Home BERITA Ketika Melepaskan Menjadi Berkat

Ketika Melepaskan Menjadi Berkat

0
57 views
Semua makanan adalah berkat dari Tuhan

Selasa, 19 Agustus 2025

Hak 6:11-24a
Mzm. 85:9.11-12.13-14
Mat 19:23-30

MENGIKUTI Yesus bukan sekadar berjalan di belakang-Nya, melainkan menyerahkan seluruh hidup kita kepada-Nya.

Kemuridan sejati menuntut kebebasan hati, bebas dari segala keterikatan yang membelenggu kita: harta, kenyamanan, bahkan ego diri. Sebab hati yang terikat tak pernah mampu mencintai Allah secara total.

Yesus sendiri menegaskan bahwa siapa pun yang mau mengikuti-Nya harus siap meninggalkan segalanya. Bukan karena Allah ingin membuat kita miskin atau menderita, melainkan agar kita sungguh merdeka untuk mengasihi.

Bebas dari belenggu dunia, hati kita bisa dipenuhi dengan kasih yang murni kepada Allah dan sesama.

Janji Yesus adalah penghiburan sekaligus tantangan. Penghiburan, karena Ia menjanjikan berkat berlipat ganda dan hidup kekal bagi mereka yang setia.

Tantangan, karena mengikuti-Nya berarti berani melepas kenyamanan, mengutamakan kehendak Allah di atas keinginan pribadi. Inilah jalan salib yang harus dipikul setiap murid, tetapi juga jalan menuju sukacita sejati.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, ”Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.”

Sabda Tuhan terdengar indah sekaligus berat. Indah, karena Yesus menjanjikan berkat berlipat ganda dan hidup kekal.

Berat, karena syaratnya adalah keberanian untuk meninggalkan hal-hal yang paling kita cintai di dunia: keluarga, harta, bahkan tempat tinggal yang memberi rasa aman.

Pesan Yesus bukan berarti kita harus membuang keluarga atau mengabaikan tanggung jawab. Sebaliknya, Yesus mengingatkan bahwa kasih kepada Allah harus menjadi yang pertama dan terutama.

Jika hati kita lebih melekat pada kenyamanan, pada harta, atau bahkan pada relasi yang menghalangi kita mengikut Dia, maka kita tidak akan sungguh bebas menjadi murid-Nya.

Mengikuti Yesus berarti melepaskan keterikatan, supaya kita bisa menerima kembali dalam bentuk yang lebih utuh.

Saat kita menyerahkan harta, Tuhan memberikan kita harta surgawi. Saat kita rela melepas kenyamanan, Tuhan memenuhi kita dengan damai sejahtera. Saat kita taat meninggalkan sesuatu demi-Nya, Tuhan melipatgandakan berkat, bukan hanya di dunia, tetapi sampai hidup yang kekal.

Seratus kali lipat bukan sekadar angka, tetapi lambang kelimpahan kasih Allah. Kita mungkin kehilangan sesuatu untuk sementara, tetapi Allah tidak pernah membiarkan kita rugi. Dia menggantinya dengan sukacita dan damai yang tidak bisa dibeli dunia.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku sungguh menempatkan Yesus sebagai yang utama di atas harta, kenyamanan, atau bahkan relasi yang kusayangi?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here