BERIKUT ini biografi singkat almarhum Romo Petrus Canisius Dremono Harimurti. Ia menjadi orang Jawa pertama yang menjadi imam diosesan Keuskupan Ketapang di Kalimantan Barat. Dengan demikian, almarhum Romo Harimurti Pr ini menjadi imam diosesan kedua di Keuskupan Ketapang setelah Romo Zacharias Lintas Pr.
Asal Tangkil, Muntilan
Petrus Canisius Dremono Harimurti, akrab disapa Romo Hari, lahir pada 27 Desember 1948 di Muntilan, kota kecil di lereng Gunung Merapi. Ia adalah anak sulung dari tujuh bersaudara pasangan Paulus Mesi Karsopawiro dan Maria Tijem. Masa kecilnya yang sederhana di dusun Tangkil membentuk karakter kuat yang kelak menjadi dasar hidup imamatnya.
Pendidikan dan semangat mandiri
Romo Hari menempuh pendidikan di SR Tangkil (1956–1962), SMP Muntilan (1963–1966), dan SPG Setiabudi Muntilan (1967–1969). Sejak SMP hingga lulus SPG, ia membiayai sendiri sekolahnya dengan bekerja keras, mulai dari memikul kayu bakar, menjadi kuli angkut, hingga pekerjaan sederhana lainnya. Tekad mandiri ini semakin menguatkan pribadinya.

Pertumbuhan iman dan panggilan imamat
Sejak kelas VI SD, Romo Hari mulai tertarik pada iman Katolik, meski awalnya ditentang oleh ayahnya. Setahun kemudian, sang ayah mendukungnya kembali, hingga ia dibaptis saat Natal 1964.
Setelah lulus SPG, ia sempat gagal masuk Seminari Mertoyudan, namun tetap setia mengajar di SD Kanisius Muntilan dan kemudian merantau ke Ketapang, Kalimantan Barat pada tahun 1973. Di sana, ia semakin merasakan panggilan imamat hingga akhirnya dikirim ke Seminari Tinggi Bandung oleh Uskup Keuskupan Ketapang waktu itu: Mgr. Gabriel Sillekens CP.
Tahbisan dan pelayanan pastoral
Romo Hari menempuh studi filsafat dan teologi di STFT Suryagung Bumi (1974–1980), menjalani Tahun Orientasi Pastoral di Paroki Tanjung, ditahbiskan menjadi Diakon pada 10 Mei 1980, dan menerima Sakramen Imamat dan ditahbiskan menjadi imam pada 17 Oktober 1981 di Gereja Katedral Santa Gemma, Ketapang.
Moto tahbisannya, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya” (Yoh 15:1-8), mewarnai pelayanannya. Ia dikenal rendah hati, gigih, penuh kasih, dan menjadi teladan iman yang kokoh – sebuah hidup yang membuktikan bagaimana Tuhan membentuk hamba-Nya melalui jalan penuh liku namun sarat rahmat.


Buku karya almarhum
Bulan Juni 2025 lalu, saya membantu Romo Hari mengedit dua bukunya yang akan dicetak ulang. Kedua buku tersebut adalah Dayak Mencari Sabayan Tujuh Saruga Dalam dan Pastoral Inovatif. Kedua buku ini sudah dicetak oleh Sandu Institut milik Bung Edi Petebang.
Komunikasi terakhir saya dengan Romo Hari terjadi 17 Juli 2025 lalu. Hari ini pukul 12.20 WIB, ia berpulang selama, ketika sedang berada di Kampung Selupuk.
Selamat jalan Romo Hari, beristirahatlah dalam damai di rumah Bapa.
Baca juga: RIP Romo Petrus Canisius Dremono Harimurti Pr, imam diosesan Keuskupan Ketapang (1)