60 Tahun Konsili Vatikan II: SMA Kanisius Harapan Tirtomoyo Wonogiri, Belajar tanpa Sekat-sekat Perbedaan

0
662 views
Belajar tanpa sekat-sekat perbedaan di SMA Kanisius Harapan Tirtomoyo, Wonogiri, Jateng. (Ist)

GRAVISSIMUM Educationis merupakan dokumen hasil Konsili Vatikan II tentang model pendidikan kristiani. Pada Konsili ini ditekankan makna pentingnya pendikan bagi kaum muda dan hidup manusia.

Pendidikan bagi kaum muda dilakukan secara terus-menerus untuk semakin meningkatkan kesadaran akan martabatnya saat ini dan tanggungjawab di zaman sekarang dan masa depan.

Gravissimum Educationis  memuat bahwa pendidikan sekolah mempunyai makna yang istimewa, secara terus menerus mengembangkan daya kemampuan akal-budi.

Dipraktikkan berdasarkan misi sekolah, menumbuhkan kemampuan, memberi penilaian yang cermat, memperkenalkan harta warisan budaya yang telah dihimpun oleh generasi-generasi masa silam, meningkatkan kesadaran akan tata-nilai, menyiapkan siswa untuk mengelola kejuruan tertentu, memupuk rukun persahabatan antara para siswa yang beraneka watak-perangai maupun kondisi hidupnya, dan mengembangkan sikap saling memahami.

Pendidikan di sekolah katolik memiliki ciri mendampingi kaum muda memperoleh pengetahuan dengan disinari iman sehingga kaum muda mampu menjadi pewarta keselamatan.

Teladan hidup merasul para siswa menjadi seperti ragi keselamatan bagi masyarakat.

Konteks sekolah Katolik yang bernaung pada Gereja sedapat mungkin membentuk diri menurut citra sekolah Katolik.

Sungguhpun sesuai dengan berbagai situasi setempat sekolah Katolik dapat mengenakan aneka bentuk pula.

Gereja memandang sangat berharga sekolah-sekolah katolik, terutama di daerah Gereja-gereja yang masih muda, yang menampung siswa-siswa bukan Katolik.

Sekolah katolik dapat memberi sumbangan begitu besar kepada umat Allah untuk menunaikan misinya dan menunjang dialog antara Gereja dan masyarakat.

SMA Kanisius Harapan Tirtomoyo di Wonogiri

Konteks memperingati 60 Tahun Konsili Vatikan II berkaitan dengan pendidikan Katolik dan sekolah Katolik menjadi pengalaman kecil yang indah untuk dibagikan dari SMA Kanisius Harapan Tirtomoyo.

Sekolah ini milik Keuskupan Agung Semarang; pengelolaannya dilaksanakan oleh Ordo Serikat Jesus.

Lembaga pendidikan sekolah menengah atas iniberdiri sejak 1979.

Menurut Bapak Y. Herry Susanto SPd, Kepala Sekolah SMA Kanisius Harapan Tirtomoyo, para siswa yang dipercayakan di sekolah ini selain umat juga masyarakat non Katolik. Pengalaman pembelajaran dalam pendampingan iman dilakukan dengan memberikan pelajaran agama Katolik bagi siswa katolik dan pelajaran agama Islam bagi yang muslim dengan pendampingan guru agama Islam.

Para guru SMA Kanisius Harapan di Tirtomoyo, Wonogiri, Jateng. (Ist)

Selain itu, para siswa diperkuat dengan pendidikan religiusitas.

“Pembelajaran di SMA Kanisius Harapan Tirtomoyo membekali karakter siswa menjadi lebih religius sesuai agama yang dianutnya, semakin menjadi insan yang tangguh dan jujur.

Buah Konsili Vatikan II memberikan ruang untuk saling berdampingan belajar bersama tanpa membedakan agama dan meneguhkan toleransi dan memperkuat kerjasama,” ungkap Herry Susanto.

Kegiatan pembelajaran mata pelajaran yang lain berjalan seperti sekolah yang lain umum sesuai pedoman Pelaksanaan Kurikulum Satuan Pendidikan dan Implementasi Kurikulum Merdeka.

Para murid SMA Kanisius Harapan di Tirtomoyo, Wonogiri, Jateng. (Ist)

Hal khusus yang ada di SMA Kanisius Harapan Tirtomoyo, pergaulan dan dialog siswa tidak terlihat adanya pembedaan jarak dan hubungan yang terhalang karena perbedaan agama.

Semua mengalir berjalan dengan penuh toleransi dan kerukunan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan sekolah tidak dibatasi sekat karena perbedaan agama.

Para siswa memancarkan kegembiraan, kebanggan bersekolah di SMA Kanisius Harapan Tirtomoyo dan membagikan kegembiraan itu di tengah masyarakat dengan tidak merasa risau bersekolah yang nota bene sekolah Katolik.

Para alumni non kristiani merasa bangga pernah mengenyam pendidikan di SMA Kanisius Harapan Tirtomoyo.

Hal ini meningkatkan jejaring sekolah-alumni-masyarakat.

Semoga semangat Konsili Vatikan II dalam bidang pendidikan menciptkan kaum muda yang memiliki semangat kerukunan di sekolah Katolik, senantiasa meneguhkan perjalanan “bersama yang berkehendak baik menuju Allah”.

Dilakukan melalui jalan pendidikan, menjadikan para siswa mengemban tugas kerasulan di antara para siswa dan menjadi pewarta kebaikan di tengah masyarakat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here