95 tahun adalah usia yang panjang untuk sebuah karya penerbit dan percetakan. PT Kanisius menggelar perayaan syukur atas usianya itu dengan Perayaan Ekaristi konselebrasi pada 26 Januari 2017. Pukul 08.00 tepat, Bapak Kardinal Julius Darmaatmadja didampingi Mgr. Ignatius Suharyo, Mgr. Blasius Pujaraharja, Romo Administrator Keuskupan Agung Semarang FX Sukendar, Romo Direktur Utama PT Kanisius, serta enam romo lainnya berarak menuju altar diiringi lagu dengan musik gamelan.
Menegaskan panggilan karya
Perayaan digelar di Ruang Terbuka Hijau Taman Komunikasi PT Kanisius dihadiri 800-an karyawan, purnakaryawan, dan tamu undangan. Perayaan ekaristi ini memuncaki rangkaian acara ulang tahun yang diadakan sebelumnya seperti rekoleksi karyawan, kenduri masyarakat, dan malam vigili refleksi, dan gelar karya.
Dalam homilinyam Mgr. Ignatius Suharyo mengajak bersyukur atas penyertaan Tuhan selama 95 tahun berkarya dan meneguhkan langkah yang akan ditapaki dalam terang iman.
“Tiga hal mesti diperhatikan,” demikian pengantar Uskup Keuskupan Agung Jakarta dan sebelumya KAS ini.
“Yakni, pertama: Kanisius lahir dan berkembang atas dasar iman, bukan sekadar motivasi horisontal para pendiri. Nama yang dipakai institusi ini adalah nama seorang kudus: Petrus Kanisius, menunjukkan spiritualitas yang mendasarinya. Kedua: iman tersebut diwujudkan dengan mediasi atau sarana. Yang dipilih adalah penerbitan dan percetakan. Diperlukan upaya kreatif untuk terus mengembangkannya di tengah tantangan zaman. Ketiga: kehadiran Kanisius mesti membawa dampak transformasi sosial sebagai wujud doa “Datanglah Kerajaan-Mu”. Mentransformasikan karya penerbitan dan percetakan sebagai upaya nyata menghadirkan Kerajaan Allah di tengah masyarakat,” begitu beliau menyampaikan peneguhan dan tantangan.
Diakui oleh Monsinyur Suharyo, kehadiran Kanisius ikut menentukan wajah Gereja, bukan hanya KAS tetapi Gereja Indonesia. Diharapkan, dalam perjalanan menyongsong usia satu abad kurun waktu lima tahun mendatang, Kanisius bisa mewujudkan visi, misi, dan nilai yang dihidupinya dengan semangat “Sinergi Bakti untuk Negeri” seperti diusung sebagai tema pada HUT ke-95 ini.
Untuk Gereja dan bangsa
Berdiri pada 1922 atas inisiatif Superior Misi Pastor J. Hoeberechts SJ, Kanisius merajut sejarahnya seiring sejarah Misi Katolik di Tanah Jawa dan sejarah perjuangan Indonesia di masa penjajahan. Dimulai oleh Br. Bellinus FIC merintis percetakan kecil dengan dua mesin dan tiga karyawan, lahirlah Canisius Drukkerij (Percetakan Kanisius), bertempat di Jalan Panembahan Senopati 16 Yogyakarta. Dicetaklah buku-buku doa untuk Gereja dan buku-buku untuk sekolah pribumi.
Visi bapa pendahulu terus dihidupi sampai hari ini ketika Canisius Drukkerij sudah menjadi PT Kanisius.
Sebelum berkat penutup, Bapa Kardinal menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kongregasi FIC yang mengawali karya, dan para tokoh awam pada zaman sulit di awal kemerdekaan; terima kasih kepada Serikat Yesus, dimulai Pater Jacques Lampe SJ sebagai penerus para Bruder FIC, dan selanjutnya diteruskan sampai Romo Azismardopo sekarang; dan terakhir terima kasih kepada semua saja yang sampai sekarang masih bertahan mengupayakan karya PT Kanisius ini.
Beliau menegaskan, tanpa landasan iman yang kuat tak mungkin kita saksikan Kanisius berdiri sampai kini, mengarungi tiga zaman: zaman Belanda, zaman Jepang, dan zaman Kemerdekaan. Idealisme bisa diperjuangkan terus berkat iman dan pengorbanan. Semangat ini yang mestinya dipertahankan terus. Semangat kita adalah menjunjung tinggi kesejatian hidup.
“Anda bukan hanya mendukung Gereja dengan karya penerbit dan percetakan, tetapi hidup Anda mesti menjadi pewartaan. Profisiat, Tuhan memberkati!” kata beliau menutup sambutannya.
Penutup
Mengakhiri acara, Direktur Utama PT Kanisius mengenalkan Sahabat Literasi. Diyakini, content buku bermutu mengantarkan manusia sampai puncak kebudayaannya. Kanisius secara konsisten terus menghadirkan buku-buku bermutu sebagai wujud kepedulian bagi masyarakat untuk membangun kehidupan yang makin berkualitas. Pada tahun 2017 ini dipilihlah 30 karyawan sebagai “Sahabat Literasi”.
Mereka diutus sebagai duta membaca yang melakukan kampanye literasi di ruang-ruang publik.
Buku Perayaan 95 Tahun Penerbit-Percetakan Kanisius, yang berisi tonggak-tonggak penting sejarah karya, dibagikan kepada semua tamu undangan saat beranjak pulang setelah menikmati jamuan makan siang bersama.
Baca juga: Jelang Seabad Penerbit Kanisius, Sinergi Bakti untuk Negeri