660 Tahun Kota Sintang di Kalbar dan Sejumlah Harapan (2)

0
200 views
Para tokoh masyarakat Kota Sintang di Kalbar menyuarakan harapan dan aspirasinya saat HUT ke-660 kota. (Victor Emanuel)

BERIKUT ini sejumlah ungkapan dan harapan  dari warga masyarakat Kota Sintang, baik yang berada di kota paling ujung timur Provinsi Kalbar maupun di luar Kota Sintang.

Pantun di artikel sebelumnya adalah hasil gubahan Oktavianus yang sudah 32 tahun bertugas di Kecamatan Ketungau Hulu ini.

Dr. Adrianus Asi Sidot MSi, anggota DPR-RI Fraksi Partai Golkar Dapil 2 Kalbar

Kota Sintang harus menjadi pusat perkembangan wilayah timur Kalbar. Kemajuan ini akan memberi dampak ganda bagi pembangunan di wilayah timur Provinsi Kalimantan barat.

Kota Sintang harus mampu mengoptimalkan peluang dan potensi; baik potensi sumber daya manusia maupun sumber daya alam. “Bravo dan dirgahayu ke-660,” ungkap Bupati Kabupaten Landak periode 2003-2008 dan 2011-2016 ini.

Drs. Elyakim Simon Djalil MM Bupati Kabupaten Sintang periode 2000-2005

Sintang adalah kota dengan posisi strategis di sektor timur Provinsi Kalbar. Posisi ini merupakan pusat pengembangan pembangunan, pusat distribusi, dan pusat pelayanan bagi hinterland-nya.

“Karena itulah,” kata dia, “semasa kepemimpinan dulu pernah disusun suatu konsep yang disebut Sintang Raya. Karena posisi strategisnya.”

Menurut mantan dosen APDN Pontianak ini, penting bagi seluruh masyarakat Sintang bersama-sama, bahu-membahu membangun Sintang ke depan.

“Sintang dengan keanekaragamannya patut kita jaga persatuan dan kesatuan seluruh anak bangsa. Ini demi terciptanya Sintang yang aman, damai, tertib, makmur, ramah dan tenteram,” tuturnya.

Budi Tariu, tokoh pemuda Kecamatan Sepauk

“Semoga harijadi kota sintang ini jadi momentum simbol persatuan persaudaraan kita – semua etnis dan agama di Sintang yang sejahtera aman dan tenteram.

Tercapainya kekuatan dalam membangun Kabupaten sintang secara adil dan merata sehingga menjadi kabupaten yang bisa kita banggakan,” ungkapnya.

Wajah kebersihan Kota Sintang harus diwujudkan. Karena itu mencerminkan aura positif dan penuh energik.

Harapannya adalah agar para pemimpin di Kabupaten Sintang bisa menjadi contoh yang dapat menjadi teladan masyarakat.

“Majulah kotaku dan terwujudlah sebuah cita-cita, mulia agar Kota Sintang kelak berubah menjadi Ibukota Provinsi Kapuas Raya yang kita nantikan. Dirgahayu – Gayu Nyiru- Kotaku Sintang,” ungkap Budi Tariu.

Drs. Andreas CalonKetua Forum Ketemenggungan Adat Dayak Kabupaten Sintang,

Jika mengikuti sejarah berdirinya Kota Sintang itu penuh dinamika dan melibatkan seluruh etnis, suku dan agama yang hidup di Sintang masa itu.

Harapan ke depan, perlu dilibatkan semua etnis, suku dan agama saat mempersiapkan perayaan harijadi Kota Sintang ini.

“Hal ini sudah kami sampaikan saat rapat di ruang rapat Sekda Sintang. Ada kurang lebih 16 etnis di Kabupaten Sintang ini yang perlu dilibatkan secara aktif,” ungkapnya.

Kota Sintang adalah milik kita semua. Maka sudah sepantasnyalah semua etnis dilibatkan langsung memeriahkan HUT Kota Sintang. Menurutnya harijadi Kota sintang terkesan hanya di dominasi kaum yang tua, tanpa melibatkan kaum muda.

“Saya sudah pelajari kalau kedatangan Jubair di Kota Sintang itu sebenarnya bukan 660 tahun lalu, tapi lebih tua satu abad: tahun 760. Perayaan harijadi ini masih terkesan belum melibatkan seluruh elemen masyarakat. Ke depan hal ini harus menjadi bahan evaluasi,” ujar Ketua ASAP (Asosiasi Anak Peladang) Kabupaten Sintang.

Yustinus S.Pd MAP, Ketua ISKA (Ikatan Sarjana Katolik Indonesia) Kabupaten Sintang

Momentum energik dan dinamis ini agar semakin membawa masyarakat Sintang semakin bersemangat membangun keberagaman dan kebersaman di segala bidang,” tegas Asisten 2 Bidang Ekbang Sekretaris Daerah Kabupaten Sintang ini.

Sopian S.Sos MSiKetua Ikatan Cendiakiawan Dayak Nasional (ICDN) Kabupaten Sintang

Ia mengapresiasi perayaan ini. Karena bisa dijadikan momen merekatkan persatuan dan kesatuan semua unsur.

“Kita angkat kembali budaya kehidupan sosial yang pernah diwariskan para leluhur sehingga nilai-nilai kerukunan dan kedamaian dijadikan tempat yang indah bagi anak cucuk kita,” ungkapnya.

Kita harus menjaga Sintang. Kita harus tolak budaya-budaya luar yang bertentangan dengan budaya leluhur kita. Demikian harapan tokoh muda Dayak Uut Danum

“Dimana tanah dipijak, di situ langit dikunjung. Itu harus nyata,” ungkap dosen Fisip Unka Sintang ini.  

Drs. A. Tilla MSi Dewan Pakar ISKA Kab. Sintang

Peringatan harijadi tidak cukup hanya diisi dengan bentuk perayaan seremonial saja.

“Kedepan perlu diprogramkan semacam sejenis kajian sejarah yang melibatkan semua unsur, datangkan ahli sejarah, saksi-saksi sejarah yang memiliki data dan fakta tentang berdirinya Kota Sintang,” harapnya.

“Kita perlu secara bersama atas dasar obyektifitas dan kekeluargaan melakukan pelurusan sejarah – seperti yang dapat kita peroleh dari penutur orang-orangtua kita,” kata mantan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sintang,

Antara lain di dalam Museum Dara Juanti itu (sekarang Istana Alukaromah) pernah disimpan peninggalan sejarah berupa:

  • Tempayan lemak babi;
  • Meriam Mangku Malik;
  • Sirat Mangku Malik (dan informasi yang kami peroleh bukan sirat mangku Malik, tetapi milik Jubair); namun peninggalan itu tidak terlihat lagi.

Menurutnya, hal-hal seperti ini perlu kita cermati dan sikapi secara arif dan bijak tanpa bermaksud apa-apa. Semata-mata ingin meluruskan sejarah supaya diketahui dan dipahami oleh generasi saat ini dan akan datang. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here