Renungan Natal 2015: Hidup Bersama sebagai Keluarga Allah

0
11,291 views

SAUDARA-saudari ku, selamat natal 2015. Tema natal 2015 adalah Hidup Bersama Sebagai Keluarga Allah. Dari tema ini, kita bisa merenungkan banyak hal sebagai oleh-oleh natal yang ingin kita persembahkan kepada bayi mungil Yesus di palungan. Hadiah ini merupakan niat untuk membangun hidup bersama secara rukun, damai, dan toleransi.

Dari tema ini, saya ingin membedah kata, frasa, dan kalimat yang terdiri dari:
1. Hidup
2. Bersama
3. Hidup Bersama
4. Keluarga
5. Allah
6. Keluarga Allah
7. Hidup bersama sebagai keluarga Allah.

Saya ingin memaknai 7 poin sebagai oleh-oleh natal untuk kita, agar kita menghayati hidup bersama yang baik. Namun pertanyaan mendasar sebelum kita membedah adalah hidup bersama macam apa yang mencerminkan keluarga Allah. Mari kita melihat pada komunitas paling kecil sebelum kita melihat sebuah komunitas negara. Kita melihat hidup bersama dalam keluarga.

  • – Apakah hidup bersama di keluargaku sudah membuat aku merasa nyaman?
    – Apakah hidup bersama di keluargaku ada sapa dan salam?
    – Apakah hidup bersama di keluargaku bisa duduk bersama sambil menonton tv?
    – Apakah hidup bersama di keluargaku bisa berbagi pengalaman?
    Hidup bersama bukan berarti tidak mandiri. Kita membutuhkan ruang untuk kumpul bersama. Kita sadari bahwa kita bukan manusia individual dan superman. Namun di sisi lain, hidup bersama pun menghormati waktu untuk pribadi. Agar kita menghayati peristiwa Agung Natal, mari kita renungkat tema natal 2015.

7 point punctum Natal 2015
– Hidup. Hidup merupakan anugerah dari Allah. Kita ingat dalam Kitab Kejadian Allah menciptakan kehidupan sejak hari pertama hingga selesai. Semua kehidupan berasal dari Allah. Tugas manusia adalah menjaga, merawat, menghormati, dan melindungi. Jika kita membunuh manusia, maka kita membunuh Allah. Manusia diciptakan secitra dengan gambaran Allah. Siapakah manusia sehingga bisa membunuh sesama manusia. Driyarkara mengatakan homo homini socius, bukan homo homini lupus.

– Bersama. Kata bersama menunjuk lebih dari 1 atau jamak. Eksistensi manusia pada dasarnya socius, bukan individual. Jika ada manusia mengatakan bisa hidup tanpa orang lain adalah omong kosong. Kita bisa menarik benang panjang untuk mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Contoh; sejak manusia lahir sudah ada banyak tangan orang menolong agar bayi itu sehat dan selamat. Oleh karena itu jika masih ada orang mengatakan mampu hidup sendiri maka orang itu menolak keberadaannya.

– Hidup bersama. Hidup bersama mempunyai makna semakin luas, tidak hanya menggabungkan dua kata menjadi satu frasa. Hidup bersama adalah eskistensi manusia senyatanya. Dalam hidup bersama, manusia perlu mengandalkan pikiran dan hati. Pikiran berfungsi untuk mencari bonum commune. Hati berfungsi untuk berempati terhadap sesama. Manusia hidup mempunyai konsekwensi logis hidup bersama. Hidup bersama mempunyai konsekwensi logis hidup toleransi, hidup berbagi, dan hidup menghormati. Mari kita bercermin, apakah keberadaan kita sudah menunjukkan hidup bersama?

– Keluarga. Keluarga adalah kesepakatan dua orang pria dan wanita untuk membangun hidup bersama secara sah. Kesepakatan itu didasari rasa cinta, rasa menerima dan memberi, dan didasari pengakuan hukum sosial dan negara. Keluarga menjadi basis hidup bersama yang kecil. Keluarga menjadi sekolah dasar bagi anak. Keluarga menjadi basis karakter kepribadian. Kita sebagai umat Katolik mempunyai keteladanan keluarga kudus, yaitu St. Yosep, Bunda Maria, dan Tuhan Yesus.

Mereka disebut keluarga kudus karena mereka dipilih Allah menjadi perantara Allah yang Esa ke dunia. Mari kita teladani keluarga Kudus dalam hidup keluarga masing-masing. Kita menjalankan fungsi dan peran masing – masing. Mari kita sadari peran dan fungsi seorang ayah, seorang ibu, seorang anak, seorang anak yang akan menjadi ayah dan ibu. Namun sering kali kita lupa peran dan fungsi kita. Hal ini membuat keluarga tidak harmonis.

– Allah. Allah merupakan gelar Adanya Sang Ada. Istilah Ada Sang Ada merupakan istilah filsafat untuk menggambarkan keagungan Allah. Allah itu Mahaagung. Allah itu Maharahim. Allah itu Mahakasih. Allah itu Maha dari segala Maha. Kehidupan manusia merupakan ciptaan Allah. Allah memiliki semesta ini. Tidak ada ciptaan mana pun yang mampu menandingi kuasa Allah. Allah tidak terlihat, tetapi kuasanya sungguh kita rasakan.

Sekaya-kayanya manusia di dunia tidak ada artinya di hadapan Allah. Gelar Allah menunjuk Keagungan – Nya. Jika ada manusia tidak percaya adanya Allah, maka ia menolak eksistensinya. Ia lupa bahwa adanya manusia merupakan ciptaan Allah. Jika Allah itu kasih, maka ciptaannya pun mewartakan kasih. Namun seringkali, manusia menolak, menghina, dan memutus kasih Allah dengan kekuasaan demi keuntungan pribadi. Padahal kekuasaan manusia tidak berarti di hadapan Allah. Jika Allah mau, maka segala sesuatu hilang.

– Keluarga Allah. Keluarga Allah merupakan frasa yang amat sangat berbeda artinya jika hanya menggabungkan kata keluarga dan Allah. Keluarga Allah menunjuk sejarah keselamatan kehidupan. Jika dirunut panjang ke belakang, maka sebetulnya kita adalah keluarga Allah sebelum adanya agama. Sebab kita mengakui satu Allah, hanya penghayatannya berbeda. Intinya Allah Yang Esa. Namun mengapa sekarang ini manusia menjadi konflik karena agama. Suatu Agama ingin menjadi agama superior di seluruh dunia. Apakah kita lupa bahwa kita adalah keluarga Allah. Agama menjadi pemecah keluarga Allah. Seharusnya agama menjadi pemersatu dari perbedaan untuk semakin mengagungkan Allah Yang Esa. Keluarga Allah menyadarkan kita bahwa kita semua adalah bersaudara. Keluarga Allah tidak membedakan Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Konghucu, dan Kepercaayaan.

– Hidup bersama sebagai keluarga Allah. Tema Natal 2015 merefleksikan keberadaan kita sebagai manusia pribadi, manusia bersama, keluarga, gereja, kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga negara untuk mewujudnyatakan visi misi perdamaian dan kasih Allah. Negara Indonesia merupakan negara yang majemuk agama dan suku. Mengapa sekarang hidup bersama menjadi sangat mahal. Kita merasa takut dengan teror kelompok ISIS yang senantiasa menteror tanpa hati. Di mana Allah jika demikian adanya? Apakah Allah tertidur pulas di palungan? Rasanya Allah tidak menutup mata, tangan, dan telinga. Hanya saja hati, mata, dan telinga manusia yang tertutup. Sehingga manusia tidak lagi menganggap kanan kiri sebagai keluarga, tetapi ancaman dan saingan.

Peristiwa natal merupakan peristiwa iman Katolik di mana Allah sungguh menyejarah di dunia. Allah bersolider dengan menjelma menjadi manusia. Hingga akhirnya, kedosaan manusia terhapus oleh Allah melalui peristiwa salib Tuhan Yesus. Kita sebagai manusia berdosa disapa dan dikunjungi oleh Allah. Betapa baiknya Allah mau menyapa ke dunia untuk menunjukkan jalan yang benar. Lalu apa tanggapan kita terhadap sapaan Allah yang Mahakasih itu? Apakah kita masih mau menutup mata, hati, dan telinga? Kita adalah bagian keluarga Allah. Allah mengundang kembali agar kita kembali duduk bersama dalam kasih di keluarga Allah.

Allah terima kasih atas sapaan dan kunjungan Agung-Mu. Jagailah kami manusia yang sedang terpecah belah, agar kami kembali mengalami kebersatuan sebagai keluarga kudus-Mu.

Selamat Natal 2015 & Tahun Baru 2016.

RD. Christy Mahendra
Paroki St. Yoseph Sidareja
-feelfreebebasuntuk-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here