72 Tahun: “Patris Corde” Bergaung Keras di Paroki St. Yosef Enarotali, Keuskupan Timika, Papua

0
718 views
HUT ke-72 tahun Paroki St. Yosef Enarotali, Keuskupan Timika, Papua: Sejenak pastor dan umat berfoto bersama. (Ist)

UMAT Katolik Paroki St. Yosef Enarotali, Dekenat Paniai, Keuskupan Timika sangat menyadari akan arti nama pelindung yang digunakannya.

Oleh karena itu dan dalam rangka hari ulang tahunnya, paroki ingin memaknainya dan memeriahkannya dengan menggemakan Patris Corde di wilayahnya. Dengan berbagai kegiatan yang disatukan dengan Perayaan Paskah pada tahun ini.  

Semangat Patris Corde

Sesuai Surat Apostolik Patris Corde, paroki-paroki yang mempunyai nama dan pelindung St. Yosef kiranya lebih proaktif dapat menggemakan makna dan tujuan.

Sebagaimana  hendak disampaikan oleh Paus Fransiskus melalui Surat Apostolik tersebut. Dengan melakukan rupa-rupa kegiatan selain doa-doa dalam kehidupan menggereja.

Sebagaimana Surat Apostolik Patris Corde (Hati Seorang Bapa) yang bertepatan dengan 150 tahun penetapan Santo Yosef sebagai Pelindung Gereja Semesta oleh Paus Pius XI, maka Paus Fransiskus telah mencanangkan “Tahun Santo Yosef” yang berlangsung dari 8 Desember 2020 sampai 8 Desember 2021.

Surat Apostolik itu telah menginspirasi umat Katolik seluruh dunia, untuk mengambil cara-cara tertentu dalam menghormati St. Yosef sebagai penjaga Keluarga Kudus Nazareth dan Pelindung Gereja Semesta.

Cara-cara yang kiranya tepat untuk penghormatan bagi St. Yosef, antara lain dalam bentuk seperti: Doa kepada Santo Yoseph dari Paus Fransiskus yang didoakan setiap hari, Doa Novena kepada Santo Yosef yang didoakan setiap tanggal 19 dalam bulan, mulai bulan  Maret-November 2021, dan Doa Malaikat Tuhan (St. Yosef).

Aneka acara digelar untuk merayakan pesta 72 tahun Paroki St. Yosef Enarotali, Keuskupan Timika, Papua. (Ist)

Ebamuka

Adapun kegiatan yang diselenggarakan oleh Panitia HUT Paroki dan Panitia Paskah yang diketuai oleh Bapak Yonathan Mote itu antara lain meliputi kegiatan beberapa perlombaan. Juga penghimpunan dana ala budaya Mee, yang disebut ebamuka.

Pertandingan yang meliputi bola volley dan sepak takro, sedangkan perlombaan meliputi lempar gelang, panahan, baca Kitab Suci, paduan suara, vocal group, solo anak, cerdas cermat, dan lagu-lagu tradisional (uga) dengan rupa-rupa jenis agapiuga, komauga, tupe, wani, yapeuga, gawai, dan totauga.

Kegiatan-kegiatan tersebut dimaksudkan sebagai kesempatan untuk melihat kembali, spiritualitas hidup Santo Yosef sebagai seorang tokoh iman berhati kebapaan, penjaga Keluarga Kudus Nazareth yang adalah Pelindung Paroki Enarotali.

Untuk mengenang perjuangan para Bapa-bapa Misionaris dan para Tetua Suku yang telah dengan tulus mewartakan dan menerima Injil di tTanah Meuwodide ini dilakukan semacam sarasehan.

Biasa disebut Meewodide yakni pembahasan sejarah masuknya Injil di wilayah Paniai.

Pada puncak peringatan HUT Paroki ini dirayakan dengan Perayaan Ekaristi tepat pada Hari Raya St. Yosef tanggal 19 Maret 2021. Perayaan Ekaristi yang dihadiri 1.000 orang lebih, dengan tema “Dalam Semangat Kebapaan St. Yosef, Kita Merayakan 72 Tahun Paroki Enarotali”.

Perayaan Ekaristi dipersembahkan oleh Pastor Paroki Dominikus Dulione Hodo Pr.  

Dalam kotbahnya, ia menegaskan dalam permenungannya bahwa Santo Yosef adalah suami Santa Maria, Bunda Yesus Kristus, Tuhan kita.

“Santo Yosef, anak Daud, adalah pelindung Paroki Enarotali yang hari ini kita rayakan. Tentang dia tidak banyak dicatat dalam Injil.

Ucapannya tak sepatah kata pun tercatat dalam Injil. Mungkin karena dia hanyalah seorang tukang kayu dan seorang bapa yang tidak banyak bicara.

“Meskipun begitu, Santo Yosef adalah figur iman yang pengabdiannya untuk sejarah keselamatan tidak bisa diukur. Dialah penjaga Keluarga Kudus yang siap sedia setiap saat mengikuti perintah Tuhan; tidak menceraikan Maria, pergi ke Kota Daud untuk sensus, membawa lari Yesus ke Mesir, dan membawa Yesus kembali dari Mesir.

Mungkin juga Santo Yosef rela dikurung serdadu Roma pada saat Yesus mau disalibkan, karena Injil tidak menyebut apa-apa tentang Santo Yosef  pada saat itu.”

Injil tidak banyak mengisahkan tentang Santo Yosef, bahkan tradisi Gereja juga. Maka 150 tahun lalu, Paus Pius XI menetapkan Santo Yosef sebagai  Pelindung Gereja Semesta.

Lalu kurun waktu 8 Desember 2020 sampai 8 Desember 2021, Paus Fransiskus menetapkan sebagai Tahun Santo Yosef. Diputuskan melalui Surat Apostolik Patris Corde yang artinya “Hati Seorang Bapa”.

Segenap umat Paroki St. Yosef Enarotali di Keuskupan Timika, Papua, merayakan dengan sukacita HUT ke-72 paroki yang berlindung dengan nama Santo Yosef. (Ist)

Bekerja membangun

Untuk menghidupkan semangat kebapaan St. Yosef di paroki ini, ajak pastor, kita perlu meneladani semangat kebapaannya itu.

Dan yang paling unggul adalah kesetiannya dalam hal kerja, tidak banyak bicara, dan selalu hadir untuk menjaga dan melindungi keluarganya.

“Kita dituntut untuk bekerja membangun daerah ini, membangun paroki kita, paroki tua di wilayah ini. Kita juga dituntut untuk tidak bicara banyak. Tapi kerja dalam diam. Karena yang bicara banyak itu biasanya orang yang tidak tahu kerja, tapi hanya muncul pada saat orang-orang lain sudah setengah mati kerja.

“Ingatlah, bahwa nama paroki ini adalah Santo Yosef yang tidak banyak bicara, tetapi tahu kerja, kerja, dan kerja. Dan yang terakhir, kita dituntut untuk melindungi sesama manusia apapun latar belakang suku, agama dan ras.”

Semangat Patris Corde bergema kencang di hari perayaan pesta 72 tahun Paroki Santo Yosef di Enarotali, Papua. (Ist)

Jangan jual tanah sembarangan

Mari semua melindungi tanah kita.

“Jangan jual tanah sembarangan. Ini sebagaimana yang selalu ditegaskan alm. Mgr. John P. Saklil. Tetapi kita harus mengolahnya untuk ekonomi keluarga.

Juga jangan mengklaim dan merebut tanah sembarangan, karena tanah ini hanyalah milik Tuhan, dan kita hanyalah penggarap-penggarapnya.

Melindungi negeri ini dan melindungi generasi muda kita supaya tetap hidup dan menjadi manusia yang benar-benar sejati (aniki mee).

Dan yang terakhir marilah kita melindungi Gereja kita, supaya tetap aman dan damai demi kebahagiaan sesama dan kemuliaan Tuhan.

Karena untuk itulah para leluhur orang Mee, kakek nenek dan orangtua kita telah menyanyi Ayi ayi muka muka (“Ayi ayi muka muka”.

Ayi artinya “kabar baik”, yang mendatangkan suasana surga, rasa gembira, aman, dan damai. Dan muka: “teralas, tersebar” di tanah) di atas tanah ini.

Di atas Injil dan di atas tanah ini, mari kita terus menyanyi Ayi ayi muka muka agar leluhur dari tanah ini, Santo Yosef  serta Allah Tritunggal di surga tetap tersenyum.”

Selamat Hari Raya Pelindung Paroki, Tahun Santo Yosef dan HUT Paroki Santo Yosef Enarotali ke-72 (1949-2021).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here