Home BERITA Kasih yang Menjadi Perintah

Kasih yang Menjadi Perintah

0
78 views
Kasih

Jumat, 23 Mei 2025

Kis. 15:22-31.
Mzm. 57:8-9,10-12.
Yoh. 15:12-17

MENGASIHI adalah inti dari ajaran Yesus. Namun, saat kasih itu harus diarahkan kepada orang yang melukai, mengkhianati, bahkan menghancurkan kepercayaan kita, segala teori kasih terasa jauh dan sulit dijangkau.

Perintah Yesus untuk mengasihi bukan hanya sahabat dan keluarga, tetapi juga musuh, seringkali terasa berat. Tapi justru di sanalah letak kemurnian kasih yang sejati.

Jalan kasih itu tidak mudah dijalani. Dunia lebih memuliakan pembalasan daripada pengampunan, lebih memuja kekuasaan daripada kelembutan hati. Maka, perjuangan mengasihi adalah juga perjuangan melawan ego, dendam, dan luka batin yang belum pulih.

Jalan kasih itu, bukan berarti mustahil. Di setiap usaha untuk mengampuni, di setiap doa yang kita panjatkan bagi orang yang menyakiti kita, di situlah kasih Kristus mulai hidup dalam diri kita. Dengan rahmat Tuhan, luka kita bisa menjadi jalan menuju pemurnian hati, dan kasih kita bisa menjadi cermin kasih Allah bagi dunia.

Yesus sendiri mengasihi mereka yang menyalibkan-Nya. Di atas salib, Ia tidak mengutuk, melainkan memohon pengampunan bagi mereka.

Kasih seperti ini bukan kasih yang muncul dari kekuatan manusia semata. Ini adalah kasih yang lahir dari rahmat Allah, kasih yang telah terlebih dahulu mengampuni kita.

Kasih adalah tanda kehadiran Allah di dunia. Dan melalui kasih kita yang nyata, dalam kata-kata yang membangun, tindakan yang menolong, dan pengampunan yang tulus, orang dapat melihat Kristus yang hidup.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain”

Perintah Tuhan ini, begitu sederhana dalam kata, namun begitu dalam dalam makna, dan sungguh menantang dalam pelaksanaan.

Tuhan Yesus tidak memerintahkan kita untuk mengasihi hanya mereka yang menyenangkan, sejalan, atau sepaham dengan kita. Ia memanggil kita untuk mengasihi semua orang,

Kasih yang diperintahkan oleh Yesus bukanlah kasih yang bersandar pada perasaan, melainkan keputusan dan komitmen untuk berbuat baik, untuk hadir bagi sesama, bahkan ketika itu terasa berat.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku sungguh mengasihi, seperti yang Kristus perintahkan?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here