Home BERITA Menolong Orang Lain adalah Sumber Kebahagiaan

Menolong Orang Lain adalah Sumber Kebahagiaan

0
50 views
Ilustrasi: Menolong orang lain dengan menjadi guru merupakan sumber kebahagiaan. (Ist)

LAOSHE Chen mengeluh: Hari ini sangat melelahkan. Koreksi, ngadepi tuntutan orangtua, ngurus administrasi. Apa ini esensi jadi guru? Kok jadi kaya mesin saja.”

Laoshe Sian: Benar. Target kurikulum makin ketat. Waktu kita habis untuk ngejar nilai, bukan untuk ngajar. Sulit menemukan ‘kebahagiaan’ dalam tekanan seperti ini.”

Laoshe Liem mendekati: Laoshe, kalian lihat dari sudut yang salah. Kebahagiaan mengajar bukan pada nilai tinggi atau bebas administrasi, tapi pada prosesnya.

Laoshe Chen: Maksud Anda, Laoshe Liem?

Laoshe Liem: Lihat siswa kita sebagai manusia kecil, bukan sebagai kumpulan nilai.  Lihat sorot mata kebahagiaan anak yang akhirnya paham konsep sulit setelah kita jelaskan dengan sabar. Lihat kepercayaan dirinya yang tumbuh karena kata-kata motivasi dari kita. Itulah kebahagiaan intrinsik yang tak bisa diukur dengan nilai rapor.

Laoshe Sian: Tapi tanggung awab utama guru kan memastikan mereka lulus secara akademis?

Laoshe Liem: Itu tanggungjawab formal. Tapi alasan kita bertahan jadi guru adalah tanggung jawab sosial kemanusiaan kita. Jika hanya mengejar nilai angka, kita bukan guru, tapi akuntan atau kalkulator.

Nilai guru ada pada sentuhan manusiawinya, pada empati membimbing dan menolong, bukan hanya ngajari. Tugas guru adalah “Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara.‘” Berjuanglah untuk keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan dunia, berantas sifat jahat dan angkara murka.

Menanamkan nilai kebaikan dan menolong setiap murid menemukan potensi terbaiknya, membimbing mereka, untuk berkontribusi pada kebaikan dunia yang lebih luas.

Laoshe Chen: Jadi, dengan fokus menolong siswa tumbuh sebagai pribadi, guru akan memperoleh kebahagiaan?

Laoshe Liem: Tepat. Jangan lihat anak asal lulus. Jangan lihat asal dapur kita ngebul.

Lihat setiap interaksi dengan siswa sebagai kesempatan menabur kebaikan. Bantu siswa yang kesulitan mengikat tali sepatunya, bantu dengarkan keluh kesahnya, berikan semangat saat ia gagal.

Kebaikan seorang guru pada muridnya adalah “infak” ilmu dan kasih sayang yang akan tumbuh jadi ratusan kebaikan di masa depan siswa. Dari situ kebahagiaan sejati akan datang.

Percayalah, saat kita tulus menolong, kita justru mendapatkan energi kebahagiaan yang membuat kita kuat menghadapi tekanan administrasi dan tuntutan nilai itu.

“助人为乐 zhùrén wéilè. Menolong orang adalah sumber kebahagiaan. Itulah mengapa kita dipanggil ‘Guru’

Laoshe Sian & Laoshe Chen: Ya, Kami sekarang mengerti.

Referensi:

  • Graham, A. C. (1989). Disputers of the Tao: Philosophical argument in ancient China. Open Court.
  • Kleinman, A., & Kleinman, J. (1996). The appeal of experience; the dismay of images: Cultural appropriations of suffering in our times. Daedalus, 125(1), 1-23.
  • The Holy Bible, New International Version. (2011). Biblica, Inc.

Footnote: Dikembangkan sebagian dengan bantuan AI (DeepSeek, ChatGPT, Meta AI); dimodifikasi oleh penulis; lisensi: CC BY-NC 4.0.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here