50 Th Roncalli: Jadilah Religius yang Terbuka, Gembira, dan Melek Teknologi Digital (1)

0
2,041 views
Wajah-wajah gembira para formator dan calon formator zaman now. (Dok. Br. Anton FIC/Roncalli)

DALAM rangka pesta 50 tahun Rumah Khalwat (RK) Roncalli di Salatiga, Jawa Tengah, Roncalli mengadakan kegiatan sebagai bentuk rasa dan bahagia karena lembaga ini tetap eksis hingga sampai sekarang. Kegiatan ini diadakan untuk mendalami bersama dan menggali semangat awal berdirinya RK Roncalli.

Kegiatan ini ditawarkan kepada seluruh Kongregasi di Indonesia dengan gratis.

Workshop yang ditawarkan di antaranya program kegiatan untuk para pembina calon religius (Magister, Magistra, Pembimbing calon), Pembina Yunior (Piko, Pembina, Pembimbing Rohani Yunior), dan Pemimpin Tarekat atau Kongregasi.

Berbagai aktivitas ini dilaksanakan secara berkesinambungan, mulai t26 April sampai 12 Mei 2018.  Penulis telah mengikuti workshop untuk para pembina calon religius tanggal 26-29 April 2018. 

Revisi hati

Mengawali workshop ini, para peserta diajak Romo  FX I. Yamrewau MSF mendalami tema tentang bagaimana menjadi religius yang  erbuka dan gembira di zaman kekinian.

Mendukung tema ini, Romo Yam mengatakan seperti ini.  “Kita yang dipercaya menjadi pendamping postulan dan novis  ini menghadapi tantangan luar biasa.”

“Karenanya, kita harus mempunyai strategi untuk menghadapi dan menemani calon religius zaman millenial tersebut. Ini membutuhkan upaya ekstra kreatif dalam pelbagai metode pendampingan,” ungkapnya.

50 Tahun yang lalu sampai sekarang, lembaga ini dikelola oleh Kongregasi Bruder FIC dan tetap eksis.

“Untuk itu, kita mesti mempunyai jejaring pergaulan (network) dan interconection dalam berintergrasi dan bersinergi untuk menuntun dan menghantar calon yang telah bergabung dengan Kongregasi kita meretas benih panggilan religiusnya,” pungkas pendamping calon religius Kongregasi Imam MSF  ini dengan semangat.

Menurut alumnus Ateneo di Filipina ini, tujuan pertemuan kita adalah agar menciptakan inspirasi dan wawasan untuk semakin menjadi religius yang gembira dan terbuka terhadap tuntutan Gereja dan masyarakat zaman sekarang.

Untuk itu dan sebagai pendamping, katanya kemudian, marilah kita menyegarkan kembali pengalaman dalam mendampingi  lewat berbagi pengalaman satu sama lain.

Kita melakukan semacam revisi hati untuk mengevaluasi kiat-kiat yang membumi dalam model pendampingan; baik revisi kurikulum, mengembangkan skill atau kecakapan pendampingan dan pengembangan model yang sesuai dengan budaya Generasi Z yang selalu menggelisahkan kita.

Suasana workshop di mana para formator dari pelbagai Kongregasi mencermati dengan mendalam materi yang disajikan oleh nara sumber.

Religius zaman now

Kita sadar bahwa di tengah derasnya teknologi komunikasi yang semakin meresahkan calon, para formator juga ditantang untuk mendeteksi sifat, watak dan karakter para  calon religus: frater, bruder, dan suster secara dini.

Mengapa demikian?

Itu karena generasi yang lahir di zaman millenial ini terkadang dikekang kuat oleh budaya instan yang sangat menguasai batin mereka. Untuk membentuk dan mencapai proses pembentukan diri, formator bisa mengalami kelelahan.

Menurut pengalaman para formator dalam workshop ini, hampir setiap Kongregasi selalu saja ada formandi (mereka yang dibina) berasal dari generasi “Zaman Now”. Mereka ini umumnya punya cirikhas sama yakni tidak tahan hidup dalam keheningan, gampang putus asa dan gampang menyerah, suka menantang, tidak disiplin,  sulit menerima kritik dan teguran,  dan sebagainya.

Tetap harus menjadi pendoa.

Namun, Kongregasi juga perlu bersyukur,  karena para calon sekarang ini sudah sangat melek akan teknologi komunikasi digital. Karenanya, para magister dan magistra juga perlu bersikap rendah hati untuk mau belajar dari dan bersama mereka.

Melek teknologi komunikasi digital

Sejumlah formator lalu memberi masukan tentang bagaimana pengolahan hidup dengan budaya digital itu bisa menjadi strategi untuk bisa membina dan mengantar para calon seligius di zaman yang serba canggih ini.

Bentuk pembinaan itu bisa  bervariasi dan diharapkan bisa mendekati kebutuhan calon. Pendekatan itu dilakukan secara personal, melakukan  bimbingan rohani secara rutin dan tak kalah penting juga bersedia memberi kesempatan calon untuk mengartikulasikan bahasa mereka.

Meminjam bahasa ‘latihan rohani’ formator Kongregasi PIJ, kita membuat “lahan hati” dan tanah liat. Biar mereka menata, menjaga, memeluk menanam dan merawat lewat alam dan diakumulasikan dalam narasi panggilan hidup mereka tiap hari.  Hal ini bisa dituangkan dalam buku refleksi harian para calon yang ada. 

Wajah-wajah formator zaman now yang harus punya mentalitas hidup berjiwa terbuka dan gembira melakoni hidup sebagai religius.

Formator zaman now

Ketika formator mengkritisi formandi, maka muncul juga tantangan baginya. Padahal, mencari pembina calon religius di zaman sekarang juga tidak mudah. Kongregasi membutuhkan pribadi-pribadi yang utuh dan holistik.

Di sharing kelompok dibahas tentang sosok  ideal pembina atau pendamping. Yakni, mereka dengan hidup kerohaniannya sangat mendalam, mempunyai pengetahuan dan skill yang luas, pendalaman spiritualitas Kongregasi mendalam, semangat memimpin dan gaya kepemimpinan yang transformatif.

Sementara itu, pengalaman sama juga dirasakan oleh kelompok lain bahwa diharapkan keahlian atau kecakapan yang diperlukan memang harus dibutuhkan tenaga-tenaga yang siap menemani orang muda. Sehat jasmani dan rohani, emosi stabil, pribadi yang dewasa, pribadi yang mampu mendengarkan serta memiliki kepekaan hati terhadap situasi di sekitar hidupnya tiap hari.

Ideal dan realita adalah sering kali terjadi penyimpangan dalam mewujudnyatakan dalam lingkungan formasi. Hal ini menjadi tuntutan para formator zaman now.

Nilai-nilai yang diharapkan dan direkomendasikan menjadi penting.

  • Formator zaman now adalah seorang pendoa.
  • Mempunyai kemampuan discernment.
  • Memiliki sikap batin positive thinking, penggembira, sehat, sederhana, rendah hati, fleksible, terbuka menerima kritik dan pemaaf.
  • Formator harus mempunyai kepribadian matang, sehat secara seksualitas, tidak pilih kasih, adil, dan bersikap netral terhadap calon.
  • Mempunyai ‘spiritualitas hati’, melayani dengan kasih dan syukur-syukur juga memiliki hobi dan bakat yang bisa dikembangkan bagi dirinya atau calon.

Berbagai tuntutan antara formator dan formandi di zaman now itu  akhirnya menjadi wacana diskusi tentang perlunya terjadi kerjasama yang baik antara kedua belah pihak. Harapan-harapan yang ideal menjadi nyata, bila formator mempunyai semangat dialog dan semangat melayani.

Ada kemauan untuk belajar terus-menerus. Belajar dan memahami tatanan nilai calon. Menghidupi kaul, kharisma, mudah bergaul, tegas dalam prinsip namun lembut dalam bicara (fortiter in re, suaviter in modo), serta mencintai pengutusan. Bisa memberi teladan, konsisten, dan memiliki sense of humour.

Pelatihan jurnalistik bagi formator

Bagaimana dengan kecakapan pembina para calon zaman now?

Ketika pembina berada di zaman komunikasi digital seperti sekarang ini, maka mau tidak mau dan suka tidak suka  mereka harus mau belajar lagi agar tidak gaptek. Sangat penting dan perlu bahwa semua formator zaman sekarang ini harus melek teknologi komunikasi digital, selain juga harus memiliki iman mendalam untuk bisa  menghadap tantangan tersebut.

Bersama Sesawi.Net, Suster SFIC Pontianak Diajak Melek Teknologi Informasi dan Bijak Main Medsos (1)

Maka kecakapan atau keahlian multi talenta, berdaya kreatif dan inspiratif itu bisa menjadi kekuatan untuk bisa mengatur pola manajemen formasi saat ini. Tuntutan kecakapan dan munculnya ide-ide yang brilyan itu sangat perlu, meskipun hal itu  tidak bisa menjadi ukuran standar yang berlau sama bagi setiap formator. Namun dan bagaimana pun juga, para formator diharapkan harus memiliki kecakapan dalam seni membina orang lain, seni berkomunikasi dan punya jiwa sebagai motivator sejati.

Di workshop ini, para peserta juga diminta memberi masukan bagi Roncalli dalam  program-program pembinaan selanjutnya.

Pontianak: Mencermati Medsos, Hoax, dan Media Mainstream bersama 85 Suster, Bruder, Frater, Imam Lintas Tarekat (1)

Ada pun tawaran ide yang datang  dari para peserta demikian. Diharapkan program pertemuan  untuk para formator bisa dilaksanakan secara  teratur. Termasuk ide mengenai bahan materi untuk pembinaan formator dan aneka materi tentang program ongoing formation. Misalnya, perlu diberikan materi mengenai psikologi rohani, psikoseksual, metode pengolahan rohani, pelatihan riset mutu hidup religius zaman now.

Sedangkan  kelompok diskusi lain merekomendasikan perlunya diadakan pelatihan jurnalistik media rohani, pelatihan katekese digital, pelatihan metode didaktik pengajaran Generasi Z dan mendesain program fromasi dan  sebagainya.

Proficiat Kongregasi Bruder FIC. Sekali Roncalli, tetap Roncalli.

Kredit foto: Br. Anton FIC/Roncalli.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here