Home BERITA Bukan Menghapuskan, Melainkan Menghidupkan

Bukan Menghapuskan, Melainkan Menghidupkan

0
40 views
Ilustrasi- Mohon penghapusan hutang by pericope

Selasa, 30 September 2025

Za. 8:20-23.
Mzm. 87:1-3,4-5,6-7.
Luk. 9:51-56

ADA saat-saat ketika hati kita berbisik: “Seandainya orang itu tidak ada… seandainya masalah ini hilang begitu saja… pasti hidupku tenang.”

Kita tergoda untuk memandang orang yang membuat kita sulit sebagai “musuh” yang harus disingkirkan, atau masalah sebagai beban yang harus segera dienyahkan. Namun kitq mesti ingat bahwa tantangan bukan untuk dimusnahkan, melainkan dihadapi dengan kebijaksanaan dan iman yang kokoh.

Tantangan baik berupa orang yang sulit, situasi yang rumit, atau penderitaan batin, bisa menjadi guru kehidupan. Mereka menguji kemurnian iman dan menajamkan karakter kita.

Ketika kita memilih untuk menghadapi, bukan menyingkirkan, kita membuka ruang bagi Roh Kudus untuk bekerja: memberi kekuatan, menyalakan pengharapan, dan menumbuhkan cinta yang tidak bergantung pada keadaan.

Yesus sendiri tidak menghapus orang-orang yang menentang-Nya. Ia tidak menyingkirkan para penentang, tidak meminta Bapa menghukum para penganiaya.

Sebaliknya, Ia berjalan setia di jalan salib, membawa penderitaan itu dalam kasih dan pengampunan. Di situlah tampak kebijaksanaan sejati: melihat bahwa di balik setiap kesulitan ada peluang untuk bertumbuh, menjadi lebih sabar, lebih murni, dan lebih menyerupai Kristus.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain.”

Perkataan murid-murid ini mengejutkan karena keluarnya dalam nama Tuhan, seolah-olah pembinasaan bisa dibenarkan demi membela kemuliaan-Nya.

Mereka marah, tersakiti, merasa dihina. Marah seringkali mendorong kita mencari “keadilan” yang cepat dan menghancurkan. Murid-murid mewakili naluri manusia: bila diganggu, kita ingin membalas dengan cara paling final.

Yesus menanggapi bukan dengan api, melainkan dengan teguran. Ia menolak logika pembalasan dan memilih jalan lain: pengajaran, kasih, dan misi yang lebih besar. Mengapa?

Karena Kerajaan Allah bukan berdiri di atas kekerasan atau pemenjaraan musuh, melainkan atas kebenaran, belas kasih, dan penebusan. Tuhan tidak meniadakan lawan sebagai cara untuk menegakkan kebenaran; Ia mengubah hati, memulihkan relasi, dan menunjukkan jalan pengorbanan.

Jalan pengorbanan akan membawa kita kepada, kebesaran hati melebihi yang kemenangan sesaat. Kemenangan yang diperoleh lewat pembalasan merusak jiwa dan misi.

Tugas kita adalah menjadi saksi, bukan hakim terakhir. Kita dipanggil untuk mengasihi, bersaksi, dan percaya bahwa Allah bekerja pada waktunya.

Bagaimana dengan diriku?

Dalam situasi apa aku pernah tergoda “memanggil api” membalas dengan cara yang menghancurkan?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here