Rabu, 21 Mei 2025
Kis. 15:1-6.
Mzm. 122:1-2,3-4a,4b-5.
Yoh. 15:1-8
SEBUAH ranting yang baru saja terlepas dari pokok anggur. Daunnya masih hijau, tampak segar, dan mungkin bahkan masih ada buah yang menggantung padanya. Namun, kita tahu bahwa keadaan itu hanya sementara.
Tanpa sambungan ke batang utama, ranting itu kehilangan sumber kehidupan. Dalam hitungan waktu, kesegarannya akan memudar. Ia akan mulai mengering, rapuh, dan akhirnya mati.
Demikian pula hidup kita. Ketika kita terlepas dari Kristus, kita mungkin masih tampak “baik-baik saja” di mata dunia. Aktivitas tetap berjalan, prestasi mungkin tetap diraih, dan hidup tampak normal. Namun perlahan tapi pasti, kekeringan mulai merayap. Kedamaian hilang, sukacita memudar, makna hidup mulai kabur.
Tanpa Kristus sebagai sumber kehidupan, kita menjadi seperti ranting yang tak lagi bisa menghasilkan buah.
Kita diciptakan bukan untuk hidup sendiri, tapi untuk melekat erat pada Kristus, Sang Pokok Anggur yang sejati.
Dari Dialah kita menerima kekuatan, penghiburan, pengharapan, dan arah hidup. Tanpa Dia, semua usaha rohani kita hanyalah bentuk luar tanpa kehidupan sejati.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”
Tinggal di dalam Yesus adalah kunci kehidupan rohani yang sejati. Dunia menawarkan banyak jalan dan kekuatan palsu, keberhasilan, kepandaian, kekayaan, bahkan aktivitas rohani tanpa hubungan yang sungguh-sungguh dengan Kristus. Namun, semua itu akan sia-sia jika kita tidak tinggal dalam Dia.
Tinggal di dalam Dia berarti hidup dalam persekutuan yang intim dengan-Nya, berakar dalam firman-Nya, setia dalam doa, taat dalam tindakan, dan peka terhadap pimpinan Roh Kudus.
Saat kita tinggal di dalam-Nya, hidup kita akan memancarkan cahaya Kristus, menjadi berkat bagi orang lain, dan menghasilkan buah yang kekal.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku tinggal dalam Kristus?