Buku Baru “Prodiakon”, Mantan Frater MSF Menulis Buku Bareng

0
33 views
Buku "Prodiakon" karya bersama para mantan Frater MSF Indonesia. (Ist)


SEMUANYA ini sungguh berawal dari bincang-bincang ringan. Maka kemudian tercetuslah keinginan bersama untuk menulis kisah-kisah mengenai pelayanan sosial. Dimulai dari pengalaman berjubah kembali. Kali ini dengan mengenakan “jubah” alba,sebagai Prodiakon, pelayan luar biasa, atau asisten imam.

Rekan-rekan PMBN (Paseduluran Brayat Minulya Nusantara) akhirnya bersepakat ingin membukukan pengalamannya menjadi pelayan di paroki masing-masing. Akhirnya ada 22 pelayan beralba dan ada satu di antaranya tetap sebagai imam menjadi pastor diosesan di Papua.

Kegiatan mengumpulkan kawan-kawan di bawah naungan Pater Berthier yang saat ini sudah menjadi Prodiakon dan mau menuliskan ternyata tidak serta-merta bisa terjadi. Pada ujungnya ada tambahan dua rekan dari komunitas yang berbeda. Toh memang akarnya adalah dari jubah menjadi alba, bukan hanya karena kesatuan spiritualitas Pater Berthier semata.

Masing-masing kisah sangat unik, pengalaman, pendidikan, dan penghayatan membuatnya menjadi buah rohani yang bisa dibagikan untuk menjadi inspirasi bagi siapa saja yang membaca.

Masih saja dipanggil “Romo”

Tentu saja selain unik dan tentu berkaitan dengan rohani, namun ada pula yang lucu dan menggelikan. Seorang penulis yang mengatakan kisah lucunya karena selalu di panggil Romo.

Prodiakon lain menyatakan pengalamannya bahwa ada pertanyaan apakah doanya bisa sampai ke surga, tentu karena “hanya” PLB atau asisten imam dan bukan pastor.

Kisah berbeda diceritakan, bagaimana mereka dipanggil ke rumah, untuk mendoakan kerabatnya agar cepat meninggal. Identik juga dengan penolakan dari sebagian umat yang tidak mau menerima komuni dari tangan awam sebagaimana sering dilakukan oleh seorang Prodiakon.

Sebetulnya ini adalah pengalaman yang tidak enak, namun itu hal itu juga merupakan pengalaan riil.

Sesuai dengan pengalaman masing-masing

Pengalaman-pengalaman ini yang dituangkan dengan baik oleh para penulis. Tentu ditulis dengan gaya bahasa, cara penulisan, dan gaya tulis masing-masing pribadi.

Faktanya mereka sekarang hidup dalam dunia sendiri-sendiri yang membentuk mereka; termasuk tulisannya.

Motivasi dalam menulis ini juga beraneka ragam. Ada yang buat seru-seruan, namun ada yang sangat serius dan mengatakan untuk merawat ingatan di masa senja, biar tetap waras.

Nah, pada akhirnya kembali pada pembaca, apakah bahan yang tersedia ini akan memberikan buah yang baik?

Harapannya tentu demikian, meskipun motivasi menuangkan tulisannya lain-lain

Salam JMJ.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here