Senin, 29 September 2025
Dan 7:9-10.13-14 atau Why 12:7-12a.
Mzm 138:1-2a.2bc-3.4-5.
Yoh 1:47-51
DALAM kesibukan dan hiruk pikuk dunia, kita mudah merasa sendirian.
Tugas yang menumpuk, pergumulan batin, tantangan keluarga atau pekerjaan kadang membuat hati berat. Kitab Suci mengingatkan kita bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Salah satu wujud penyertaan-Nya adalah kehadiran para malaikat.
Malaikat bukan sekadar kisah indah di Alkitab. Mereka adalah “utusan” Allah yang diutus untuk menjaga, melindungi, dan menyampaikan pesan-Nya.
Dalam Perjanjian Lama, malaikat menuntun Lot keluar dari kota Sodom; dalam Perjanjian Baru, malaikat mewartakan kelahiran Yesus kepada Maria dan Yusuf, serta menguatkan Yesus di Taman Getsemani.
Semua itu menandakan bahwa Allah mengutus makhluk surgawi untuk meneguhkan rencana keselamatan.
Dalam hidup kita, malaikat mungkin tidak selalu hadir dalam wujud bersayap yang tampak mata.
Mereka bisa hadir dalam bisikan hati nurani yang mencegah kita berbuat dosa, dalam orang-orang yang menolong tanpa pamrih, atau dalam situasi “kebetulan” yang menyelamatkan kita dari bahaya. Setiap detik adalah kesempatan menyadari bahwa Allah menaruh penjaga di sekitar kita.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Lalu kata Yesus kepadanya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka, dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”
Yesus menyampaikan sabda ini kepada Natanael, seorang yang awalnya ragu, tetapi akhirnya percaya setelah bertemu dengan Dia. Janji Yesus tentang “langit terbuka” dan “malaikat-malaikat Allah turun naik” mengingatkan kita pada kisah Yakub yang bermimpi melihat tangga ke surga.
Yesus menyingkap makna yang lebih mendalam: Dialah sendiri tangga itu. Melalui Dia, surga dan bumi, Allah dan manusia, tersambung kembali.
Malaikat yang “turun naik” melambangkan komunikasi yang tak pernah putus antara Bapa di surga dan kita di dunia. Mereka diutus untuk membawa pesan kasih, perlindungan, dan kekuatan ilahi.
Tetapi pusat dari semuanya adalah Kristus, Sang Anak Manusia. Dialah jalan, jembatan, dan pintu yang membuat langit terbuka.
Di tengah kehidupan kita yang penuh pergumulan, janji ini menjadi penghiburan besar. Ketika doa terasa hampa atau kita merasa jauh dari Allah, Yesus menegaskan: surga tidak tertutup.
Ada arus kasih yang terus mengalir. Melalui doa, Ekaristi, Sabda, dan kasih terhadap sesama, kita mengalami “langit terbuka” itu, mungkin tak selalu dengan penglihatan malaikat, tetapi dengan damai yang meneguhkan hati.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah saya percaya bahwa Allah senantiasa menjaga saya, juga melalui kehadiran malaikat?