan saat itu.

Sebelumnya, di Seminari Menengah Nyarumkop di Singkawang, Kalbar,  Mgr. Agus juga pernah mendapat peringatan dari pamong.

Satu lagi pengakuan Mgr. Agus yang yang disambut gelak tawa umat, “Sepekan menjelang tahbisan, saya baru putus dengan cewek.”

Uskup yang putera Dayak asli ini dikenal suka bergaul, menyanyi, dan makan enak.

Kardinal Justinus Darmojuwono

Mgr. Agus menerima tahbisan diakonatnya dari Kardinal Justinus Darmojuwono, Uskup Agung Semarang waktu itu. Tahbisan imamatnya dia terima dari  Mgr. Hieronimus Bumbun OFM Cap yang beberapa puluh tahun sesudahnya menggantikan posisinya sebagai Uskup Agung Pontianak sejak tahun 2014. Maka pada potongan kue pertama diberikan Mgr. Agus kepada Mgr. Bumbun yang hadir sebagai konselebran.

Teman seangkatannya di seminari berjumlah 15 orang.  Setengahnya tidak selesai sampai jenjang imamat, tetapi dari kelompok kecil itu telah lahir dua orang uskup agung. Selain Mgr. Agus sendiri, temannya adalah almarhum Mgr. Pujasumarta, Uskup Agung Semarang yang meninggal di bulan November 2015.

Jalan berliku

Mgr. Agus memaknai perjalanan hidup yang berlika-liku sebagai bukti besarnya cinta Tuhan. “Tuhan bisa memilih siapa saja, bahkan anak kampung seperti saya yang minder dan keras kepala ini.”

Uskup yang terkenal dekat dengan umat dan pandai menyanyi ini mengakui terus terang bahwa dia memiliki banyak kekurangan, kadang masih suka marah, keras kepala, dan tidak tahan diejek orang. “Tetapi pendampingan Tuhan yang membuat saya bisa berdiri di sini saat ini. Maka motto yang saya pilih saat tahbisan imam adalah ‘Tuhan adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya (Mazmur 28:8)’.”

Pernak-pernik acara peringatan pesta HUT 40 tahun tahbisan imamat Mgr. Agustinus Agus di Kompleks Seminari Tinggi Antonio Ventimiglia di Siantan, Pontianak, Senin 19 Juni 2017. (Royani Lim)

Misa syukur 40 tahun tahbisan imamat Mgr. Agus berlangsung di kompleks Seminari Antonino Ventimiglia di Siantan, sedikit di luar kota Pontianak. Itu karena Mgr. Agus ingin mengajak umat untuk lebih peduli terhadap pendidikan seminari sebagai jantung Gereja.

Keuskupan Agung Pontianak baru-baru ini juga telah mendirikan GOTAUS (Gerakan Orangtua Asuh untuk Seminari)—langkah baik dengan mencontoh organisasi sejenis yang lebih dulu ada yakni GOTAUS KWI.

Perayaan sederhana namun meriah ini dihadiri sekitar 200-an umat yang terdiri dari perwakilan 10 paroki di Keuskupan Agung Pontianak serta kerabat dan sahabat Mgr. Agus dari berbagai kota di Indonesia.

Tampak ikut hadir Ketua UNIO Indonesia  Romo Siswantoko Pr yang sehari-hari menjabat Sekretaris Eksekutif Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral Migran-Perantau KWI. Termasuk di dalam rombongan para imam adalah sejumlah pastor sepuh teman angkatan Mgr. Agus saat kuliah dan tinggal di Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan, Yogyakarta.

Setelah misa, umat menikmati santap siang yang disajikan oleh 10 paroki di Pontianak. Kemudian hiburan lagu dan tari.

Tidak ketinggalan Mgr. Agus menyanyikan beberapa lagu medley Dayak dan dangdut.

Proficiat Mgr. Agus.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here