Home BERITA Mendaratkan Perjalanan 10 Tahun Ensiklik Laudato Si’

Mendaratkan Perjalanan 10 Tahun Ensiklik Laudato Si’

0
86 views
Pameran semua produk daur ulang di Menteng dalam rangka peringatan 10 tahun Ensiklik Laudato Si'. (Dok. Vienna)

ENSIKLIK Laudato Si’ yang diterbitkan Paus Fransiskus tahun 2015 bukan sekadar dokumen keagamaan. Ensiklik ini merupakan seruan universal yang mendasar, ditujukan kepada seluruh umat manusia.

Paus Fransiskus mengajak setiap individu merenungkan krisis ekologi yang semakin mendalam, sebuah krisis yang mengancam “rumah bersama” kita: Planit Bumi.

Sepuluh tahun setelah dirilis, peringatan ini menjadi momen bersejarah dalam mengevaluasi bagaimana pesan-pesan penting dari ensiklik ini telah diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bukan hanya di lingkungan gereja, tetapi juga di tengah masyarakat luas, dari individu hingga institusi.

Alam semesta sudah rusak

Peringatan 10 tahun ini menjadi momentum refleksi yang mendalam. Dokumen tersebut memaksa kita melihat kenyataan pahit dari kerusakan lingkungan yang terjadi di seluruh dunia.

Paus Fransiskus dengan tegas menyoroti polusi, perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan masalah air global.

Ensiklik ini tidak hanya mengidentifikasi masalah, tetapi juga menawarkan visi yang transformatif: sebuah ekologi integral yang menyatukan kepedulian terhadap lingkungan dengan kepedulian terhadap keadilan sosial.

Para peserta pameran semua produk daur ulang di Menteng dalam rangka peringatan 10 tahun Ensiklik Laudato Si’. (Dok. Vienna)

Salah satu perwujudan nyata dari semangat Laudato Si’, yaitu pameran pro-lingkungan hidup yang baru-baru ini diadakan di Menteng. Pameran ini bukan sekadar pajangan statis; ia adalah sebuah demonstrasi dinamis dari kreativitas dan inovasi yang lahir dari komitmen mendalam terhadap keberlanjutan.

Setiap stan pameran, setiap produk, dan setiap model yang ditampilkan mencerminkan upaya kolektif untuk merespons panggilan Paus Fransiskus.

Teknologi daur ulang

Salah satu sorotan utama dari pameran tersebut adalah peran teknologi daur ulang yang dimanfaatkan oleh ATMI Cikarang. Institusi yang dikenal dengan reputasinya dalam pendidikan teknis ini menunjukkan bahwa teknologi modern tidak hanya menjadi milik industri besar.

Mereka membuktikan bahwa teknologi dapat menjadi alat yang ampuh untuk mendukung keberlanjutan. Pendekatan mereka adalah contoh nyata bagaimana teknologi bisa diadaptasi untuk tujuan yang lebih besar dari sekadar keuntungan.

Membiasakan Hidup Tertib dan Bersih Lingkungan by Sr M. Ludovika OSA

Mengolah limbah

ATMI Cikarang memamerkan proses-proses canggih di mana limbah plastik dan material lain yang biasanya berakhir di TPA diubah menjadi produk-produk bernilai tinggi. Proses ini tidak hanya mengurangi jumlah sampah yang mencemari lingkungan, tetapi juga menghasilkan produk baru yang fungsional dan estetis.

Inisiatif demikian dengan jelas menggambarkan konsep ekonomi sirkular, di mana limbah dianggap sebagai sumber daya, bukan sebagai masalah.

Inovasi tersebut juga memiliki dimensi ekonomi yang penting. Dengan mengubah limbah menjadi produk, ATMI Cikarang membantu menciptakan model bisnis baru yang berkelanjutan.

Model ini menunjukkan bahwa ekonomi dan ekologi dapat berjalan seiringan, saling mendukung. Ini menantang pandangan konvensional bahwa pertumbuhan ekonomi harus selalu mengurbankan kelestarian lingkungan.

Di sisi lain, pameran juga menyoroti kejeniusan dan ketekunan para perajin dan komunitas lokal. Inisiatif mereka dalam menciptakan eko-enzim dan produk ramah lingkungan lainnya adalah bukti bahwa solusi sederhana berbasis kearifan lokal bisa sangat efektif.

Sr. Theresina Oshin CB mencintai sampah. (Titch TV/Mathias Hariyadi)
Mahasiswa Sarjana Gizi STIKES Panti Rapih dapat ilmu mengolah limbah usai melakukan kunjungan ke RS Panti Nugroho di Pakem, Sleman, DIY. (RS Panti Nugroho Pakem)

Mereka menunjukkan bahwa kita tidak selalu membutuhkan teknologi canggih untuk membuat perubahan yang signifikan.

Eko-enzim, misalnya, adalah produk luar biasa yang dibuat dari fermentasi sisa-sisa buah dan sayuran. Proses sederhana ini tidak hanya mengurangi jumlah limbah makanan yang berakhir di tempat pembuangan sampah, tetapi juga menghasilkan pembersih alami yang efektif dan bebas bahan kimia berbahaya.

Hal tersebut adalah contoh konkrit bagaimana kita dapat mempraktikkan konsep ‘mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang’ dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, modeling penanaman di lahan sempit menjadi salah satu aspek yang paling menginspirasi dari pameran. Di tengah keterbatasan ruang di area perkotaan, teknik ini menawarkan solusi praktis bagi masyarakat untuk menanam sayuran atau tanaman obat sendiri.

Para peserta kegiatan pameran semua produk daur ulang dalam rangka peringatan 10 tahun Ensiklik Laudato Si’. (Vienna)
Sr. Theresina CB bersama para mahasiswa STIKes Santo Borromeus Bandung lakukan kegiatan tanam 1.000 pohon di lereng perbukitan Danau Saguling Kabupaten Bandung Barat, November 2017. (Ist)

Ruang hijau di sekitar kita

Ini adalah cara yang inovatif untuk mengatasi masalah ketahanan pangan di perkotaan dan menciptakan ruang hijau yang menyejukkan.

Praktik ini menunjukkan bahwa Laudato Si’ dapat diwujudkan di mana saja, bahkan di pekarangan rumah yang paling kecil sekalipun. Dengan menanam di lahan sempit, setiap keluarga dapat berkontribusi pada kesehatan planet dan juga pada kesehatan mereka sendiri.

Hal demikian dapat menjadi contoh nyata dari ekologi integral, di mana lingkungan dan kesejahteraan manusia saling terkait erat.

Campuran bahan-bahan untuk membuat eco-enzyme yang siap difermentasi (Ping)
Ilustrasi: Pelatihan membuat ecobrick sebagai salah satu konsep mengolah sampah bersama kelompok lintas agama. (Sr. Theresina CB)

Sepuluh tahun setelah dirilisnya, pesan Laudato Si’ tetap relevan dan mendesak. Ensiklik mengingatkan kita bahwa krisis ekologi pada dasarnya adalah krisis moral dan spiritual.

Ensiklik tersebut mengajak kita untuk mengubah cara kita berinteraksi dengan alam, dari sekadar mengeksploitasi sumber daya menjadi merawatnya dengan penuh hormat.

Pameran di Menteng -dengan segala inovasinya- menjadi bukti nyata bahwa semangat ini telah hidup dan berkembang. Pameran ini menginspirasi kita semua untuk menyadari bahwa setiap orang, dengan keahlian dan sumber daya yang dimilikinya, dapat menjadi agen perubahan.

Dari teknologi daur ulang yang canggih hingga kearifan lokal dalam membuat ekoenzim, setiap langkah kecil berkontribusi pada upaya besar untuk melindungi “rumah bersama” kita.

Ilustrasi: Sr. Theresina CB dari RS Panti Nugroho Pakem DIY sangat peduli dengan jiwa dan semangat Ensiklik Laudato Si’. (Titch TV/Mathias Hariyadi)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here