Kesombongan Rohani

0
58 views
Di cermin menjadi besar
  • Bacaan 1: Bar. 4:5-12,27-29
  • Injil: Luk. 10:17-24

Sombong merupakan sikap atau perasaan merasa diri lebih hebat dan lebih baik daripada orang lain. Sikap sombong bisa terlihat melalui ucapan, cara berpikir, perilaku meremehkan dan memandang rendah orang lain.

Dalam iman juga dikenal “sombong rohani”, merasa lebih paham Kitab Suci, ingin dikagumi kereligiusannya bahkan merasa lebih suci dari umat lainnya. Seseorang yang “sombong rohani” sebetulnya malah kehilangan inti dari imannya, yaitu kehilangan kasih, kerendahanhati serta ketergantungan kepada Allah.

Merasa kekuatan sendiri sudah hebat.

Tuhan Yesus menegur ketujuh puluh murid yang diutus-Nya agar tidak jatuh ke dalam “sombong rohani” karena bisa mengalahkan setan-setan.

“Janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu terdaftar di surga.”

Tuhan Yesus mengingatkan, kuasa rohani bukan alasan untuk sombong. Sebab semua itu adalah anugerah dari Tuhan, bukan prestasi sendiri.

Bangsa Israel kuno juga pernah jatuh dalam kesombongan rohani, barangkali karena merasa hebat (“Umat Terpilih”) lalu malah meninggalkan-Nya. Sehingga atas kesalahan-kesalahan itu, mereka dibuang ke pembuangan di negeri asing dan mengalami penderitaan disana.

Untuk itu, Kitab Barukh memberi penghiburan kepada mereka bahwa penderitaan bukanlah Allah telah melupakan mereka (Allah kejam). Justru bangsa itulah yang melupakan-Nya. Namun Tuhan tidak pernah menutup pintu, Dia senantiasa menyambut umat-Nya yang mau berbalik kepada-Nya (pertobatan radikal).

“Kuatkanlah hatimu, anak-anakku, berserulah kepada Allah; Dia yang mengirim bencana itu akan teringat kepadamu pula. Seperti dahulu angan-angan hatimu tertuju untuk bersesat dari Allah, demikian hendaklah kamu sekarang berbalik untuk mencari Dia dengan sepuluh kali lebih rajin.

Memang Dia yang telah mengirim segala bencana itu kepada kamu akan mengirim pula sukacita abadi bersama dengan penyelamatanmu.”

Demikian penghiburan Barukh yang sebenarnya bukan saja kepada Bangsa Israel namun “up to date” hingga hari ini untuk kita semua.

Pesan hari ini

Setiap orang bisa jatuh seperti Bangsa Israel, terasing dari Allah. Maka, jangan pernah “merasa lebih” dari pihak lain namun tetap rendah hati dan penuh kasih.

Kesedihan dan penderitaan bukan akhir segalanya namun bisa menjadi jalan menuju pemulihan dan kasih karunia-Nya

“Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.”

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here