Home BERITA Konklaf 2025: Eligo in Summum Pontificem – Saya memilih sebagai Pemimpin Tertinggi...

Konklaf 2025: Eligo in Summum Pontificem – Saya memilih sebagai Pemimpin Tertinggi (51)

0
388 views
Ilustrasi: Konklaf. (Vatican News)

KONKLAF 2025 -sama seperti Konklaf-konklaf sebelumnya sejak berabad-abad lamanya- akan diwarnai tulisan kata-kata berikut ini: “Eligo in Summum Pontificem…” Artinya: “Saya memilih sebagai Pemimpin Tertinggi…)

133 Kardinal Elektores

Rumusan kalimat itu merupakan kata-kata yang tertulis di lembaran kertas-kertas suara yang akan dipakai 133 Kardinal Pemilih -yang berusia di bawah 80 tahun- untuk memilih Paus atau Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik yang ke 267.

Paus baru nantinya akan meneruskan posisi dan jabatan sebagai Pontifex Gereja Katolik yang ditinggalkan mendiang Paus Fransiskus karena telah meninggal dunia 21 April 2025.

Konklaf pertama dan terkini

Konklaf 2025 ini sudah dimulai sejak hari Rabu 7 Mei 2025 kemarin. Konklaf tetap berlangsung di Kapel Sistina Vatikan.

Konklaf pertama di Kapel Sistina ini diadakan tahun 1492; namun hanya sejak 1878 konklaf diselenggarakan di sini.

Sebanyak 133 Kardinal Pemilih berasal dari 70 negara dengan rincian jumlah komposisi Kardinal sebagai berikut:

  • 52 Kardinal dari Benua Eropa.
  • 23 Kardinal dari Wilayah Asia.
  • 20 Kardinal dari kawasan Amerika Utara.
  • 17 Kardfnal dari kawasan Benua Afrika.
  • 17 Kardinal dari Amerika Selatan.
  • 4 Kardinal dari kawasan Oceania.

Konklaf di luar kota Roma di Viterbo

Kata ‘konklaf’ atau ‘conclave’ berasal dari kata Latin: cum (dengan) dan clavis (kunci). Sebelum tahun 1274, tata cara pemilihan Paus adalah melalui konsensus para uskup dan imam dari keuskupan-keuskupan serta umat sekitar Roma.

Setelah kematian Paus Klemens IV terjadi kekosongan takhta (sede vacante). Maka kemudian diadakan pemilihan Paus baru.

Pemilihan diadakan di Viterbo, yang terletak sekitar 145 km di utara kota Roma. Ada 19 dari 20 Kardinal Pemilih yang ambil bagian. Pemilihan ini berlangsung hampir tiga tahun, yakni November 1268 sampai dengan September 1271.

Viterbo dipilih karena dianggap lebih aman dari pada kota Roma, yang ketika itu dilanda konflik, kekerasan dan kekacauan. Paus Aleksander memindahkan takhta kepausan ke Viterbo pada 1257 dan Roma ditinggalkan sebagai residensi Paus selama 24 tahun.

Baru pada tahun 1281 takhta kepausan kembali ke Roma. Ini merupakan pemilihan Paus terlama dalam sejarah Gereja Katolik. Terjadi kebuntuan. Hal ini disebabkan oleh pertarungan politik antara para Kardinal. Terpilih Paus Gregorius X melalui kompromi.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Setelah lebih dari satu tahun seorang Paus baru tidak kunjung terpilih, maka penduduk dan pemerintah kota, yang bertanggung jawab atas antara lain makanan dan tempat tinggal, merasa frustrasi lalu mengurung para Kardinal di dalam ruangan dengan kunci (cum clave).

Mereka juga membatasi makanan para Kardinal hanya dengan roti dan air dan mencopot atap Palazzo dei Papi (Istana para Paus) di mana pemilihan berlangsung.

Ini merupakan upaya mereka untuk memaksa para Kardinal membuat keputusan tentang siapa yang dipilih menjadi Paus. Dalam kurun waktu itu ada tiga Kardinal meninggal dan satu mengundurkan diri.

Bulla “Ubi Periculum” terbitan Paus Gregorius X

Setelah itu, Paus Gregorius X mempromulgasikan suatu surat resmi yakni bullaUbi Periculum” pada 7 Juli 1274, yang menetapkan Konklaf dan aturan-aturannya untuk memilih Paus baru.

Pemilihan Paus pertama, yang berpedoman pada aturan-aturan ini, antara lain di ruangan yang terkunci rapat (cum clave), bersifat rahasia dan terbebas dari pengaruh-pengaruh luar dan intervensi pribadi atau politik, dipandang sebagai Konklaf pertama. Hal ini dimaksudkan agar para Kardinal berfokus pada tugas memilih pemimpin Gereja yang baru, tanpa intervensi dari luar.

Pertemuan Pra-Konflaf atau General Congregation

Pada 1970, Paus Paulus VI membatasi jumlah Kardinal Pemilih, yakni mereka yang berusia di bawah 80 tahun. Prosedur pemilihan sekarang sedikit dimodifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II, Paus Benediktus XVI, dan Paus Fransiskus.

Misalnya, sebelum masuk Konklaf resmi yang hanya diikuti oleh para Kardinal yang berusia di bawah 80 tahun, semua Kardinal -termasuk yang berusia di atas 80 tahun- mengadakan pertemuan Pra-Konklaf yang disebut General Congregation. Pertemua Pra-Konklaf ini digelar untuk merefleksikan tentang keadaan Gereja dan tantangan-tantangan yang dihadapi di dunia serta kebutuhan dan harapan ke depan.

Di antara topik-topik yang didiskusikan adalah komitmen untuk terus melawan pelecehan, transparansi tatanan ekonomi-keuangan, reorganisasi Curia Romana, sinodalitas, komitmen pada perdamaian dan kepedulian pada ciptaan dan lingkungan, evangelisasi, perang dan konflik global, panggilan untuk imamat dan hidup membiara, pelayanan bagi orang miskin dan para migran, dsb.

Sejauh ini, sesi pertemuan Pra-Konklaf sudah berlangsung sebanyak 12 kali pertemuan General Congregations.

Konklaf Hari Pertama

Konklaf hari pertama pada 7 Mei 2025 dihadiri oleh 133 dari 135 Kardinal Pemilih. Dua Kardinal menyatakan tidak bisa hadir, karena alasan kesehatan. Konklaf hari pertama berlangsung sebagai berikut:

  • Pada pukul 10.00 siang (waktu Vatikan), para Kardinal berkumpul untuk Misa “Pro Eligendo Romano Pontefice” (Untuk Memilih Pemimpin Gereja Roma) di Basilika St. Petrus, Vatikan.
  • Sekitar pukul 16.15 waktu Roma, para Kardinal Pemilih berkumpul di Kapel Paulus di Istana Apostolik untuk mendoakan Litani Para Kudus, lalu menuju Kapel Sistina.
  • Di sini, para Kardinal mengambil sumpah untuk mengemban tugas pengutusan seturut Petrus (munus petrinum), apabila nantinya akan terpilih menjadi Paus. Sebelumnya, sudah diangkat sumpah untuk tidak menceritakan apa saja yang terjadi di dalam Konklaf; termasuk perolehan suara setiap kardinal.

Karena, sanksinya sangat “berart” yakni ekskomunikasi.

Extra Omnes

Kepala Perayaan Liturgi Kepausan akan menyerukan “Extra Omnes” yakni agar semua orang yang tidak berkepentingan dengan Konklaf keluar dari Kapel Sistina.

  • Kardinal Raniero Cantalamessa, Pengkhotbah Emeritus Keluarga Kepausan, akan menyampaikan meditasi kepada para Kardinal Pemilih.
  • Sesudahnya, Kardinal Cantalamessa -kini berusia 90 tahun dan Kepala Perayaan Liturgi Kepausan- akan meninggalkan Kapel Sistina dan pemungutan suara segera dimulai sebagaimana telah dijadwalkan.

Berapa kali pemungutan suara

Pada hari pertama Konklaf tanggal 7 Mei kemarin memang sudah jauh-jauh hari telah direncanakan pemungutan suara hanya diadakan satu kali.

Selanjutnya, setiap hari pemungutan suara diadakan dua kali pemungutan suara pada pagi/siang hari dan dua kali pada sore/malam hari.

Apabila ada Kardinal yang tidak dapat hadir di Kapel pemilihan, misalnya karena fisik lemah, dia dapat memberikan suaranya dari dalam kamarnya; petugas akan datang menjemput surat suaranya.

Minimal harus kumpulkan 89 suara mendukung

Pemungutan suara dilaksanakan secara rahasia. Jumlah suara yang dibutuhkan untuk dinyatakan terpilih sebagai Paus adalah dua pertiga dari jumlah pemilih. Dalam Konklaf ini diperlukan sekurang-kurangnya 89 suara untuk keterpilihan seorang Paus.

Sesudah setiap pemungutan suara maka surat-surat suara dikumpulkan dan dibakar. Apabila seorang Paus belum terpilih, maka surat-surat suara akan dibakar dengan dicampur bahan kimia untuk menciptakan asap hitam.

Apabila seorang Paus terpilih dan ia menerima hasilnya, surat-surat suara akan dibakar dengan dicampur bahan kimia untuk menciptakan asap putih, yang menandakan kepada dunia bahwa seorang Paus baru sudah terpilih.

Sepanjang sejarah, pemilihan Paus pernah berlangsung dalam beberapa jam atau hari atau bulan atau bahkan tahun.

Ruang Ratapan atau Bilik Airmata atau Room of Tears di mana Paus Terpilih boleh menumpahkan isi hati dan perasaannya -biasanya disertai tangi haru-biru- sebelum akhirnya “dirias” dengan semua perangkat kepauasan seperti jubah putih dan lainnya. (Vatican News)
Ki-ka: Penulis, Pastor Pelingon MSC dari Filipina dan seorang umam religius Ordo OSA juga dari Filipina yang lupa namanya siapa. (Dok. Romo Yance Mangkey MSC)

Ruang Ratapan atau Room of Tears

Ada satu tradisi bahwa setelah Paus baru terpilih ia akan dihantar ke Ruang Ratapan atau Bilik Airmata (Sala di Pianto), suatu ruangan kecil dekat Kapela Sistina.

Di situ Paus Terpilih akan mengenakan pakaian kepausan yang telah tersedia dalam tiga ukuran S, L, XL, sesuai perawakan Paus terpilih. Di ruang itu juga disediakan Kursi Ratapan (Sedia di Pianto) di mana Paus terpilih akan duduk merenungkan tugas dan tanggungjawabnya yang baru. Kadang berlangsung dalam suasana haru-biru di mana Paus boleh mencurahkan isi hati dan gelora perasaannya -misalnya- tidak mengira dirinya terpilih menjadi Paus.

Karena disertai derai airmata haru dan bahagia inilah, bilik ini kemudian disebut Ruang Ratapan atau Bilik Airmata atau Room of Tears.

Ketika masih bertugas di Roma, penulis mendapat privilese untuk mengunjungi beberapa bagian dari Istana Kepausan seperti sakristi dan kapel resmi Paus, Kapel Sistina dan lift Paus serta Sala di Pianto (Ruang Ratapan) di mana terdapat kursi ratapan di mana Paus yang baru terpilih akan dihantar ke dalamnya.

Penulis pernah mendapat kesempatan boleh duduk di Ruang Ratapan atau Bilik Airmata di mana Paus Terpilih biasanya akan duduk sejenak sembari berdoa dan merenung di Kursi Merah sebelum akhirnya diarak menuju ke balkon Istana Vatikan untuk tampil pertama kalinya sebagai Paus di depan publik. (Dok. Romo Yance Mankey MSC)

Takhta Kepausan

Dalam sejarah, takhta kepausan tidak selalu berada di kota Roma. Ada dua periode sejarah Gereja yang cukup signifikan, saat Paus tinggal dan memerintah dari luar Kota Abadi Roma.

  • Selama 68 tahun pada abad ke-14 (1309-1376) para Paus tinggal di Avignon, Perancis; menyusul konflik antara kepausan dan monarki Perancis.
  • Juga di Viterbo sekitar 145 km utara kota Roma. Kota ini pernah menjadi tempat kedudukan Paus selama 24 tahun (1257–1281), karena konflik besar antara keluarga Guelps dan Ghibellines yang ikut mempengaruhi para Kardinal.

Kita menunggu siapa yang akan dipilih Roh Kudus melalui para Kardinal menjadi Uskup Roma, sekaligus Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik.

Kita berdoa: “Datanglah Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu, dan nyalakanlah api cinta-Mu di dalam hati kami. Curahkanlah Roh-Mu dan semua akan dijadikan lagi, dan baharuilah muka bumi.

Jakarta, 7 Mei 2025

J. Mangkey MSC

PS: Ditulis dengan bahan dari beberapa sumber

Penulis sempat mendapat kesempatan melihat dan masuk ke dalam Sankristi Paus di mana juga diperkenankan boleh memegang salib pada tongkat Paus Johannes Paulus II. Dari situ, kami bertiga lalu naik melalui sebuah lift yang berasal dari tahun 1922.
Bersama dua imam dari Filipina -satu religius MSC dan lainnya OSA- kami bertiga masuk Ruangan (sala) Clementina di mana Paus secara resmi biasanya menerima tamu pejabat negara atau kepala pemerintahan. (Dok. Romo Yance Mangkey MSC)

Baca juga: Conclave – Prayerful discernment to elect new Pontifex (50)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here