
TAHUN 1989.
Pagi itu saya tiba di kantor agak awal. Di newsroom Harian Suara Karya belum ada satu pun rekan wartawan yang datang. Memang berbeda dari biasanya, sebab saya harus menyelesaikan laporan yang malamnya akan naik cetak.
Suara mesin ketik berpita tinta memenuhi ruangan yang masih sepi. Saat sedang asyik mengetik, datang lagi Pak Herman.

“Pagi, Dhik Dwi. Nanti untuk kunjungan Bapa Suci Yohanes Paulus II ke Medan, tolong kamu yang meliput ya. ID card-nya sudah bisa diambil di Sekretariat Negara,” katanya sambil menghembuskan asap Rokok Djarum kegemarannya.
Saking senangnya, begitu laporan jurnalistik selesai diketik, sepeda motor langsung kupacu ke Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Maklum, hari keberangkatan tinggal lusa.
Singkat cerita, liputan Misa Bapa Suci Paus Johannes Paulus II di Lapangan Tuntungan, Medan, pun usai. Para awak media langsung pulang dengan penerbangan reguler. Saya mendapat jadwal penerbangan pukul 20.00 dengan Garuda Airbus.
Naik pesawat bergoyang
Sekitar satu jam mengudara, tiba-tiba pesawat seperti kehilangan daya. Mendadak anjlok. Padahal saat itu pramugari sedang membagikan makan malam.
Lebih celaka lagi, kopi panas pesananku yang baru saja dituangkan ke cangkir di meja lipat kecil di hadapanku ikut mencelat – lalu mendarat di pangkuan.
Kontan celana jinsku basah kuyup oleh tumpahan kopi panas. Terasa perih.
Terdengar sejumlah penumpang menyebut nama Allah.

Dari jendela, tampak sayap pesawat melambai naik-turun seperti burung yang sedang terbang. “Andai saja patah… ahhh…,” pikiranku jadi ke mana-mana.
Spontan, aku merogoh saku, mengambil Rosario perak itu, lalu berdoa – memohon perlindungan Bunda Maria.
Beberapa saat kemudian, lewat pengeras suara kabin, pilot mengabarkan bahwa pesawat baru saja memasuki ruang hampa udara. Posisi kami berada di atas perairan Bangka-Belitung.
Saya melanjutkan Doa Rosario hingga selesai, kendati pesawat sudah kembali terbang normal dan tenang. Namun, ada yang masih terasa perih… di dalam celana ini.
Kini, di penghujung hidup, saya “terdampar” di sebuah lembaga pendidikan Katolik di Depok. Namanya: Yayasan Yohanes Paulus Depok (YYPD) – mengelola unit pendidikan PG-TK, SD, dan SMP.
Tidak ada yang kebetulan. Semua atas izin Tuhan.
Selamat menjalani Bulan Rosario. Tuhan memberkati, Bunda Maria melindungi.
AMDG. Per Mariam ad Jesum.
Eling B’Ning
Baca juga: Kisah nyata keajaiban Rosario – kandas di Sawaerma Asmat (7)